SEBUAH SURAT

725 18 5
                                    

Kata Orang awali pagimu dengan senyuman,tapi bagiku pagi itu diawali dengan sarapan. Sesuai prinsipku, pagi ini ku awali dengan sarapan bersama suamiku. Harmonis? Tidak, sudah satu bulan kami menikah tapi aku jarang mendapat perlakuan manis darinya. Aku tau kami menikah karena perjodohan, tapi apakah tidak ada ruang untuk ku dihatinya? Awalnya aku kira pernikahanku ini akan sangat romantis. Karena yang aku dengar bahwa seorang prajurit itu begitu manis dalam bercinta, tapi pengecualian bagi Kak Rendra. Buktinya dia hanya mengajak ku mengobrol saat bertanya tentang kegiatan Ibu-ibu di Asrama yang selalu aku lakukan. Selebihnya pasti aku yang memulai obrolan, terkadang ia hanya berdehem dan mengangguk sebagia jawaban.

"Kak, sebentar pulang jam berapa?" kulihat ia berhenti mengunyah nasi goreng buatanku dan menatapku sekilas, bukannya langsung menjawab ia malah terlebih dulu meminum airnya.

"Seperti biasa." balasannya sangat singkat, padahal aku berharap di akhir kalimatnya ada embel-embel sayang atau seenggaknya bilang kenapa. Jujur, kadang aku merasakan sakit tapi bukan fisik melainkan batin.

Setelah sarapan, Kak Rendra menuju pintu dan memakai sepatunya, seperti biasa saat ia akan berangkat kerja aku mencium tangannya. Dan seperti biasa juga aku berharap dia mencium kening ku, tapi hal itu tidak terjadi dia hanya tersenyum tipis kepadaku dan pergi dengan motor besarnya itu.

Hari ini aku berniat untuk ke Supermarket untuk belanja bulanan, aku sudah mengirim pesan ke Kak Rendra dan dia hanya membalas dengan kata iya. Aku pun meminjam motor Mbak Santi dan kulajukan dengan santai.

Sesampainya di Supermarket, segera ku cari benda bulanan milikku serta sayur dan buah. Tapi, saat aku ingin mengambil bayam suara deheman seseorang membuatku menoleh. Aku melihat Surya, mantanku.

"Intan kok ngelamun." aku tersentak dan menggeleng.

"Nggak, aku nggak ngelamun."

"Kamu kok belanja sendiri, suami kamu mana?"

"Sibuk kerja." aku melihat Surya menatapku yang tatapannya sulit kuartikan.

"Kita ngobrol disana yuk." aku mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju cafe yang ada disini. Setelah memesan ia kembali menatapku.

"Aku nggak bermaksud lancang, tapi kalau kamu mau kamu boleh cerita ke aku." apakah aku harus menceritakan masalah rumah tangga ku kepada mantan kekasihku ini? Sebaiknya tidak, tapi air mata yang keluar dari pelupuk ini telah menjawab semuanya, Surya kemudian memeluk ku dan ku tumpahkan tangisku dibajunya sesaat kemudian aku melihat sosok pria yang sangat ku kenal berdiri didepan pintu cafe.

Segera ku lepas pelukanku dan meneriakinya, sebelum ia pergi sempat ku liat raut wajah kecewa darinya. Apa benar Kak Rendra kecewa denganku? Segera ku berlari menuju parkiran dan melajukan motor ku untuk kembali ke Asrama, aku harap Kak Rendra ada disana sekarang.

Aku melihat motornya telah terparkir didepan rumah, Segera aku mencarinya kedalam dan kulihat ia sedang duduk didepan Tv. Aku berdiri tidak jauh darinya, saat aku ingin mulai bersuara ia terlebih dulu menoleh dan tersenyum kepadaku.

"Sudah pulang? Oh iya, sebenarnya tadi aku berniat untuk menyusulmu karena akan mengajakmu makan siang bersama. Tapi, sepertinya aku terlambat atau jangan-jangan aku menganganggumu." ucapannya sangat menyentil hatiku, aku pasti telah mengecewakannya.

"Maaf Kak, tadi Surya cuman menenangkan ku." aku kembali terisak kulihat ia mendekat dan aku terkejut saat ia tiba-tiba mendekap ku kedalam pelukannya kemudian ia melepasnya dan memberiku sebuah amplop putih "Aku mendapat tugas ke Palestina dan besok aku akan berangkat. " aku menatap surat perintah itu kemudian beralih ke Kak Rendra yang sudah keluar Rumah lagi, aku tau dia pasti kecewa kepadaku.

Sudah sepuluh hari Kak Rendra bertugas, dari awal berangkat ia selalu menghubungiku tapi ia hanya menanyakan keadaan Asrama bukan aku, apa mungkin Kak Rendra masih marah? Dan sekarang sudah dua hari ini ia tidak menghubungiku.

Ada panggilan masuk dari ponselku, aku kira itu Kak Rendra ternyata Adik ipar ku. Aku bingung saat ia menyuruhku ke rumah, padahal baru tiga hari yang lalu aku kesana. Tapi biarlah daripada aku suntuk disini.

Aku kembali dibuat bingung dengan kerumunan orang-orang berbaju loreng didepan rumah mertuaku, dan mereka menatapku dengan penuh kesedihan. Saat aku akan masuk kedalam tiba-tiba sebuah ambulance berhenti didepan, saat itu juga seakan ada petir yang menyambar hatiku saat kulihat sebuah peti dikeluarkan dengan bendera merah putih diatasnya. Aku merasakan ada yang memelukku, aku menoleh dan kulihat Adik ipar ku terisak dan menyebut-nyebut nama suamiku.

Aku menangis sejadi-jadinya dan tubuhku terasa lemas, pandanganku pun seketika menghitam.

Kepalaku begitu berat, perlahan aku membuka mata dan kuliat beberapa orang termasuk orangtua dan mertuaku. Mereka kemudian membantuku bersandar diranjang Kak Rendra. Mengingatnya, aku kembali merasakan pusing aku belum percaya dengan semua itu. Tapi, orangtuaku mengatakan kalau ini semua nyata bahkan aku pingsan selama tiga hari. Aku kembali terisak, Bunda memberiku sebuah amplop dan katanya itu surat dari Kak Rendra.

Teruntuk Istriku....

Hay, Intan kamu cantik sekali. Jujur, aku malu untuk mengatakannya langsung. Aku minta maaf karena sikapku yang dingin kepadamu, tapi ketahuilah sejak awal pernikahan kita aku sudah mencintaimu, sangat. Aku juga sangat senang saat kamu memulai obrolan lebih dulu, masakanmu juga selalu enak bahkan tanpa sepengetahuanmu kadang aku membungkusnya sebagi bekalku di Kantor.

Aku tau kamu ingin kupanggil sayang, aku juga tau kalau kamu mau aku  mengajakmu mengobrol dan bercanda denganmu. Aku juga menginginkan itu, tapi aku malu dan gugup untuk melakukannya lebih dulu bahkan dua minggu pernikahan kita aku masih gugup untuk meminta hak ku, aku bodoh ya. Aku hanya berani memelukmu saat kamu tertidur dan aku juga selalu mencium mu saat kamu juga tertidur, kamu nggak tau itukan jadi kuharap kamu tidak marah.

Oh iya, tentang Surya aku sangat cemburu tapi aku tidak marah padamu. Dan pasti kamu bertanya-tanya kenapa aku selalu menanyakan Asrama bukannya kamu, karena aku selalu mendapat kabarmu dari Mbak Santi yang selalu menjadi mata-mataku. Disini aku selalu memikirkan dan mengkhawatirkanmu, aku kangeeen banget sama kamu. Sekali lagi aku minta maaf, dan kalau aku pulang aku mohon kamu jangan nangis karena aku tidak sanggup melihat air mata istri tercintaku.

I love you sayang.

Air mataku mengalir begitu deras, aku merasa bersalah karena aku terlambat mengetahuinya. Ternyata Kak Rendra begitu mencintaiku, I love you too Kak, semoga kamu bahagia disana tunggu aku Kak.

THE END

Note: Hai!! Ini adalah pemenang kedua dari event cerpen kemarin. 😊
Story by fajriani610

Wah ... Selamat yaa .... 😊😊

REKOMENDASI CERPEN TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang