5. Menikah Muda?

9.6K 491 18
                                    

"Betapa susahnya tatkala engkau mencintai seseorang yang engkau sendiri tahu ia tidak akan pernah jadi milikmu"

Dua pekan sudah Aisyah libur, tetapi libur tersebut tidak mengubah kebiasaan Aisyah yang bangun di dini hari kemudian membantu Ibunya menyiapkan sarapan pagi setelah beribadah. Di meja makan Ibu dan Ayah Aisyah tidak henti-hentinya saling menatap satu sama lain, mereka berbicara lewat pandangan mata, benar-benar aneh.

Setelah sarapan selesai, Aisyah bergegas mencuci piring sambil bersholawat, suaranya begitu merdu dan jernih. Dia memang memiliki suara yang merdu warisan dari Ibunya.

"Aisyah, duduk disini dulu sayang. Ayah dan Ibu mau bicara." Ucap Ibunya Ketika Aisyah menuju kamarnya di lantai atas. Aisyah mengernyit, entah hal penting apa yang akan di bicarakan kedua orang tuanya sampai-sampai raut wajah mereka terlihat begitu serius.

Aisyah mendudukkan dirinya di tengah-tengah kedua orang tuanya. "Ada apa Ibu, Ayah?" Tanyanya menatap wajah kedua orang tuanya bergantian.

"Boleh ibu bertanya?" Ucap Ibunya lembut.

"Iya Ibu, tentu saja boleh" Aisyah tersenyum

"Apa pandangan Aisyah tentang Nikah muda?" Tanya Ibu Aisyah hati-hati.

Aisyah tersenyum, meski dalam hati gugup dengan pertanyaan orang tuanya yang tiba-tiba "Menurut Aisyah, Menikah muda itu salah satu jalan untuk terhindar dari zina, mengendalikan nafsu kan begitu berat sehingga mereka yang memutuskan untuk menikah memilih jalan untuk tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Apalagi kita sebagai perempuan adalah fitnah terbesar bagi kaum adam." Aisyah tersenyum mengingat betapa kagumnya dia kepada Kak Alvin sepupunya yang memilih menikah muda, dan sekarang telah memiliki Yusuf yang lucu, ah ingin rasanya dia mencubit Yusuf sekarang juga.

"Bagaimana jika Allah menakdirkan kamu untuk menikah muda, apakah kamu bersedia?"

"Maksud Ayah?" Aisyah bertanya, mencari tahu apa maksud dari Ayah dan ibunya menanyakan kesediaannya untuk menikah muda.

Ayah dan Ibunya saling berpandangan "Begini sayang, Kak Adnan ingin melamar kamu. Dia sudah menemui Ayah dan Ibu, dia meminta restu kepada kami berdua." Ucap Ibu Aisyah lembut.

"Ayah dan Ibu setuju?" Tanya Aisyah matanya berkaca-kaca, umurnya baru menginjak sembilan belas tahun, dia masih ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

"Kami berdua setuju jika Aisyah setuju, Adnan adalah lelaki yang baik terutama agamanya bagus, sukit mendapatkan lelaki seperti dia. Jika sudah di depan mata, mengapa harus ditolak tetapi kembali lagi, semua ada di tangan Aisyah. Ibu dan ayah tidak memaksa." Ucap Ayah Aisyah.

"Tapi, ibu berharap kamu mau menerima lamaran dari Adnan, dia adalah lelaki yang baik, yang insyaa Allah bisa membimbing kamu ke-SurgaNya." Ucap Ibu Aisyah

"Pertimbangkan lah baik-baik sayang, namun ingat lah perbedaan umur tidak menjadi penghalang untuk menikah, Aisyah Radiallahu dan Rasulullah pun berbeda umurnya" ucap Ayahnya tahu betul dengan apa yang di pikirkan oleh anak semata wayangnya.

***

"Dua hari lagi kamu sudah harus ke Jakarta, Mami dan Papi sudah menyiapkan guru untuk les kamu, kamu harus masuk Fakultas kedokteran UI, kalau nggak bisa dapat UI kamu akan dikirim Papa ke Amrika, jadi belajar lah dengan giat."

Menjadi Teduhmu [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang