(f).j

11 3 0
                                    

Bau tak sedap dari bangkai waktu yang membusuk, aku ingin memungut setiap detiknya lalu kupendam dalam-dalam. Sumpah, aku mual.
Tapi detik baru telah menyeretku untuk terus menjauh, sekelompok waktu yang bersih, rapi, dan wangi.
Sedangkan aroma bangkai waktu lampau tetap menguar, seolah mengejar sampai di ujung jalan terjal ini.

*

Didedikasi untuk ia yang mengisi tempo dulu dengan senyuman-senyuman penopang semangatku yang hampir roboh.
















Senandika Tanpa MaknaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang