Jangan pelit vote dan comment ya guys...
Agar tau bagaimana ceritaku, sudah memuaskan atau tidak...
Vote semakin sedikit hal itu membuatku makin males update
*-*-*
Liora memandang rumah megah di depannya saat ini. Tanpa kata pria itu menggendongnya hingga mobil mewah yang ternyata terparkir tak seberapa jauh dari rumahnya.
"Masuklah" ucap pria itu masih dalam intonasi yang dingin.
"Tidak. Bisakah kau mengantarkanku ke orang tuaku" ucap Liora dengan terbata.
Pria itu membalikkan badan dan menatap Liora tajam. Namun sebuah senyum manis terbit di sudut bibir pria itu. Hanya senyum manis yang teramat kecil bahkan tak terlihat jika tidak dilihat lebih lama.
"Kau sudah tidak membutuhkan orang tuamu lagi, Liora. Aku yang akan mengurusmu" ucap pria itu sambil memegang tangan Liora.
Tubuh Liora menegang ketika mengetahui sebuah hal yang janggal. Bagaimana bisa pria di depannya ini mengenal namanya ?
"Bagaimana kau tau namaku ?" tanya Liora dengan berusaha menarik tangannya dari genggaman pria di depannya.
"Kau tidak perlu tau darimana aku tau namamu. Kau hanya perlu tinggal di sini " ucap pria itu yang membuat Liora semakin memberontak.
Liora berhasil melepaskan tangannya. Namun ketika dia membalikkan diri dan berniat kabur. Sebuah sapu tangan membuat dirinya menyelami kegelapan. Semuanya gelap.
*-*-*
Liora membuka matanya dan menatap ruangan yang saat ini dia tempati. Ruangan yang di dominasi dengan warna abu-abu dan juga putih.
Ia segera bangkit dan menatap ke sekeliling. Ia menatap bajunya yang telah berganti dengan gaun tidur satin. Siapa yang mengganti pakaiannya ?
"Aku yang menggantinya" sebuah suara membuat Liora menoleh.
Pria yang membawanya pergi tadi berdiri di ambang pintu dengan piyama tidurnya. Oh... Itu tidak bisa dikatakan piyama. Pria itu hanya menggunakan celananya saja. Ia membiarkan dada bidangnya terlihat.
"Kenapa aku disini ? Aku ingin pergi" ucap Liora beranjak turun dari ranjang.
Ketika dirinya ingin melewati pria itu di pintu. Seketika pintu itu ditutup dengan keras. Pria itu mencekal tangan Liora erat.
"Kau sudah kubawa ke sini. Jadi tentu saja kau tidak boleh keluar tanpa seijinku" ucap pria itu dengan seenaknya mendorong Liora diatas ranjang.
Liora segera beranjak sebelum pria itu mendekatinya. Ia berdiri bersebrangan dengan pria itu. Nafas Liora memburu, masih segar diingatannya bagaimana ketiga kakaknya hendak memperkosanya.
"Jangan mendekat!" jerit Liora dengan air mata yang sudah mengalir.
Pria itu sempat tertegun melihat Liora yang panik. Namun ekspresi itu seketika menghilang digantikan dengan wajah dingin.
"Jika kau tidak ingin aku menyentuhmu. Jangan pernah mengatakan ingin keluar dari sini atau" ucap pria itu dengan nada dingin.
"Aku akan memperkosamu. Dihadapan para pelayan" ucap pria itu sebelum melangkahkan kakinya keluar kamar.
Tubuh Liora seketika terjatuh ke lantai. Ia menyesali segalanya, menyesali telah mau ikut dengan pria sialan itu. Namun bisa saja dirinya akan diperkosa dengan orang lain yang bertemu dengannya.
Ia tak tau apa yang seharusnya dia ambil. Namun kenyataan dirinya telah di sini. Entah sampai kapan tidak ada yang tau. Bagaimana dengan orang tuanya ?
Liora memeluk tubuhnya sendiri. Perempuan itu menangis. Menangisi segala takdir hidupnya yang tiba-tiba saja berputar balik dengan cepat.
Suara tangisannya memenuhi kamar itu. Seakan tak peduli jika ada orang lain yang akan mendengar tangisannya. Bahkan ia tak menyadari sosok orang yang berdiri di belakang pintu kamar.
*-*-*
Teriknya matahari membuat perempuan yang masih bergelung dibalik selimut terbangun dari mimpi buruknya. Perempuan itu membuka matanya menampilkan bola mata berwarna coklat terang begitu indah.
Perempuan itu mengerjapkan matanya. Ruangan yang berada dimimpinya sungguh nyata. Bagaimana mungkin ? Atau memang semua ini bukan mimpi ?
Suara pintu dibuka membuat perempuan itu mengalihkan pandangannya pada sosok pria yang keluar kamar mandi hanya menggunakan sehelai handuk.
Liora hanya mampu mengerjapkan matanya. Ia antara kaget tidak kaget. Ia sudah terbiasa melihat pria seperti itu. Bahkan keempat kakaknya dan ayahnya sering kali selesai mandi hanya menggunakan handuk.
Namun pria itu bukan keluarganya. Liora tak tau harus melakukan apa. Tapi mata Liora tak berpaling dari pahatan sempurna tubuh pria itu. Bahkan begitu sempurna.
"Kenapa kau memandangiku ?" ucap pria itu sambil mendekati ranjang. Hal itu baru disadari Liora ketika bau mint seketika menguak di sekelilingnya.
"Ke... Kenapa kau disini ?" ucap Liora sambil menjauhkan wajahnya yang tadi cukup dekat dengan pria itu.
"Ini kamarku" ucap Pria itu sambil beranjak menuju sebuah pintu disudut ruangan.
Liora mengacak rambutnya kasar dan menggeletakkan badannya lagi di ranjang. Pikirannya sangat lelah saat ini. Pikirannya seakan buntu. Ia memejamkan mata beberapa saat.
"Sudah tidak memberontak ?" Liora segera membuka matanya dan menatap pria itu yang sudah berganti pakaian menggunakan setelan jas mewah.
"Aku akan pergi ke kantor. Jangan berpikir bisa kabur. Akan ada banyak penjaga yang menjagamu. Sarapan akan segera datang" ucap pria itu melangkahkan kakinya keluar kamar dan menutupnya.
Setelah setengah jam berlalu setelah kepergian pria itu. Liora beranjak turun dari ranjang. Ia ingin melihat situasi. Siapa yang mengatakan jika dirinya menyerah ?
Tidak! Ia tidak mungkin menyerah apalagi dengan pria yang terlihat brengsek itu. Tentu saja seorang Meliora tidak akan menyerah begitu saja. Seenaknya sendiri mengurungnya di sini.
Liora melangkah mendekati pintu dan menimang-nimang apakah ia membuka pintunya sekarang ? Apakah pria itu telah pergi ?
Setelah bergulat dengan hatinya. Akhirnya Liora memberanikan diri memegang gagang pintu dan membukannya perlahan. Bingo! Tidak di kunci.
Liora membuka pintu sedikit dan pandangan di depannya membuat Liora menelan ludahnya seakan menelan batu. Pria itu berdiri di depan pintu kamar ini dengan wajah datarnya.
"Kau mau kemana ? Kau tidak perlu keluar kamar. Segalanya akan di antarkan ke kamar ini" ucap Pria itu dan menutup pintu kamar itu cepat.
Liora mengumpat ketika mendengar suara pintu yang di kunci dari luar. Hingga sebuah suara tendangan dari luar membuatnya terlonjak. Tendangan itu seakan sebagai syarat jika umpatannya terdengar keluar.
Bagaimana ?
*-*-*
Kok nggak yakin ya sama cerita ini
...Belum ada feel yang pas buat nulis cerita ini...
Malahan kepikiran lainnya wkwk...
Bingung nih guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
MELIORA ( BACA DI DREAME )
Romance~ Karya Ke - 2 ~ KALIAN BISA BACA FULL VERSIONNYA DI 'DREAME' Sequel dari cerita Damian Devina di cerita No Pregnant With You -+-+-+-+- Meliora... Nama gadis yang begitu malang... Ia anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Dirinya hampir s...