Chapter2

47 13 15
                                    

AUTHOR POV

Kriiing .... Kriiinggg ... Kriinggg

"Busett udah jam segini,  gue harus extra cepet nih" ucap Luna berlari menuju kamar mandi

"Luna?" sapa Sandra bingung melihat Luna yang berlari extra cepat

"Bentaarrr bentaaar"jawab Luna

Beberapa menit kemudian Luna sudah siap dengan seragam yang rapi tidak lupa dasi abu - abu nya. Dan tas sekolah yaaang sangat penuh.

"Kamu . . ."tanya Ardyo menggantung

"Abang mana? Udah jam 7 Maaa,"tanya Luna

"Abang baru selesai mandi"jawab Sandra

"Kamu mau sekolah?" tanya Ardyo

"Pa, anterin aku sekolah. Ini udah jam 7, aku gak mau telat ke sekolah"rengek Luna

"Aduhhh, princess Luna tumben udah cantik" goda Arkan

"Ayo buruan berangkat,"ucap Luna sambil membenarkan dasi

"Loh,???"Luna bingung karna Arkan tidak memakai seragam

"Kenapa?"Arkan menaikkan sebelah alisnya

"Sekarang? Kan?"ucap Luna terbata
"Ya ampun Mamiiiiiiiiii"lanjut Luna sedikit menaikkan nada

"Kenapa sayang?" tanya sandra

"Sekarang kan aku libur Ma, aku lupa. Tau gitu aku gak buru - buru,"jelas Sandra

"Tumben kamu lupa hari libur?"tanya Ardyo

"Ehh, iyaa. Lagi banyak pikiran Pa"elak Luna

"Pikiran? Mikirin Bramasta ya? Hayoo?"

"Bramasta siapa Bang?"tanya Sandra

"Gebetan baru Luna, dia satu OSIS sama Arkan"jelas Arkan

"Wahh, baru beberapa hari aja Luna udah dapat cogan. Abang kapan?"goda Sandra

"Maa, Luna itu ga punya gebetan. Abang aja yang ngaco gak jelas,"sanggah Luna

"Yaudah Mama percaya, sekarang kita sarapan yuk, nanti sayur nya keburu dingin"ajak Sandra

Setelah mereka sarapan, mereka kembali berbincang - bincang kecil membahas pengalaman Luna di SMA baru nya.

Termasuk Luna yang menang lomba Fashion Show.

"Luna sayang, nanti Mama mau ke butik ngecek stock sama beres - beres, nanti kalau ada kurir yang antar barang, kamu bayar pakai uang yang Mama titipin di abang ya"pesan Sandra

"Siap Mam,"jawab Luna

"Papa berangkat dulu ya sayang"

"Iya Pa, hati - hati ya. Bawain Luna martabak manis rasa cokelat, kacang, keju yaaa,"
"Eh, sama nasi goreng juga boleh"ucap Luna memeluk Papa nya

Sebuah Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang