part 4

2.4K 236 31
                                    

Naruto masih duduk bersedekap di sofa ruang tamu rumah Sakura. Ia tak habis pikir. Bagaimana mungkin ia yang sedang asyik-asyiknya bercengkrama dengan ayah tercinta dipisahkan begitu saja oleh makhluk surai pink di depannya ini. Dengan dalih ingin belajar bersama, tetapi setelah sampai ia malah mengajak ke arena balapan. Bibirnya manyun. Ia masih bingung harus bagaimana lagi menghadapi temannya itu.

"Kau menyeretku kesini, pamit ingin aku menginap disini untuk belajar bersama. Dan sekarang aku hanya duduk-duduk disini? Ada apa ini Sakura? Kau ingin menjelaskannya?" tanya Naru. Ia kesal setengah mati. Temannya itu tak mengatakan apa pun setelah pertemuannya dengan Sasuke tadi. Tapi sekarang, lihatlah! Tanpa aba-aba peringatan ia kerumahnya setelah senja dan mengatakan pada ayahnya jika ia ingin mengajak Naru belajar bersama. Dan sesampainya disini ia hanya dianggurin. Yaps. Alias dikacangin. Hei... ini bukan dapur kan?

"Gomen ne, Naru-chan. Jika aku tiba-tiba menyeretmu begitu saja. Kujelaskan pun kau pasti tak akan mau ku ajak kesini."

"It's ok. Tapi bisa kau jelaskan ada apa di balik semua ini?"

"Aku meminta Sasuke-kun untuk mengajari ku mengemudi. Dan ia bersedia."

"Lalu, apa hubungannya denganku disini? Bukankah jika kau ingin belajar, kau tinggal panggil orangnya. Lalu ajak dia keliling kota bersamamu?"

"Maa... Maa... Naru-chan ... Dengarkan dulu...."

"Ya... kudengarkan. Dan ceritakan secara rinci." Naru menatap Sakura dengan pandangan tajam nya.

"Dia mau mengajariku. Tapi setelah balapan nanti. Dan aku mengajakmu ikut serta adalah untuk menemaniku tentu saja. Bukankah tidak asyik jika hanya aku yang wanita disana? Bisa-bisa aku digoda oleh pria hidung belang di luar sana."

Naruto mendesah pelan, jika saja ia tak ingat jika Sakura satu-satunya sahabat yang ia punya, ia tak akan mengikutinya dan segera pulang secepat mungkin. Hey! Basok hari libur dan ia ingin menamatkan satu novel yang baru ia beli beberapa hari yang lalu.

"Kau akan belajar mengendara di malam buta? Kau gila."

"Ya.. aku gila. Tapi untuk hal ini saja. Oh, ayolah Naru. Bukankah kau tau ambisiku menjadi pembalap wanita tercepat disini? Ini tiketku. Aku meminta Sasuke yang mengajariku bukan tanpa alasan. Ia yang sekarang pembalap tercepat disini pastilah akan mengajariku caranya menjadi cepat."

"Lalu Shika? Bukankah kemaren-kemaren kau belajar kepadanya?"

"Mou... Naru. Shika-Senpai tak cukup cepat."

"Ne, Saku. Cepat atau tidak nya dirimu di lintasan bukan karena yang mengajarimu. Tapi karena dirimu sendiri yang menentukan kau cepat atau tidaknya."

Sakura menggeleng, "Kau berbicara seolah kau paham tentang ini. Kau kan tak pernah turun kejalanan. Kuajak kau menuruni bukit Konohana yang tak seberapa dibanding Puncak Konoha saja kau sudah mabuk perjalanan. Dan selama ini juga kau tak pernah mengendarai mobil sekalipun. Bagaimana bisa kau tau rasanya di lintasan balap?"

'Kau hanya tidak tau saja jika aku lebih dari sering melintasi arena balap bersama ayahku, Saku.' Batin Naruto.

"Yah... aku ikut. Tapi sekarang kita bagaimana? Dan... kapan balapannya dimulai?" Lanjutnya.

"Balapan dimulai jam 10, di jalan poros kota. Jalan yang tak terlalu menantang sih. Lebih banyak jalan lurus dari pada tikungan dan terjalnya."

"Lalu, kita kesana naik apa? Dan di mana tempat berkumpulnya?"

"Tenanglah Naru. Kau ikut denganku. Kita pakai mobilku. S80. Dan kita menuju lapangan Konoha 2 karena balapannya dimulai dan berakhir di sana."

"Baiklah.. aku tak kan ganti baju. Aku tak bawa pakaian ganti, and you know that. Ayo kita sekarang berangkat. Sudah jam 9."

Uncover Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang