✿✼:* 5

2K 311 67
                                    

"Demi apapun lo cantik banget," kata Jaemin pada Yejin. Sahabatnya itu baru saja mengganti bajunya dengan sebuah dress panjang berwarna putih tulang.

"Kepangannya gimana?" tanya bunda. Beliau membantu Yejin menghias rambut panjangnya.

"Bagus kok."

"Ya udah. Bunda ke kamar dulu ya."

Yejin tersenyum puas. Tapi tak lama senyumannya luntur. "Gue nggak keliatan gendutkan?" tanya Yejin.

"Nggak sama sekali," jawab Jaemin. "You look perfect."

Lagi-lagi Yejin tersenyum. "Gue gugup," ucap Yejin. Tangannya dingin dan jantungnya berdetak dengan cepat. "Seongwoo suka gak ya?" tanya Yejin.

Jaemin tersenyum hangat. Ia menggenggam tangan dingin Yejin dan berkata, "Dia suka lo apa adanya. Dia juga jadi orang yang paling beruntung karena bisa dapetin lo."

Yejin membalas senyuman milik sahabatnya. Ia melepaskan genggaman tangan Jaemin dan beralih memeluk sahabatnya. "Maaf," kata Yejin.

"Nggak apa-apa kali," balas Jaemin dengan tawa kecilnya. "Gue juga minta maaf karena bikin lo dateng ke sini cuma gara-gara gue mau pergi dan gak bisa ikut prom night."

Terdengar suara isakan dari Yejin. Buru-buru Jaemin melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Yejin. "Jangan nangis. Maskara lo luntur," kata Jaemin.

"Serius?!"

Jaemin tertawa. "Belom sih," jawab Jaemin. "Tapi jangan nangis ya? Mending kita tunggu Seongwoo sambil nonton."

***

Jaemin rasanya bisa gila. Setiap malam yang ada dipikirannya hanya Yejin, Yejin, dan Yejin. Apa ia tidak bisa memikirkan hal lain? Tugas, misalnya. Ia tahu kalau ketika malam datang, seseorang akan lebih sensitif terhadap segala sesuatu. Tapi kenapa Jaemin hanya sensitif pada satu hal?

"Kamu mau beli cemilan gak, Min?" tanya ayah. "Atau mau di mobil aja?"

Keluarga kecil Na sedang dalam perjalanan menuju rumah nenek. Katanya nenek jatuh sakit, jadi anak, menantu, serta cucu diharapkan datang.

"Di mobil aja yah," jawab Jaemin. "Tapi aku pengen onigiri."

Ayahnya mengangguk dan keluar mobil. Begitu juga ibunya. Dan di momen saat ini, ia kembali tenggelam dalam pikirannya.

Earphone yang menggantung di telinganya membuat dirinya membayangkan jika dirinyalah yang berada di posisi Seongwoo. Setiap akhir pekan mengadakan kencan, bisa menggenggam tangan Yejin setiap saat, dan yang paling Jaemin iri adalah Seongwoo bisa mendapat tatapan hangat dari Yejin.

Yejin pernah menatap Jaemin dengan tatapan hangatnya. Rasanya nyaman dan damai. Manik milik Yejin terasa seperti rumah—kamu akan ingin terus kembali ke sana. Saat itu, Jaemin tahu kalau dia telah jatuh cinta.

┍━━━━

"Those eyes that always make me feel like home."

━━━━┙

Jaemin merutuki dirinya sendiri. Setiap ia memikirkan hal yang lain, Yejin selalu saja muncul pada pikiran lainnya. Jaemin kesal. Kenapa ia harus jatuh cinta pada sahabatnya sendiri?

Ia menghela napas. Sudah saatnya ia menghentikan perasaannya pada Yejin. Sahabatnya itu sudah memiliki pacar dan didengar dari cerita yang Yejin beritahu, Yejin bahagia dengan Seongwoo.

Jaemin bertekad bahwa ia juga harus bahagia. Biarkan Yejin dan dirinya menjadi sepasang sahabat yang saling mendukung satu sama lain.

┍━━━━

"And you will always be something that I'll never have."

━━━━┙

Lagi pula, kata Yejin, Herin memiliki perasaan padanya. Jaemin tersenyum. Tangannya merogoh saku jaketnya dan membuka aplikasi pesan.

Herin

Jaemin
Hai














fin.

hello you »»----- na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang