As A Man

24 10 1
                                    

Briar yang telah lama tak sadarkan diri akhirnya tersadar. Ia membuka matanya perlahan. Diamatinya sekeliling tempat ia berbaring.

Aku tidak mengenal tempat ini. Batinnya saat menyadari ia berada disebuah gubuk yang tidak terlalu jelek.

"Akh-" desahnya dengan memegang kepala saat ia mencoba bangkit dari tidurnya secara tiba-tiba. Ia pun memutuskan untuk kembali berbaring. Tapi ia masih sangat khawatir jika orang di gubuk ini berniat jahat.

Tapi orang yang tinggal disini telah merawatku, entah sejak kapan. Kecil kemungkinan ia berniat jahat padaku. Batinnya lagi.

Ia mendengar suara pintu terbuka. Sosok wanita muncul dari pintu tersebut.
"Kau sudah sadar? Baguslah," kata wanita itu.

Mendengar wanita itu bicara, Briar kembali memaksakan dirinya untuk bangkit dari tempat tidurnya. Ia berhasil berdiri, tapi tak lama kemudian ia tidak sanggup menahan dirinya. Ia hampir terjatuh, tapi satu tangannya bertumpu pada sisi tempat tidur untuk menahan tubuhnya.

"Kenapa kau memaksakan diri. Kau tidak-" wanita itu tidak menyelesaikan kalimatnya karena terkejut saat Briar menepis tangannya yang mencoba membantu menopang Briar.

"Jangan sentuh aku! Aku bisa melakukannya sendiri," seru Briar sambil mencoba duduk di kasur.
"Kau harus menjelaskan semuanya padaku," lanjutnya lagi

"Ap..apa yang harus ku jelaskan?" Tanya wanita itu.
"Begini saja. Tanyakan apa yang ingin kau ketahui dari aku dan akan aku jawab sebisa ku dengan jujur," usulnya.

Briar masih menatap dingin wanita yang berdiri di depannya. Menimbang-nimbang perkataan wanita itu. Akhirnya ia menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diri.
Terjadilah keheningan yang cukup lama diantara mereka

"Ehm, kenapa aku bisa di sini?" Akhirnya Briar bertanya.

"Ceritanya lumayan panjang. Jadi seperti biasa, aku bangun pagi, mandi, masak-" kalimatnya kembali dipotong oleh Briar.

"Langsung saja kebagian kau menemukanku," kata Briar dingin.

"Eh-ehm..Baiklah. Aku menemukanmu di tepi sungai tempat aku biasa menghabiskan waktu luang. Saat itu aku mengira kau sudah mati, jadi aku membiarkan mu tergeletak agak lama. Lama-lama aku penasaran dan berjalan kearah tubuhmu yang tergeletak. Aku terkejut saat melihat kondisimu yang sangat parah tetapi masih hidup. Tanpa pikir panjang aku membawamu kemari dan mengobatimu,"

"Parah? Seberapa parah?"

"Ehm, sekujur tubuh mu lebam, eh, tapi tentu aku tidak melihat bagian yang kau tutupi celana. Lalu ada banyak luka bakar di leher dan tanganmu. Bibirmu sobek dan darah ada di mana-mana. Pergelangan kaki mu lencet dan kau tidak sadarkan diri selama satu minggu," jelas wanita itu.

"Dari penjelasanmu, hanya ada satu hal yang tidak masuk akal. Luka bakar? Bagaimana aku bisa terkena luka bakar kalau selama ini aku bermain api?" Briar bertanya dengan penuh selidik.

Wanita itu memutar matanya,"kau ini aneh. Wajar saja kau terkena luka bakar kalau kau sering bermain api,"

Apa maksud wanita ini? Batin Briar.
"Lupakan soal luka bakar. Selanjutnya, katamu aku telah tidak sadarkan diri selama satu minggu. Apa itu satu minggu"

Dasar laki-laki aneh. Untung saja kau tampan. Batin si wanita.
"Apa kau bodoh? Satu minggu itu tujuh hari, tuan!"

Briar mengerutkan keningnya.
"Dan seberapa lama satu hari itu?"

"Huh. Satu hari setara dengan 24 jam. Dan jika kau bertanya seberapa lama satu jam itu, jawabannya adalah satu jam setara dengan 60 menit. Dan jika kau masih ingin tahu seberapa lama satu menit itu, akan tetap kujawab dengan baik hati. Satu menit setara dengan 60 detik. Yang terakhir, jika kau ingin tahu seberapa lama satu detik itu, kau bisa lihat benda di ujung ruangan itu. Jarum terpanjangnya menunjukan detik. Semoga kau mengerti," jawabnya dengan ketus.

The ElementsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang