Chapter 16~ Rekaman

150 8 1
                                    

"SIAL!!" umpat Endy dalam hatinya. "Gak apa apa? Ya ampun. Itu bukan pertanyaan! Itu pernyataan!"

"Ooh.. em.. iya. Gak apa apa kok. Ke kelas yuk" ajak Endy.

"Eh, iya. Yuk"

****

Sesampainya dikelas, Endy pun duduk dikursi yang biasanya. Dia mengeluarkan ponsel nya dan mengetik pesan pada Sesil. Yang isinya untuk mengajak Sesil jumpa di kantin saat istirahat pertama.

Bel istirahat pertama pun bunyi. Semua murid-murid berbondong-bondong menuju kantin sekolah.

"Dy, kantin yuk" ajak Lexa setelah selesai membereskan buku-buku yang ada diatas meja nya.

"Eh, maaf Lex. Aku ada janjian sama seseorang. Kamu sendiri aja ya. Kalo enggak, sama teman kamu yang cewe"

"Oh, iya iya. Aku bisa kok sendiri" jawab Lexa.

"Aku pergi dulu ya" Endy pun langsung berlari menuju kantin meninggalkan Lexa yang masih dikelas.

Lexa merasa ada yang menepuk pundak kiri nya. Dia menoleh, ternyata Devin.

"Kamu enggak penasaran dia mau jumpa siapa? Ayo kita ikuti" Devin menarik pergelangan Lexa.

"Vin, kamu kenapa? Ya biar aja dia mau jumpa sama orang lain. Kamu kok gitu sih?"

"Udah ayo kesana, sebelum kita ketinggalan" ujar Devin, lalu menarik Lexa dengan paksa.

Mereka pun sampai dikantin dan menemukan Endy yang berada disudut kantin sedang duduk sambil makan bakso bersama Sesil. Mereka -Endy dan Sesil kebetulan membelakangi semua orang yang dikantin itu dan kebetulan juga disamping mereka ada meja yang kosong.

"Ayo duduk disitu" ajak Devin.

"Kita mau ngapain sih Vin? Pikiran kamu jangan negatif bisa enggak?"

Devin tak menghiraukan perkataan Alexa, dan kembali menarik Lexa ke tempat duduk yang kosong itu.

"Kamu jangan ngomong ya Lex. Biar kita dengar apa aja yang mereka bicarakan. Oke" Devin mencubit pipi Lexa. "Biar kamu percaya sama apa yang aku bilang tadi"

Lexa pun diam menuruti perkataan Devin.
Devin mengambil ponsel dari kantong celana nya. Dan langsung menekan tombol "mulai" direkaman nya.

Tanpa basa-basi Endy langsung menyambar Sesil, "Sesil, kok bisa ketahuan? Kamu bagaimana sih"

"Ya maaf lah Dy. Namanya juga Devin dengar pembicaraan aku sama anak-anak (maksudnya anak-anak satu geng mereka) kemarin" jawab Sesil enteng. Dia kelihatan berbeda sekarang, tidak lembut seperti yang bersama Devin.

"Jadi udah gimana hubungan mu sama siDevin?

"Dah end"

"Gampang sekali kamu bilang begitu"

"Terus, mau bilang kayak gimana? Lagian yaudalah, udah pas juga" Sesil meneguk segelas air putih yang ada dimeja nya. Dan tiba-tiba matanya membesar, seperti terkejut.

"Atau jangan bilang..... Oh tidak!" jari-jari tangannya menutupi mulut Sesil yang setengah terbuka.

Lexa juga bingung, "apa maksud Sesil itu?" Dia bertanya pada Devin, dan dibalas Devin dengan mengangkat bahu nya.

Devin meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, "diam Lex. Kita dengar aja dulu"

"Jangan bilang kenapa Sil?" Tanya Endy tidak mengerti.

"Kamu jadi benar-benar suka sama Lexa? Kamu gimana sih Dy" wajah Sesil terlihat layu.

Dari wajahnya, bisa ditebak kalau Sesil naksir pada Endy. Tetapi hanya cinta sebelah pihak. Karena Endy menyukai Lexa.

"Emm.. ga tau sih" jawab Endy.

"Bukannya, kamu suka sama aku? Ahhh iya" Sesil memaksa bibir nya tersenyum. "Berarti selama ini hanya aku yang berpikir seperti itu. Sedih sekali ya, hahaha" juga memaksa tertawa.

"Kasihan Sesil" sepertinya Lexa hanyut dalam perkataan Sesil.

"Ya ampun Alexaaaaaa" Devin berbisik memarahi Lexa.

"Udah dibilang diam dulu. Nanti suara kamu ada didalam" Endy mengingatkan kembali.

Lexa pun nyengir tak berdosa, lalu mengangguk nurut.

"Kayaknya tidak ada yang lucu deh Sil. Lagian kan kita temanan. Malahan, aku yang berpikir kalau kamu yang jadi naksir sama siDevin, soalnya kalian kan dekat sekali"

"Lah, dekat apa nya? Dimana nya yang dekat? Cuman pegangan tangan aja, terus kadang pelukan. Dekatnya dimana coba?"

Devin dan Lexa sedikit terkejut, mereka saling tatap. Lalu, kembali merekam dan mendengar percakapan mereka.

Endy juga sedikit terkejut, "kamu nanya dimana dekat nya? Ya ampuuuun. Pusing sekali kalau bicara sama kamu Sil. Kalau begitu belum dekat, yang dekat nya mau gimana lagi?"

"Lugu sekali sih kamu. Yaudalah, gak usah bahas tentang aku dan Devin lagi"

"Jadi, kita bahas apa?"

"Tunggu. Kamu memang suka sama Lexa?"

"Kasih tau gak yaaa?" Endy bergurau.

"Serius Endyyy"

"Mungkin" jawab Endy singkat.

"Ooo gitu. Balik aja yuk. Sebentar lagi bel akan bunyi" sepertinya Sesil tidak tahan dengan pernyataan itu.

Devin segera mematikan rekaman nya. "Pura-pura bergaya Lex, biar ku foto. Mereka mau pergi. Mereka pasti akan melihat kita"

Lexa pun cepat-cepat mengacungkan jari telunjuk dan tengah nya tidak jauh dari wajah nya, lalu tersenyum.

Kemudian, Devin pun membuka 'kamera' diponsel nya dan pura-pura mem-foto Alexa yang tenga bergaya.

"Satu.. dua.. tiga.. bagus Lex. Coba lihat" ujar Devin.

"Sini. Waah, bagus kok Vin. Sekali lagi, sekali lagi"

"Oke, bikin pose nya. Satu.. dua.. tiga.. oke" Devin pun mengulang seperti yang tadi.

"Udah Lex, kita balik aja yuk" ajak Devin pada Lexa. Mereka bisa merasakan kalau Sesil dan Endy melihat mereka dari tadi, sekalipun Lexa dan Devin tidak melihat mereka.

"Yuk" Lexa tersenyum, kemudian mereka pun berdiri.

Devin meletakkan tangan kanannya dipundak Lexa. Dia merangkul nya. "Kita kekelas aja ya" ucap Devin dan dibalas anggukan dari Lexa.

Mata Endy melotot melihat 2 mahkluk itu. Perasaan nya bercampur aduk sekarang.

"Padahal, waktu ditaman belakang tadi mereka enggak begini" batin Endy.

Setelah keluar dari kantin, Lexa pun melepaskan dengan kasar tangan Devin yang merangkulnya.

"Deviiiiiiin. Maksud kamu apa sih" dia marah.

"Bukan Lex. Biar kita enggak ketahuan aja"

"Alasan"-

ALEXA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang