Pantang Menyerah

158 41 14
                                    

Sepanjang jalan koridor Donghyun gak berhenti bersiul. Raut wajahnya tampak ceria sekali. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Sayup-sayup Donghyun menyanyikan lagu 'Let Me' milik Boy Group Rookie Goldenchild. Sesekali dia ngedance ringan manakala sepenggal liriknya memasuki beat.

Entah ada apa dengan pemuda sipit itu sampai sebahagia itu.

"Wah, dia tampan sekali. Anak kelas mana dia?" bisik dua cewek yang melihat Donghyun tampak lebih keren dari biasanya.

Donghyun emang sengaja sedikit mengubah fashion style-nya demi menarik perhatian Keira. Pemuda kurus itu belum berhasil mendapatkan alamat rumah barunya –– soalnya pak Siwon udah pindah kemaren. Seminggu ini Keira sibuk banget sehingga susah ditemui. Juga, Rian yang notabene gak bisa nyimpen rahasia beneran tutup mulut pas diinterogasi sekalipun udah dirayu Joochan. Tipe setia kawan, hmmm.

Iya, Donghyun mau ngajak serius Keira. Itupun jika diterima 😞.

Dan hari ini dia harus berhasil mengantongi alamatnya. Apapun caranya. Sekalian minta id line-nya, hehe.

Kemaren Donghyun cuma dapet id kakaotalk-nya doang, itupun hasil nilep dari androidnya Rian.

Sebenarnya Donghyun bisa saja tanya ke teman kelasnya. Tapi yang namanya cinta tak semudah itu perjuangannya bos. Dia harus benar-benar mendengarnya dari bibir Keira langsung.

Baiklah. Hwaiting Kim Donghyun.

Ini minggu kesembilan dia bersekolah di Genie.

Donghyun sengaja melewati kelasnya sendiri. Dia ingin menemui Keira dulu sebelum kelas gadis itu dimulai.

Setiap kali ada cewek yang nyapa, Donghyun cuma pamerin senyum manisnya. Dan didetik kedua, Donghyun akan mendengar jeritan histeris dari cewek yang disuguhi senyumannya tadi.

Emang suka bikin ambyar ni cowok, ish.

Pucuk dicinta ulampun tiba.

Keira tengah ngobrol asyik bareng Dita, Arin, dan Rian –– teman SMP-nya dulu. Keempat gadis itu tengah bergosip di depan kelas Keira.

Donghyun buru-buru menghampiri mereka. Tak lupa sambil pasang muka ganteng.

"Imut banget sih," kata Donghyun, menatap Dita yang berdiri disebelah Keira.

Dita yang mendapat pujian itu langsung ngeblusing.

"Makasih."

"Bukan kamu, tapi tasmu. Hehehe."

"Oooh." ekspresi Dita seketika murung. Gadis berponi itu langsung mencebikkan bibir.

"Lo apaan sih kampret. Pergi gak?" Keira mendorong keras tubuh Donghyun sampe pemuda itu tersentak ke belakang.

"Ra, jangan terlalu kasar." tegur Rian.

"Diem lo Yan."

"Gue cuma ngingetin bege."

"Ikut aku!!" seolah tak peduli dengan rintihan Keira, Donghyun terus menarik tangannya ke belakang kelas.

-

"Lepasin hyaa!!"

Keira berusaha melepas tangan Donghyun dari pergelangannya.

"Aku cuma pengen tau alamat rumah barumu, itu saja." Donghyun refleks menghempaskan tubuh Keira ke tembok. Gadis manis itu sedikit meringis saat bahunya menghantam kerasnya tembok.

"Gak usah narik gue kesini bisa kali anjir." sungut Keira. Setelah tangannya Donghyun lepaskan.

Keira membenahi seragamnya yang sedikit berantakan.

Donghyun menunduk sambil bergumam. "Maafin aku." Donghyun mengangkat wajahnya kembali dan menatap lekat dua lensa binar milik gadis di depannya. "Lalu?"

"Lalu apaan?"

"Alamatmu?"

"Seharusnya lo tanya baik-baik brengsek. Bukan malah ngelempar gue kesini." dengus Keira, seolah ingin menggigit cowok rese di depannya.

"Maafkan aku. Apa itu sakit?"

Donghyun mendekati Keira, kemudian mengecek bagian punggung yang kena hantam barusan.

"Melati no 71." jawabnya ketus.

"Yang punya tambak Lele itu keluargamu?"

"Udah ya."

Keira menepis tangan Donghyun dari pundaknya. Kemudian beranjak dari sana.

"Yess, besok apelin ah, hehe."

Donghyun tersenyum tipis. Dua mata sipitnya terlihat segaris.

--

Tiga hari setelahnya.

Setiap kali bel istirahat, Donghyun tak ada bosannya menemui Keira ke kelasnya. Kadang keduanya terpaksa makan bareng di kantin karena desakan Donghyun yang ngentelin Keira kemana-mana.

Bukan apasih, Donghyun itu batu. Keras kepala banget.

"Ra, kau tau?"

Donghyun menatap lekat Keira yang asyik dengan baksonya.

"ENGGAK."

"Tch, nyantai aja jawabnya bisa kali bu. Kesedak pentol sakit lho." omel Donghyun.

"Bodo." Keira kembali mengaduk kuah baksonya, yang sejak tadi belum satupun dia gigit pentolnya.

"Aku cuma mau ngasih tau sekali, dan kamu harus benar-benar mendengarkannya." pinta Donghyun, mulai serius. Pandangannya beradu dengan manik bening Keira.

"Sia lebay." mulut sih bilang gitu, tapi dalem hati jejingkrakan.

"Ra, aku tak ingin memaksamu untuk membalas balik perasaanku. Aku tau, aku cowok berandal yang suka buat masalah. Oleh karena itu cukup aku saja yang mencintaimu, selebihnya, jika kamu mencintaiku, maka aku anggap sebagai bonus."

Hya,,, seketika jantung Keira berdebar hebat. Tapi sebisa mungkin gadis Choi itu menyamarkannya.

"Halah, sampah kuaci. Modus lo gak ngaruh." Keira buru-buru membuang muka, menghindari tatapan serius Donghyun.

"Ra, aku berkata serius."

Ini bukan kali pertamanya Donghyun ngungkapin rasa sukanya. Meski ditolak berkali-kali Donghyun pantang buat menyerah.

Donghyun menarik wajah Keira yang menghindari kontak matanya.

Sejenak,

Kedua manik mereka kembali beradu. Di tengah itu Keira menelisik, mencari sebuah kejujuran disana.

Dan sepertinya memang benar Donghyun menyukainya.

Donghyun terus memandang teduh dua lensa kecoklatan milik gadis Choi itu tanpa berkedip.

Ditatap seintens itu membuat Keira mendadak ngefreeze di kursinya. Habis itu, dia buru-buru memalingkan muka, lagi.

Ecieee. Uwuuuu,,,

-----------------------------------------------------------


DONGHYUN 1999 [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang