PSYCHOPATH

522 7 0
                                    

Aku dipanggil oleh seseorang yang aku sebut dengan sebutan 'Mr. Alex'. Yah, dia Ayahku. Aku tidak tahu, apakah dia pantas aku sebut dengan panggilan Ayah, atau tidak.

Aku berjalalan ke lantai satu, melihat seorang Mr. Alex disana. Tanpa berfikir, aku berjalan ke arahnya.

"Kenapa?" tanyaku. Tak ada nada halus yang aku berikan.

"Duduk!" suruhnya.

Aku duduk dengan kasar, di sana.

"Besok saya akan menikah. Dengan seseorang dan dia akan menjadi Ibu baru kamu," ucapnya tanpa menoleh ke arahku.

"Lalu, apa peduliku?" aku bertanya. Jujur saja, tanganku sudah terkepal kuat dibalik saku jaket yang kukenakan ini.

"Tidak, saya tahu. Kau memang tidak pernah peduli dengan ku. Aku Ayahmu!"

"Bagus kalo Anda tahu." Aku berdiri dan ingin berlalu saja. Tapi, mulut ku gatal, ingin memberi sedikit ucapan kepadanya.

"Ah, Tuan. Sebaiknya, Anda melihat diri Anda dahulu, jika Anda ingin menyebut dirimu dengan sebutan 'Ayah'." ucapku. Aku berjalan dengan hati yang bergemuruh. Aku menahan supaya tidak terjadi hal aneh, yang aku lakukan.

"Kau bilang apa? Apa kau tak mengerti akan sopan santun?" suara itu meninggi. Yah, aku tahu. Dia sedang marah sekarang, sangat marah.

"Maaf, apakah Anda pernah mengajariku sopan santun?"

"Di sekolahmu tidak diajarkan?" dia bertanya.

"Orang tuaku, kau apa sekolah?"

Aku berbalik dan berlari menuju kamar. Menutup pintu kamar keras.

"Hey! Dasar, anak durhaka! Tidak punya sopan santun sama sekali kau!"

Aku ingin mengabaikannya. Namun, sekuat apapun aku berusaha, nyatanya? Ah, bahkan pernah sampai terbawa mimpi.

***

Aku membuka mata, ketika cahaya dari luar berusaha masuk ke dalam kamarku.

Aku menguap, malas.

Tok... Tok....

"Lara! Cepat bangun! Sejam lagi adalah pernikahanku!" Yah, siapa lagi? Dia Mr. Alex. Ayahku(?)

Aku tak menjawab. Tak ada suara lagi, aku berdiri dan berjalan malas kearah kamar mandi.

"Ck, Ayah macam apa sih?"

"Nikah? Hellow! Mama mau di kemanain, an**ng!"

"Mama koma dan lu nikah? Suami macem apaan lu! Shit!"

Yeah, aku bermonolog. Sebal dan berbicara sendiri.

30 menit aku membersihkan diri, berganti baju dan bersiap-siap. Aku sempat berfikir, Mengapa aku repot-repot untuk datang ke acara memalukan seperti ini?

Bahkan aku sempat berfikir, Apa aku hancurkan saja acaranya?

Aku mengambil ponselku yang tergeletak di atas nakas. Memencet nomer dan menelfonnya.

"Aku mengundang anak-anak tersebut untuk datang ke acara pernikahan Mr. Alex. Ah, dia Ayahku. Kuharap kalian datang," ucapku.

"...."

"Okey, terimakasih."

Aku mematikan sambungan telfonnya, lalu tersenyum penuh arti.

Aku memencet tombol, lagi. Menelfon, lagi.

"Hallo, dengan Lara Maishaniya, di sini."

"...."

"Iya, bagaimana dengan kondisi Mama saya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REKOMENDASI CERPEN TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang