"Zelaa!" teriak Mama dari ruang keluarga.
"Kenapa, Ma?" tanya Zela singkat.
"Udah selesai belum beres-beresnya? Cepetan!" teriak Mama lagi.
"Iya, Ma!" jawabnya santai.
Segera Zela masukkan beberapa barang ke dalam kardus yang agak besar. Ia tatapi lagi ruangan itu dalam-dalam. Ruangan bercat biru muda berukuran 3×3.5m yang sudah menemaninya sejak kecil. Ruangan yang sudah 16 tahun ia tempati. Ia pasti akan rindu dengan ruangan itu.
Hari ini, ia akan pindah rumah. Ia akan meninggalkan rumah lama yang sempit dan sedikit usang di pinggir kota yang juga merupakan rumah peninggalan neneknya. Ia dan keluarga akan pindah ke rumah yang besar dan luas serta megah di tengah ibukota, ya, alasan utamanya agar kedua orangtua Zela lebih mudah jika harus pergi bekerja pagi-pagi sekali.
Setelah meyakinkan diri bahwa semua barang sudah ia masukkan ke kardus. Zela berjalan gontai menuju jendela, duduk di depannya menggunakan kursi berwarna krem. Ia pandangi sekeliling, tampak beberapa bunga yang sedang mekar dengan indahnya. Ia pasti juga akan merindukan taman itu. Zela menampakkan senyum tipis, tanda tak rela pergi. Tapi, ia harus bagaimana? Ada sesuatu yang mendorongnya agar segera pindah ke rumah baru itu, entahlah.
Zela beranjak dari kursi, membawa kardus yang cukup besar itu dengan sedikit kesulitan menuju ruang keluarga. Ruang keluarga yang tadinya tampak rapi, sekarang berubah menjadi tumpukan kardus disana-sini. 'Ya, beberapa jam lagi gue udah pindah dari sini,' pikir Zela sambil menghembuskan napas berat.
"Mama dimana, Pa?" tanya Zela pada ayahnya.
"Lagi pamitan sama tetangga, Zela ga pamitan juga?"
"Hm, ga, deh, Pa!" Zela membalikkan badan, meletakkan kardus yang dibawanya diantara kardus lain.
Jujur, Zela ingin sekali bertegur sapa dengan tetangga. Tapi, ia takut untuk berteman dengan orang baru, sehingga, selama 16 tahun ini juga ia tidak pernah kenal dengan tetangganya, kecuali Kak Tia dan Yunda yang sudah pindah beberapa tahun yang lalu. Sangat berbeda dengan ibunya yang supel dan ramah. Banyak tetangga menyukainya. Entahlah, terkadang Zela iri pada ibunya sendiri.
Tetapi, Zela tetaplah Zela. Zela yang menutup diri dari lingkungan rumah. Anehnya, dia hanya menutup diri di lingkungan rumah, sedangkan di sekolah, dia terkenal ramah dan supel persis seperti Ibunya, Zela sendiri juga tak tau alasannya.
"Pa, nanti disana Zela bisa nanam bunga lagi, ga? Halamannya luas ga, sih, Pa?" Zela duduk di sebelah ayahnya lalu melipatkan kaki.
"Di sana ada taman bagus kok, La! Zela pasti suka!" Papa tersenyum. "Beneran, Pa?" tanya Zela meyakinkan.
"Iya, beneran. Lihat aja nanti!" Papa mengelus rambut putri kesayangannya itu dengan lembut.
"Pa, sekolah Zela nanti gimana?" Zela teringat akan sekolahnya, bukankah pindah rumah berarti jarak ke sekolahnya akan berubah?
"Ya, tetap di Bantri, lah! Malahan tambah dekat sama Bantri, Zela bisa jalan kaki ke Bantri! Perasan Papa sama Mama udah kasih tau Zela, deh!" Papa menjelaskan panjang lebar. Zela tertawa kecil. Zela berpikir bahwa ia sangat tidak mengetahui info tentang rumah barunya itu. Padahal, orang tuanya selalu membeberkan informasi yang ada. Ia memang seseorang yang tidak suka ikut campur urusan orang lain.
***
Zela berdiri termangu melihat sebuah rumah megah nan besar berwarna hitam emas di depannya. Ya, rumah barunya itu sangat mengesankan. Dengan langkah bersemangat, ia mengikuti langkah orang tuanya, menunjukkan sebuah ruangan yang akan menjadi kamar Zela nantinya. Kamar yang terletak di lantai 2, kamar dengan warna yang sama seperti kamar sebelumnya, dengan ukuran yang tiga hingga empat kali lipat lebih besar, di tengah ruangan terdapat kasur berukuran kingsize bermotif bintang, di pojok sebelah kiri terdapat meja belajar beserta rak-rak buku yang berjejer rapi, lalu di sebelah kanan terdapat sofa empuk dengan permadani halus berwarna senada, televisi berukuran 34 inch beserta DVD player terletak di depan sofa yang disusun berbentuk U, disebelahnya terdapat satu buah biola berwarna putih tersusun rapi, di depan tempat tidur terdapat jendela besar berjejer dengan gorden berwarna putih lembut serta tak lupa pula sebuah dreamcatcher berukuran sedang di tengah jendela. Di pojok sebelah kanan, terdapat dua ruangan kecil, yang satunya adalah kamar mandi dengan pintu geser yang terbuat dari kaca, terdapat bathtub berukuran sedang, shower dan peralatan kamar mandi mewah lainnya. Ruangan satu lagi berisi rak-rak sepatu dan lemari-lemari pakaian terkumpul. Zela sangat menyukai kamarnya.

YOU ARE READING
You're My Flower
Novela JuvenilSaat bunga melambai pelan, angin pun menghembus lembut. Kelopaknya mulai bermekaran, warna-warninya membias keindahan, aroma harum semerbak menusuk hidung. Saat itulah semua cerita berawal. Ini cerita tentang seorang remaja perempuan, Azelda Lia Put...