Revenge

119 13 2
                                    

Yoo Ah POV

Hari itu pun tiba. Hari dimana kami akan merebut takhta dan menyelamatkan kerajaan. Selama berminggu-minggu aku melihat banyak rakyat yang menderita setelah Wonho memimpin. Maka dari itu aku berlatih keras bersama Hyungwon dan Minhyuk agar bisa merebut takhta untuk Minhyuk. Setelah ini selesai, mungkin aku akan mengembara entah kemana.

"Yoo Ah-ya, sekarang saatnya. Apa kau siap?"tanya Hyungwon meyakinkan

"Aku siap dengan segala resikonya."

"Baiklah. Aku akan menyiapkan senjata-senjata untuk kalian pakai."

Aku melihat Minhyuk yang dari tadi seperti sedang melamun. Tiba-tiba memori itu muncul, saat aku dicium olehnya.

"Kenapa aku memikirkan ini? Sebentar lagi kita akan berperang. Aku harus fokus."gumamku. Aku menampar pelan pipiku untuk menyadarkan diri. Tapi, hatiku seakan khawatir padanya. Aku putuskan untuk menghampirinya.

"Minhyuk-ah"panggilku

"Ye?"

"Gwaenchanha?"

"M.. ya. aku baik."

"Tapi ekspresimu mengatakan tidak. Ada apa? Apa kau gugup?"

"Aku tidak gugup dengan pertarungannya. Tapi aku mengkhawatirkan keselamatanmu."

"Wae?"

"Aku takut apa yang aku pikirkan akan terjadi."

Tak kusangka dia mengkhawatirkanku, padahal baru tadi malam dia menyatakan perasaannya padaku. Sepertinya dia sudah memendam itu cukup lama. Aku memegang pundaknya, berharap rasa khawatirnya hilang.

"Geokjeongma. Aku tidak akan mati. Aku berjanji."

"Aku pegang janjimu."

"Yaedeul-ah! Senjata kalian sudah siap."panggil Hyungwon. Kami berdua segera menghampirinya.

"Untuk apa senjata ini?"tanyaku

"Aku takut kita tidak bisa bertahan lama jika tidak memakai senjata. Maka dari itu, aku ingin kalian maksimalkan penggunaan senjata ini. Pakai kekuatan kalian di saat terdesak saja."ujarnya sembari membagikan senjata berupa pedang.

"Baiklah."jawabku

"Dan ingat. Kita tidak punya pasukan, jadi kita harus menghemat tenaga sebaik mungkin. Jangan gegabah saat menyerang. Aku tidak mau kalian mati sia-sia."

"Jadi apa rencananya?"tanya Minhyuk

"Baiklah. Akan kujelaskan." Hyungwon mulai menjelaskan rencananya secara detail.

"Araseo. Kalau begitu, kita berangkat sekarang."ujar Minhyuk

"Kaja."

Kami berangkat menuju istana. Aku harap rencana kami berjalan dengan sempurna dan tak ada yang harus mati.

Sesampainya di sana, kami langsung masuk lewat pintu rahasia yang tersambung ke ruang takhta tanpa ketahuan penjaga depan. Setelah berhasil masuk, kami berjalan menelusuri lorong gelap yang hanya bercahayakan obor yang kami bawa. Tanganku sudah menggenggam pedang yang Hyungwon berikan. Tak lama kami melihat sebuah pintu di ujung lorong. Kami hampiri pintu itu.

"Bersiaplah."ujar Hyungwon sembari memegang gagang pintu. 

Aku dan Minhyuk sudah bersiap. Aku melirik ke wajah Minhyuk, dia sudah mengaktifkan mata serigalanya. Aku pun ikut mengaktifkan mataku agar penglihatanku lebih baik. 

"Jigeum."ucap Hyungwon sambil membuka pintu. Kami menerobos masuk ke dalam. Betapa terkejutnya kami karena di sana tidak ada siapapun.

"Apa-apaan ini? Tidak ada orang?"kesal Minhyuk.

ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang