Part 7

14 0 0
                                    

Tetetetet

Bel berbunyi menandakan jam istirahat telah usai. Semua siswa XI-4 duduk di tempat masing-masing. Lama mereka menunggu guru yang mengampu pelajaran biologi. Guru piket datang dan memberi tugas biologi pada kelas XI-4.

Seketika kelas menjadi ramai, karena apa?. Karena:

Pertama karena guru mapel biologi yang kalau ngajar kayak nina bobokin mereka , jadi bawaannya pingin tidur, ada urusuan jadi tidak dapat hadir.

Kedua karena Mereka dapet tugas banyak...
Dapet tugas banyak kok senang, anehkan..
Gimana ngga senang soalnya tugasnya tuh udah diberi dari minggu-minggu yang lalu, yang katanya mau dicocokan hari ini.

Semua siswa pada kegirangan karena berarti jamkos hari ini.
Tapi ditengah kegembiraan mereka ada satu sosok yang galau. Ian, dia galau setelah mendengar cerita Mala tadi, apa mungkin tumbuh benih2 cinta di hati Ian. entahlah itu semua hanya ian yang tau.

"Woi La sini kita mau ngomong sama lho." Teriak cika yang memanggil mala.

"Ngga ah malas gue, ngantuk mau tidur gue."

"A sebentar aja, sini cepet." sekarang ganti suara Via

Yah mau tidak mau Mala harus nyamperin mereka yang ada di depan kelas. Dengan langkah yang berat.

"Duduk La." hima yang langsung mendudukan mala secara paksa.

mala sih tau kalau temen-temen mala sikapnya kayak gini pasti ada sesuatu yang mengganjal dimata mereka.

"La tau kesalahan yang telah lo buat?" tanya feni yang membuka sesi tanya jawab ala gerombolan mala

"Tuh kan udah bener." Batin Mala.

Mala cuma mengendikkan bahu

"Lo tuh sadar ngga ?" lanjut cika

"Sadar kok" jawab.A dengan santai

"Jadi apa salah lo." sambung Atun

Mala bingung kenapa semua tanya apa salah.A.

"ngga tahu, emang ada apa sih, bingung gue tiba-tiba gue di tanya apa salah gue?"

"Tadi lo ngapain aja." sahut Via

"Tadi... Gue dari rumah berangkat sama Adi, Ari, agna, Anwar, dan Rizal, truz Rizal punya rencana mau bolos jadi aku marahin dia....Ya Allah jadi kalian tuh marah sama gue kalu gue marah sama Rizal."

"Ngga itu ngga ada hubungannya dengan kita, truz abis itu lo ngapain."

Mala coba mengingat-ingat semua kejadian yang telah ia lakukan mulai dari berangkat sekolah sampai sekarang dengan detail, urut. Tapi cika menyambar begitu saja.

"Ah kelamaan to the point aja, lo tuh udah nyakitin hatinya Ian, La." jelas cika

"lho kok bisa." tanya mala yang ngga nyambung dengan perkataan tadi

"Y bisa, lo tadi cerita apa coba."

"yang mana."

"A gini deh, ih repot ngomong sama lo, jelasin Him." jawab hima  sambil mengacak rambut frustasi

"Lo kan tadi cerita kalu lo tabrakan sama kak Afri, buku trus lo jatuh, truz si bawain dan lo diantar sampai kelas kan, benar ngga." jelas Hima

"betul kan bagus, gue mau keulang lagi lagi, biar bisa deket lagi sama cogan." jawab mala dengan tertawa

"Lo tuh bersenang-senang diatas penderitaan orang lain, tau ngg." sentak cika pada mala.

Mendengar sentakan itu, sontak Mala kaget dan kali ini perkataannya langsung nusuk. Mala pun langsung pergi meninggalkan mereka begitu saja, dan tanpa mala sadari air mata telah menetes.

Setelah mendengar perkataan temen.A tadi, Mala memutuskan untuk duduk di tempat.A, dan kepala yang di sembunyikan di balik tekukan tangan.A

"Kamu sih cik, udah tau mala begitu kenapa kamu bentak sih." Hima protes dengan perlakuan cika pada teman sebangku.A

"Apa sih jangan lebay, itu aku lakuin biar dia sadar kalau ada hati yang tersakiti di balik kebahagiaan.A" cika mencoba membela diri ketika di protes Hima

"Tapi menurut aku ya cik, si mala tuh beda dengan kita2, lagian di pernah cerita sama aku kalu dia ingin dapet beasiswa ke paris, jadi tak khayal kalu dia.A cuma fokus sama sekolah." sambung feni

"Iy betul, lagian kita kan bisa coba bilang sama dia perlahan-lahan cik." Kini athn ikut membenarkan perkataan feni

"Tapi kalu dia cuma fokus sama sekolah, kenapa kalu lihat Afri dia histeris gitu."

"Gini emang kalu dia lihat kak afri histeris, tapi dia memandang kak afri itu sebagai idola dia mengagumi kak afri karena sikap.A yang ramah baik."

Kini cika merasa terlojokan dengan situasi. Dia pun merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukan.A pada mala. Ia berniati minta maaf Pd Mala, dia memutuskan masuk kedalam kelas menyusul mala.

"Kemana cik?" tanya Hima

"Nyusulin mala" tanpa menghiraukan teman2.A lagi. Cika bergegas masuk ke dalam kelas, tapi langkah.A terhenti saat melihat mala.

Saat ini mala masih memikirkan perkataan cika tadi. Tiba-tiba ada tangan yang mengusap puncak kepala.A dengan lembut.

"Kenapa lagi?" tanya Ian tepat di telinga Mala dengan nada pelan.

" "

Kini Ian duduk di kursi sebelah mala dan mengulangi perkataan.A tadi.

"Kenapa lagi?"

"Ngga apa2" mala berusaha menghapus air mata.A dia tidak ingin Ian melihat.A menangis.

"Udah jangan di hapus biarkan beban itu hilang bersama tetesan air mata." Ian memandang Nanar mala

"Ian, I'm sorry."

Tidak ada jawaban dari ian. Tangan ian menggenggam tangan mala yang kini isakan tangis.A semakin kencang, dan berusaha menenangkan.A

"La." Panggil cika dengan lembut

Kini ian melepaskan genggaman.A dan berniat pergi meninggalkan mala dengan cika untuk menyelesaikan masalah mereka. Tapi cika menyuruh ian untuk stay di tempat.

"Cik, I'm so sorry."

"Aku juga minta maaf sama kamu, ngg seharus.A aku bentak kamu seperti tadi."

Cika langsung memeluk mala yang menandakan mereka sudah baikan. Melihat dua cewek di depan.A berpelukan membuat ian iri.

"Yah aku ngg ada yang melukk ini, ikutan dong."

"Ih apaan sih kamu yan, aku mah ogah di peluk sama kamu." Penolakan cika dengan sedikit tertawa

"Idih PD.A mb siapa juga yang mau meluk dugong." Balasan ian dengan senyum mengejek

"Yan, ngga boleh ngatain orang." kini senyum mala terukir kembali

"Tau nih si ian, dosa tauk."

Tetetettt

Bel pulang sekolah berbunyi, anak XI-4 masuk kelas dan memasukan buku mereka ke dalam tas dan bersiap pulang ke rumah masing-masing.

"Kuy La pulang." Ajak hima yang kini sudah menenteng tas punggung.A, yang di sertai teman2 mala yang lain.

"kalian duluan aja Aku ada rapat."

"Yah udah kita pulang dulu, bye la."

"Bye, hati2 langsung pulang jangan kelayapan ngga jelas."

"Pulang yuk la." Kini Ian mengajak mala

"Kamu duluan aja, aku mau rapat."

"ko masih di sini?"

"Nungguin pasha, udah kamu pulang dulu nanti di cariin orang rumah lho."

"Ngga aku nunggu sampai kamu di jemput temenmu." kini ian duduk di sebelah mala.

what happenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang