It's Me

24 10 4
                                    

"Aku Briar. Dan ya, aku bukan manusia,"

Dan terjadilah keheningan.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

"Bhuuahahahahahaha. Kau sangat lucu tuan. Eh, siapa tadi namamu? Briar? Ya, Briar. Kau sangat lucu. Hahahahahahahaha,"

Briar menatap Evelyn dengan heran. Dam akhirnya ia membuang muka dan kembali berjalan. Meninggalkan Evelyn yang tidak henti-hentinya tertawa.

"Hei! Tunggu kenapa kau meninggalkanku? Kau tersinggung karena aku menertawakan dirimu? Tapi itu memang layak ditertawakan, asal kau tahu," Evelyn berjalan cepat berusaha menyamakan langkahnya dengan Briar.

"Sudah kubilang bukan. Manusia seperti mu tidak akan percaya pada kata-kataku," Briar mendengus kesal.

"Maafkan aku Briar. Eh, tuan bukan manusia. Ckickicki," Evelyn terus-menerus cekikikan dan mengolok-olok Briar.

Briar tidak menghiraukan Evelyn di sampingnya. Ia terus memandangi sekitarnya. Hamparan sawah luas terpampang di sekitar jalan setapak yang ia lalui.

Kemudian ia teringat tujuannya keluar dari gubuk itu.
"Kau mengikuti ku bukan untuk tertawa, melainkan menunjukkan jalan," katanya dengan nada ketus.

Akhirnya Evelyn berhenti tertawa. Ia mengusap matanya yang berair karena terlalu lama tertawa.
"Baiklah, baiklah. Kemana kau akan pergi?"

Briar berhenti berjalan dan berfikir sejenak.
"Apa para manusia memiliki suatu tempat khusus yang kalian gunakan untuk memuja sesuatu yang mereka anggap berperan dalam menciptakan dan melindungi dunia ini?"

"Sesuatu seperti apa? Presiden? Kepala suku? Atau apa?"

"Bukan sesuatu seperti itu yang kumaksud. Sesuatu yang tak kasat mata, yang tidak hidup bersama kalian tetapi kalian percaya bahwa mereka benar-benar ada dan menjaga dunia kalian," jelas Briar.

"Ah! Aku mengerti maksudmu. Sesuatu seperti guardian bukan? Yang menjaga tiap elemen yang ada di dunia ini?" Tebak Evelyn.

"Ya! Apa? Kalian menyebutnya guardian? Terlalu harafiah," gerutu Briar.

"Kau kira kami akan repot-repot membuatkan sebutan spesial untuk para guardian?"

"Tapi bukankah para guardian juga sudah repot-repot menjaga dunia kalian. Keterlaluan. Ah, sudahlah. Hal itu tidak penting. Tunjukan tempat dimana kalian memuja para guardian, khususnya guardian Api," Briar menatap Evelyn dengan tatapan yang sangat serius.

Dia sangat mempesona saat sedang serius. Batin Evelyn.
"Ehm, kau bicara seperti kau adalah guardian yang tidak terima disebut guardian,"

"Jika aku bilang aku guardian kau juga tidak akan percaya," Briar tetap menatap Evelyn dengan ekspresi yang lebih serius.

"Apa kau-" Evelyn tak sempat meneruskan kalimatnya.

"Sudah jangan banyak bicara. Tunjukan saja tempatnya,"

Evelyn mendengus dan berjalan beberapa langkah didepan Briar.
"Tempatnya cukup jauh. Mungkin kita harus berjalan sekitar dua puluh sampai tiga puluh menit," jelas Evelyn.

"Teruslah berjalan. Aku tidak peduli dengan waktu," sahut Briar.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba langit menjadi sangat gelap.
"Astaga. Mendungnya membuat langitnya tampak seperti langit malam. Padahal ini masih jam empat sore," keluh Evelyn.

"Malam itu apa?" Tanya Briar.

"Astaga, tuan bukan manusia. Malam itu bagian dari waktu. Sudah kejelaskan bukan kalau dalam sehari terdiri dari 24 jam..bla..bla..bla," Evelyn terus menjelaskan tentang pembagian waktu pagi, siang, sore, dan malam tanpa digubris oleh Briar.

The ElementsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang