• | 1 | Serumah?!

31.3K 2.2K 1.6K
                                    

"Mulai sekarang, Erika akan tinggal di rumah ini."

"Tinggal di sini?! Si cupu mau tinggal di sini?! Enggak, Tristan gak terima!" sentak Tristan membuat gadis yang berada di hadapannya semakin menunduk takut.

"Ya, mulai saat ini Erika akan tinggal di rumah ini bersama kita," tukas Darian—Papa Tristan.

"Iya Tristan, rumah ini akan semakin lengkap dengan kehadiran Erika, lagipula dia ini cerdas lho! Dari SD sampai sekarang selalu ranking satu paralel. Jadi, nantinya kamu bisa belajar bareng Erika. Biar pinternya nular!" sahut Sarah—Mama Tristan.

'Apa kata Mamanya tadi? Belajar bersama Erika?! Amit-amit,' rutuk Tristan dalam hati sambil bergidik ngeri.

"Enggak! Tristan gak mau serumah sama si cupu!" sentak Tristan lagi.

"Rumah ini milik Papa. Jadi, terserah Papa mau membawa siapa saja ke sini, dan kamu sama sekali gak berhak melarang Erika!" balas Darian.

Rasanya seperti ribuan beton menimpa kepala Tristan saat Papanya berkata bahwa Erika akan tinggal serumah dengan dia dan keluarganya.

Tristan meneliti penampilan Erika dari atas sampai bawah, lalu berdecih pelan. Kuno, norak, dan gak modis sama sekali. Oleh sebab itulah selama ini Tristan sering membully Erika.

"Gak papa Om, Erika balik ke panti lagi gak papa kok," sahut Erika pelan. Sejak tadi ia hanya diam mendengar penolakan Tristan. Ia sadar diri siapa dirinya, ia hanya gadis yang berasal dari panti asuhan.

"Tidak-tidak, bagaimanapun juga kamu akan tetap tinggal di rumah ini. Ini pesan dari almarhumah ibu kamu. Dia menitipkan kamu pada Om dan sudah sepatutnya Om melaksanakan amanah itu. Maaf ya baru bisa menemukan kamu. Sebenarnya, Om sudah cari kamu sejak beberapa tahun yang lalu ketika ibu kamu dikabarkan sekarat di rumah sakit dan kemudian meninggal. Untung saja ibumu sempat menuliskan surat tentang kamu. Jika tidak, mungkin kamu masih akan tetap tinggal di panti asuhan itu."

Flashback on

"Tolong jaga putriku, Darian. Hanya kamu sahabatku yang masih peduli tentangku,"

"Apa yang kamu katakan, Ran? Kamu mau ke mana, dan mengapa menitipkan anakmu padaku?" balas Darian melalui sambungan telepon di seberang sana.

"A-aku sudah t-tidak sanggup lagi, carilah putriku di panti asuhan—"

"Rani, kamu kenapa? Suaramu terdengar begitu lemah. Setelah menghilang beberapa tahun kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Aku dan Sarah—istriku, mencarimu ke mana-mana. Sekarang kamu di mana?"

"Erika Sharma Wijaya, dialah putriku yang kutitipkan di panti asuhan. Carilah dia, rawat dia dengan baik. Aku tau, hanya kamu dan Sarah yang bisa kuharapkan. Kalian adalah sahabat terbaikku, uhukk ... aku sudah tidak sanggup, selamat tinggal—"

Setelah itu suara defbrilator terdengar nyaring, beberapa suara gaduh dokter dan perawat juga turut terdengar. Membuat Darian paham bahwa Rani saat ini berada di rumah sakit.

"Pasien sudah tidak dapat diselamatkan, innalillahi wa innalillahi roji'un."

Ponsel Darian langsung terjatuh mendengar seruan dari dokter di sana, setetes air matanya turut jatuh. Rasa sesak mulai menggerogoti hatinya.

NERD VS PLAYBOY [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang