"Apa? Kau bilang aku harus memakan hati naga di Sacred land?"
Tanpa kusadari, tiba-tiba saja aku meneriakkan kata-kata tersebut kepada bawahanku.
Di hadapanku adalah seorang pemuda yang berumur sekitar 30 tahun.
Mungkinkah aku salah dengar dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya tadi?
"Iya, tepatnya anda harus memakan hati naga saat terjadinya bulan purnama di Sacred land."
Wow, tidak hanya harus di Sacred land, tapi aku juga harus memakan hati naga?
Hm,.. Kira-kira rasanya bagaimana ya?
Nah, pastinya menjijikkan. Karena yang namanya ritual pasti aku harus memakannya mentah-mentah. Aku harap jantung naga tidaklah sekeras sisiknya.
"Untuk sekarang ini, kesampingkan masalah bulan purnama dan Sacred land. Darimana kita bisa dapat hati naga? Kau tahu sendirikan bahwa naga bukanlah monster yang bisa dengan mudah untuk dibunuh?"
Naga, Seekor monster yang mempunyai kekuatan tinggi.
Jika kau heran akan seberapa kekuatan yang aku maksudkan, kau bisa membayangkan sebuah tank yang mempunyai lapisan sepuluh kali dengan kerasnya baja terbang dengan bebas di langit. Tidak hanya itu, Serangan yang bisa dilakukan oleh naga bukanlah gigitan melainkan magic dengan tingkatan tinggi. Entah itu elemen air, api, tanah maupun angin.
Coba kau bayangkan seberapa besar kekuatan militer yang dibutuhkan untuk menangani makhluk pembawa bencana semacam itu?
"Hahaha,... Untuk masalah tersebut, anda tidak usahlah khawatir. Saya akan mempersiapkan barangnya."
Talos, entah mengapa setiap kami sedang menjalankan sebuah rencana, dia selalu saja siap dengan semua yang akan aku butuhkan. Inilah yang membuat posisinya dalam organisasi selalu naik sampai akhirnya berada tepat di bawahku.
"Hoho,.. Bisakah kau beritahu aku darimana kau akan mendapatkan barang yang sangat berharga tersebut?"
Saat aku mengatakan pertanyaanku pada Talos, bisa kulihat bahwa mata merahnya yang menyala dalam kegelapan seakan memberikan tatapan penuh arti.
Tatapan mata miliknya itu, dengan sekejap membuat diriku menjadi agak tegang.
Berkali-kali sudah aku melihat mata merah menyala miliknya itu, tapi entah mengapa diriku selalu merasa tegang saat dia menunjukkan mata itu.
Mungkin sebaiknya aku tidaklah tahu tentang darimana dia mendapatkan barang tersebut.
"Tidak, lupakan saja pertanyaanku tadi. Selama barang sudah ada di tangan maka tidaklah masalah."
"Tentu, Yang Mulia."
Mata merah miliknya pun meredup. Entah mengapa setelah melihat hal tersebut, ketegangan yang aku rasakan tadi akhirnya memudar seolah-olah tidak pernah terjadi.
Talos Tafalbes, dia tidak lain adalah tangan kananku. Jadi bisa dikatakan bahwa dia adalah orang yang paling aku andalkan.
Dia orang yang selalu sanggup saat aku berikan sebuah perintah. Seberat apapun perintah itu, sampai terkadang aku heran dengan apa yang kemungkinan orang ini inginkan dengan menjadi bawahan setiaku.
Tapi, pikiran negatifku tersebut tidaklah berdasar.
Beberapa kali sudah aku memberinya peluang untuk mengkhianati diriku, tapi apa yang dia lakukan justru semakin setia pada diriku.
Hm,... Andai saja dia seorang wanita, mungkin tidaklah lama bagiku untuk jatuh hati akan kesetiaanya pada diriku.
"Saat ini juga, kekuasaan dunia ada berada di depan mata kita,.. Bisakah aku mempercayakan semua persiapan yang diperlukan kepadamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Atas Langit
Short Story[COMPLETED] Dunia dimana pemerintah memandang mage sebagai salah satu monster yang patut untuk dilenyapkan. Di dunia seperti itulah muncul seorang mage yang ingin membuat sebuah revolusi besar pada dunia. Ya,... Inilah kisah dari perjuangan seorang...