Aku ingin bercerita pada kalian semua yang sekarang sedang membaca tulisan ini tentang sebuah kisah. Kisah yang aku ambil dari kejadian nyata satu talun yang lalu.
Pada saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang setelah bekerja. Cimoth---adekku---yang biasa menjemputku kebetulan hari itu tidak bisa datang, membuatku harus menaiki angkutan umum supaya sampai ke rumah.
Aku tak menyangka bahwa di dalam angkutan itu, aku akan bertemu dengan Bu Ratih tetangga sekaligus teman ngaji mamaku.
"Tante Ratih habis darimana?" Aku mencoba untuk menyapanya.
Mendengar namanya dipanggil, Bu Ratih pun mengalihkan pandangan dari ponsel ke sumber suara. Kemudian dia tersenyum ketika mendapati bahwa akulah yang tengah menyapanya.
"Ini habis dari pasar. Kamu baru pulang? Kok tumben naik angkot. Memang Cimoth kemana?" tanya Bu Ratih seraya memasukan hape-nya ke dalam tas.
"Cimoth ada keperluan dengan temannya tante, sehingga tidak bisa menjemput saya," jawabku seraya tersenyum padanya.
Kami pun larut dalam obrolan sepanjang perjalanan.
Pada waktu yang bersamaan, ketika kami sedang asyik berbincang-bincang. Tiba-tiba Bu Ratih berteriak, "Pencopet! Ada pencopet!"
Sang supir pun dengan gerakan cepat, menghentikan mobilnya. Kami semua---yang berada di dalam mobil---reflek melihat ke pelaku pencopetan itu. Disana, di tempat duduk paling belakang---tepatnya pojok---terlihat seorang pria dewasa tertangkap basah sedang mencopet sebuah dompet milik seorang wanita muda.
Peristiwa itu membuat para penumpang menggiring pelaku ke kantor polisi terdekat. Setelah itu, aku tak tahu bagaimana nasib si pelaku. Yang aku tahu, korban mengucap terimakasih pada Bu Ratih karena telah menolongnya.
****
Beberapa hari kemudian kami semua warga kampung dikejutkan dengan kematian Bu Ratih. Pasalnya, sehari sebelum ditemukan meninggal, Bu Ratih menghilang. Pihak keluarga bercerita bahwa Bu Ratih pamit ingin ke masjid melakukan shalat Ashar. Hingga malam hari pun Bu Ratih tak kunjung pulang.
Lalu terjawab sudah penyebab menghilangnya Bu Ratih.
Bu Ratih di temukan terbujur kaku dengan banyak luka lebam di beberapa bagian tubuhnya. Pak Seno, warga yang pertama kali menemukan jasad Bu Ratih di sawah.
Beberapa warga meminta bantuan kepada pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini. Pasalnya, pihak keluarga dan para warga tak mengerti alasan meninggalnya Bu Ratih.
****
Hari demi hari para polisi melakukan penyelidikan, dari mendatangi tempat korban dan tempat kejadian. Namun, mereka tak mendapatkan hasil.
Selang beberapa hari, kami semua dikejutkan dengan pengakuan pelaku pencopetan beberapa waktu lalu yang dipergoki oleh Almarhum Bu Ratih.
Pelaku pencopetan itu mengatakan semua alasan dibalik meninggalnya Bu Ratih. Dia bilang, peristiwa itu ulah teman-teman satu profesinya. Mereka tidak terima bila teman mereka di masukan ke dalam penjara. Mereka tidak terima bila teman mereka, sengsara. Harusnya waktu itu Bu Ratih diam saja ketika melihat aksi pencopetan itu.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Semua telah terjadi. Dan apa yang telah terjadi tak akan pernah kembali normal.
Hanya saja, aku merasa heran dengan masalah ini.
Mengapa kebaikan yang Bu Ratih lakukan dianggap salah? Bukankah menolong orang itu baik? Lalu dimana salahnya?
Mengapa kebaikan yang Bu Ratih lakukan meninggalkan duka yang begitu mendalam bagi keluarga?
Kebaikan yang dilakukan membuat sang suami kehilangan Istri dan menjadi duda? Kemudian, kebaikan yang dilakukan membuat seorang anak harus kehilangan seorang ibu dan menjadi piatu?
Hufftt!!
Aku sungguh tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
RandomTebarkan kebaikan tidak peduli orang berkata apa. Cover by. @tkmnhdk