• | 7 | Chocho

9.4K 1K 383
                                    

Di hari Minggu pagi yang seharusnya menjadi hari yang paling Tristan suka karena libur sekolah, berubah menjadi hari Minggu terburuk yang dia alami selama ini. Bayangkan saja, pagi-pagi mamanya sudah menyuruhnya untuk menjaga Chocho, alias si kucing baru yang kemarin mamanya bawa.

"Kamu jagain Chocho dulu ya, Mama sama Erika mau masak dulu buat sarapan," ujar Sarah yang dibalas decakan kesal oleh Tristan. Sarah langsung memberikan Chocho ke gendongan Tristan, cowok itu terkejut bukan main dan agak kewalahan menggendong Chocho.

"Kenapa dititipin ke Tristan sih, Ma! Tristan gak suka kucing!" elak Tristan, tidak mau menjaga si Chocho-Chocho itu. Meskipun mamanya kalau memasak memang tidak terlalu lama, tetapi Tristan memang sangat tidak suka dengan yang namanya kucing. Menurutnya, kucing itu terlalu merepotkan dan menggelikan.

"Jagain Chocho ya Tan, Mama masak sebentar aja kok. Masa gitu aja enggak mau, hm?" tanya Sarah dengan wajah cemberut. Tristan akhirnya mengangguk setuju atas perintah Mamanya itu. Setelah itu Sarah langsung pergi ke dapur.

"Miauw ... Miauww .... " Chocho mengeong sambil menguyel-nguyel wajahnya di baju Tristan. Tristan yang hanya memakai kaos tipis, tentunya langsung merasa kegelian saat Chocho melakukan itu.

"Anjir lo kucing! Geli!" teriaknya, lalu melepaskan Chocho dari gendongannya.

Chocho menyukai Tristan, terbukti saat kucing oren itu diturunkan dari gendongan Tristan, kucing itu kemudian mendekat lagi dan langsung menciumi kaki Tristan.

Cowok itu kesal bukan main melihatnya, dia langsung berjalan menjauh dari Chocho. Tetapi Chocho tak menyerah mendekati Tristan, kucing itu malah terus mengikuti kemana pun Tristan pergi.

"Miauw ... Miauw ...." lagi-lagi Chocho mengeong. Sedangkan Tristan sudah naik ke atas sofa agar kucing itu tak bisa mendekatinya.

"Hussh pergi lo, jauh-jauh lo dari gue! Bangsul lo kucing! Anjir, lo bisa naik ke sofa!" bentak Tristan kemudian turun dari atas sofa dan berlari ke dapur. Mungkin mamanya bisa menyelamatkannya dari kucing liar itu.

"Akh Ma, cepet ambil kucingnya!" seru Tristan kemudian memeluk sosok perempuan yang berada di depannya dari belakang, Tristan langsung menenggelamkan kepalanya di leher perempuan yang ia peluk. Dia pikir itu adalah Mamanya tetapi dia salah, itu adalah Erika.

"Ulu-ulu Chocho dijahatin ya sama Kak Tristan, sini-sini biar Mommy gendong." Sarah mematikan kompor yang ada di hadapannya dan langsung menggendong Chocho.

"Miauw ... Miauww ...."

"Utututu ... cup-cup sayang. Tristan, kamu gimana sih! Jagain Chocho aja gak bisa. Itu lagi ngapain peluk-peluk Erika, ayo lepas! Bukan muhrim. Halalin dulu baru boleh peluk-peluk," ujar Sarah membuat Tristan langsung menghadap ke depan.

Mamanya ada di hadapannya, lalu siapa yang dia peluk? Jangan-jangan ....

"Tan lepasin," ujar Erika pelan, merasa tidak nyaman dipeluk Tristan dengan erat seperti ini.

"Cupu!" sentak Tristan kaget, ternyata yang ia peluk adalah Erika. Dengan seketika, Tristan langsung melepas pelukannya dan mendorong tubuh Erika menjauh dengan kasar.

"Lo!" tunjuk Tristan pada Erika.

"A-aku enggak tau kalau kamu mau ke dapur," balas Erika pelan.

"Tristan, kamu apa-apaan sih marahin Erika segala? Kamu tuh yang salah. Kenapa Erika yang disalahin, bukannya kamu yang tiba-tiba meluk Erika!" dengus Sarah.

"Bela aja terus dia, lama-lama pasti makin ngelunjak," tukas Tristan jengah.

"Mm ... aku—" ucapan Erika terpotong cepat oleh Tristan.

"Njir, ngeri gue meluk cewek kayak lo! Harusnya lo ngindar tadi!" bentak Tristan marah. Cowok itu kemudian mengusap-usap bagian tubuhnya, berlagak membersihkan diri. Seolah ia baru saja menyentuh kotoran yang menjijikkan.

"M-maaf."

"Bodo amat, salah lo pokoknya!"

"Maaf, Tan."

"Ck!" decak Tristan, lalu meninggalkan area dapur. Namun, sebelum itu ia melirik Chocho—kucing oren itu tampak menampakkan ekspresi menyebalkan, ekspresinya seperti mengejek Tristan. Dasar kucing oren!

"Awas lo kucing!" ancam Tristan.

Sarah tak terima Chocho diancam seperti itu, dengan sigap dia memeluk kucing itu. Lalu menatap sinis Tristan. "Ini kucing udah Mama anggap seperti anak kedua Mama. Kamu jangan macem-macem!"

Tristan mengernyit bingung setelahnya. 'Anak kedua? Adiknya maksudnya? Sialan!'

-oOo-

"Habis ini Mama mau ke tempat spa hewan ya, mau mandiin Chocho. Terus itu kukunya Chocho agak panjang, Mama mau pedicure and manicure dulu. Jadi kamu jaga rumah ya sama Erika, jangan kemana-mana dan jangan macam-macam!" seru Sarah pada Tristan.

"Ck!" decak Tristan. "Papa ke mana? Bukannya sekarang hari libur?" tanya Tristan.

"Iya ada rapat penting sama klien dari luar negeri, jadi papa harus dateng meskipun ini hari Minggu."

Tristan mengangguk paham, "Mama pulang jam berapa?" tanyanya lagi. Sarah tampak berpikir sejenak, "Mungkin sore lah, wajar bukan cuma Chocho yang mau perawatan, tapi Mama juga. Hehehe ...."

"Hm. Makan siang nanti Tristan beli?" tanya Tristan lagi.

"Kan ada Erika, dia suka masak. Pasti dia mau masak buat makan siang nanti. Kamu santai aja kalau ada Erika, dia bisa semuanya persis kayak Mama."

Tristan memutar bola mata jengah mendengar Mamanya yang tiada henti memuji Erika, gadis cupu itu sepertinya sudah berhasil menghasut pikiran Mamanya.

"Oh iya kamu gak ada niatan gitu buat jadiin Erika pendamping hidup kamu? Dia itu perfect menurut Mama. Mama sih setuju banget kalau kamu sama Erika. Mama dukung 100%. No php!"

"Apaan sih, Ma, Tristan gak mau sama si cupu, dan apa kata Mama tadi? Erika perfect? Darimananya Ma? Dia gak cantik sama sekali!" balas Tristan, Sarah langsung memasang wajah jengkelnya pada putra semata wayangnya itu.

"Kamu tuh liatnya cuma dari luar aja, kamu gak pernah nilai seseorang dari hatinya. Menurut Mama sih Erika itu cantik luar dalam. Kamu aja yang belum tau Erika kayak gimana, kalau Mama make over Erika, pasti kamu langsung tergila-gila sama dia."

Nah kan, mamanya memuji Erika lagi. Punya mantra apa sebenarnya gadis cupu itu sampai bisa membuat mamanya membela gadis itu mati-matian.

"Terserah Mama mau ngomong apa lagi, udah sana Mama berangkat. Kasian si Choki-choki udah ngantuk noh, awas ngiler di baju Mama."

Sarah mendelik tajam pada Tristan, kalau ngomong emang gak pernah bener sama sekali.
"Choki-choki apaan! Chocho Tristan, CHOCHO!"

"Halah sama aja. Intinya itu hewan kucing, kan?" ejek Tristan.

"Terserah deh! Mama mau berangkat. Kamu jangan kemana-mana, jaga rumah, dan jangan macam-macam ke Erika. Awas aj—"

"Iya Ma iya," potong Tristan, tak mau mendengar omelan mamanya lagi.

Setelah itu, Sarah langsung berangkat ke tempat spa hewan. Setelah melihat kepergian mamanya, Tristan tersenyum miring.

Di rumah ini, tidak ada mama beserta papanya. Hanya ada dirinya dan Erika, kesempatan bagus untuk mengerjai Erika habis-habisan. Seringai Tristan makin lebar, ide-ide busuknya mulai berkeliaran di otak. Bersiap memberikan Erika siksaan lagi.

------

To be continued

Sampai jumpa di Part berikutnya 👋

NERD VS PLAYBOY [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang