Masa lalu

43 9 2
                                    

Setelah urusan perbaikan atap yang bocor selesai, malamnya, saat mendung membungkus langit, aku tatap rembulan malam yang sangat indah menghiasi langit. Sembari mendengarkan lagu favorit yang selalu ku putar kala hati membutuhkan, yang tiba-tiba aku teringat akan masa lalu. Masa dimana sebuah keluarga harmonis dengan canda tawa menghiasi setiap sudut rumah. Masa saat ibu dan ayah selalu mendukung kami (kakakku dan aku). Masa ketika ibu tidak banyak bicara melihat ayah terkulai lemah di atas ranjang--dengan beberapa selang berukuran sedang hingga kecil, ruangan yang serba putih dan bau obat cukup menyeruak memasuki hidung, ayah sudah tampak seperti pasien kronis. Saat itu usiaku masih lima belas tahun, cukup mengerti mengapa ayah tiba-tiba pingsan sepulang kerja dan ibu dengan cepat menelpon ambulan. Ayah terlalu memaksakan diri dalam pekerjaannya. Menimbulkan tubuhnya meronta kesakitan. Ibu yang hanya menatap ayah prihatin mengusap-usap rambutku pelan. Sambil kakakku memeluk ibu erat, aku menangis. Ibu yang melihat kedua anaknya seperti itu, lantas ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Untuk tetap tegar. Untuk tetap optimis walaupun beberapa saat lalu dokter memberi tahu bahwa ayah mengalami komplikasi serius.

Ketika aku teringat akan masa itu, aku selalu tanpa disengaja sudah menitikkan air mata.

Teringat dua hari lalu saat kakakku bergegas menuju kamarnya setelah makan malam bersama, ia melanjutkan menyelesaikan proposalnya untuk pengajuan sumbangan kepada yayasan panti jompo di seberang sana, yang sudah aku tahu bahwa itu lebih dari cukup mencerminkan kakakku yang merindukan ayah dan ibu serta ingin membantu mereka mengingat sewaktu ayah dan ibu masih ada, kakakku kurang ada waktu untuk bersama keluarga yang hanya memikirkan tugas-tugasnya.

Teringat pula dua tahun lalu kehidupan kami serba kekurangan setalah ayah pergi dan ibu menyusul dua bulan kemudian, yang membuat kakakku belajar lebih giat dari sebelumnya. Dengan bantuan paman, kakakku terus melanjutkan kuliahnya. Aku yang dulu selalu bertanya tugas kepada kakakku sepulang sekolah, kini sudah tergantikan dengan kegiatan menulisku. Bukan karena tidak ingin belajar, tetapi aku sudah amat minat terhadap kegiatan baca dan menulis dan kakakku pun selalu sibuk. Yang di hari liburku, ia kuliah dan di hari sekolahku, ia akan bekerja.

Kuusap wajahku. Ku hembuskan nafas, lalu beranjak tidur. Kacamata yang selalu digunakan, telah arif di atas meja samping ranjangku. Selagi menunggu mataku tertutup, terlihat bayang-bayang ayah dan ibu di langit-langit atap--yang siangnya telah diperbaiki. Mereka tersenyum padaku, lantas menghilang setelah mengucapkan 'selamat malam Julia'.

Nantikan kelanjutannya. Dikarenakan mulai Senin-Kamis tidak begitu banyak kegiatan, insyaallah, saya akan update paling cepat satu hari dan paling lambat tiga hari. Sekian.

08-04-2018

Untuk Sebuah Lembaran LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang