BAB.1 ~ JURNET

668 170 376
                                    

(Unedited)

Jawaban Tristan membuat Kimberly mengerjapkan matanya tidak percaya. Mulutnya setengah terbuka menatap cowok blasteran Indo-Korea yang baru saja melemparkan bom kepadanya. Jika para Tristanholics mendengar ucapan Tristan barusan, bisa-bisa Kimberly sudah babak belur di keroyok mereka.

Tristanholics. Mengingat penggemar fanatik Tristan sudah bisa membuat Kim merinding.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Kimberly, takut pendengarannya salah.

Setelah beberapa detik menatap Kimberly, Tristan tersenyum. Senyuman yang tidak biasa dilihat Kim.

"Gue bilang, gue mau jadi pacar lo, Kimberly" jawabnya enteng, dengan gaya-nya yang acuh tak acuh dengan ucapan-nya barusan.

Jika para Tristanholics ada di posisi Kimberly sekarang ini, Kim yakin mereka akan histeris kegirangan atau mungkin pingsan ketika mendengar jawaban barusan dari Tristan.

Berbicara dengan Tristan sudah sangat wow bagi mereka. Apalagi jika bisa berpacaran dengan Tristan Daniswara. Bagi mereka menjadi pacar Tristan hanya bisa di wujudkan di dalam angan-angan versi fairy tale mereka. Dimana mereka adalah putrinya dan Tristan adalah pangerannya.

Tapi buat Kim, jawaban Tristan merupakan suatu bencana besar. Dia sama sekali tidak membayangkan kalau Tristan akan menerima ungkapan perasaan-nya. Yang sudah jelas adalah hasil dari permainan jujur dan nekat antara Kim dan Siena cs.

"E-elo mau jadi pacar gue?" tanya Kim sedikit terbata.

Tristan tersenyum tipis, diletakannya kedua tangannya kedalam saku celananya.

"Yup" ucapnya tersenyum geli melihat ekspresi Kim.

Mata Kim terbelalak, mulutnya terbuka. Dia sama sekali masih tidak percaya dengan ucapan cowok yang ada di depannya ini.

"Sorry. Gue salah nembak orang" ucap Kim cepat dan langsung barbalik ingin cepat-cepat meninggalkan Tristan.

Kalian pasti bingung, kenapa seorang penyendiri seperti Kimberly sampai berbicara apalagi berani menembak cowok seperti Tristan. Pentolan sekolah mereka. Semuanya bermula dari jujur atau nekat.

*******************

"Oy, Kim. Kesini bentar" teriak Tari pelan.

"Kenapa?" tanya Kim meletakan pensil yang digunakannya menggambar di atas meja.

"Daripada elo duduk sendiri enggak tau mau ngapain lebih baik ikut gabung sama kita aja. Berhubung Pak Dodi nggak masuk, gue, Siena, Mio, sama Manda pengen main jujur atau nekat. Lo ikut gabung aja" jelas Tari, yang diikuti dengan ajakan lain dari Siana, Mio dan Manda.

"Kalian saja" jawabnya pelan. Kimberly lebih memilih untuk meluangkan waktunya yang berharga ini dengan melukis di bukunya daripada melakukan hal yang tidak berarti.

"Oh come on, Kim. Kapan lagi kita berlima bisa main kayak gini. Lagian ini tahun terakhir kita di sekolah. Bentar lagi lulus" jelas Tari memohon.

"Bener tuh kata Tari. Sebagai ketua kelas yang baik, elo seharusnya mendengarkan permintaan dari temen-temen elo, Kim" tambah Mio.

Merasa tidak ingin membuang waktunya lebih lama, Kimberly akhirnya setuju. "Okay"

Bukannya kejam, dia termasuk ke dalam tipe orang yang lebih suka memilih menghabiskan waktunya sendirian daripada sibuk bergosip atau apalah yang biasa dilakukan para cewek seusia-nya. Kimberly lebih memilih sendiri daripada harus bertele-tele dengan orang lain. Dia mencintai ketenangan.

MY POPULAR BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang