• | 10 | Jahat

9.6K 928 266
                                    

"Sin 30° kok jadi setengah akar tiga, Tan? Harusnya setengah," ujar Erika sambil menghela napas panjangnya. Sejak tadi Tristan selalu salah dalam mengerjakan soal. Tak ada satu pun yang benar.

Sudah 30 menit mereka belajar, namun belum membuahkan hasil yang baik. Itu semua terjadi karena sikap Tristan yang malas-malasan ketika Erika menjelaskan, bahkan sering mencibir tidak jelas ketika gadis itu menyuruhnya mengerjakan beberapa soal.

"Ya namanya juga manusia, ya pasti pernah lupa lah. Emang lo gak pernah lupa? Cih!" rajuk Tristan.

"Ya masa salah semua sih! Sini aku jelasin lagi." daripada bertengkar, lebih baik Erika mencoba sabar menghadapi sifat Tristan. Batu kalau dikerasin ya tambah keras, jadi Erika lebih baik sabar dan mencoba menjadi air untuk meruntuhkan sifat batu Tristan.

"Iya-iya," gumam Tristan malas-malasan. "Oh iya cupu, masa tiap hari gue ada jadwal les, sih?! Gue jadi gak bisa kemana-mana sehabis pulang sekolah."

"Kamu bilangnya jangan ke aku, ke mama kamu aja. Kalau ke aku, aku gak bisa ngerubah jadwal les kamu."

"Ck! Mama emang pengen nyiksa anaknya."

"Nggak Tan, mama kamu nyuruh kamu les itu bukan karena dia pengen nyiksa kamu, tapi karena dia itu sayang sama kamu. Dia udah mikirin masa depan kamu, kalau kamu tetep gak mau belajar tiap hari nanti kamu mau jadi apa?" nasehat Erika.

"Nyesel gue curhat ke lo, orang lo sepemikiran sama mama. Ck!" decak Tristan.

"Harusnya kamu bersyukur punya mama dan papa yang sayang ke kamu. Nggak seperti aku, yang udah ditinggal ayah sama mama sejak aku baru lahir," lirih Erika dengan nada sedih yang terdengar dalam setiap kalimat yang diucapkannya.

Tristan mengubah ekspresinya dari kesal menjadi sedikit iba. Selama ini, Tristan tak pernah berpikir apa saja kesedihan yang Erika alami, Erika ditinggal kedua orang tuanya, ditambah lagi sering di-bully oleh dirinya.

"Orang tua lo sekarang di mana?" tanya Tristan.

"Mereka udah pisah, Mama udah meninggal, sedangkan Ayah nikah lagi dan nggak diketahui di mana dia sekarang."

Erika tersenyum tipis. "Mangkanya, kamu harus bersyukur karena masih punya mama dan papa yang baik dan sayang sama kamu, jangan sampai kamu nyesel nantinya karena gak sempat bahagiain keduanya."

"Abis denger ucapan lo, gue rasa apa yang lo bilang emang bener."

"Iya, lebih bagus lagi kalau kamu mau berubah orang yang lebih baik lagi," balas Erika.

"Maksud lo berhenti bully--" Ucapan Tristan terpotong oleh celetukan Mamanya yang tiba-tiba datang.

"Cieee ... ada yang lagi curcol nih! Bagus-bagus, lanjutin!" ujar Sarah yang sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat Erika dan Tristan belajar. Sedari tadi Sarah mendengar pembicaraan Erika dan Tristan yang terbilang cukup akur. Sarah yakin, Erika memang gadis yang tepat untuk membimbing Tristan menjadi orang yang lebih baik lagi.

"Apaan sih, Ma!" dengus Tristan.

"Masih kurang apalagi sih Erika, Tan? Dia idaman banget tau, udah pinter, baik, cantik, dan yang paling penting dia bisa nasehatin kamu untuk berubah jadi lebih baik lagi. Udah ayo lamar Erika, Mama langsung setuju!!!" seru Sarah berapi-api.

NERD VS PLAYBOY [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang