|| REVOLUTION : 02 ||

236 44 19
                                    

Entah naluri darimana, James membanting setir menuju tempat ia membunuh semalam. James merasa sedikit gugul karena meninggalkan barang bukti. Selama sejarah 18 tahun ia membunuh, baru kali ini ia ceroboh hingga meninggalkan barang bukti.

"Oh damn it! Bagaimana aku seceroboh itu. "

Sampai disana, James langsung turun dan memandangi daerah itu yang kini dikerubung polisi.

James terlihat gusar, dia ini seorang sosiopat, bukan psikopat. Terkadang, James bisa merasa gugup karena kesalahan yang ia lakukan dalam membunuh. Kalau saja level James naik menjadi psikopat, ia pasti akan biasa saja menghadapi situasi ini. Tapi nyatanya, James seorang sosiopat yang suka bertindak asal dan tidak terencana.

Seperti tadi malam, James menentukan targetnya begitu saja karena nafsu yang sudah memuncak.

Perasaan James makin kalut kala ia tidak sengaja bertatapan dengan seorang polwan yang tersenyum simpul padanya. Seolah, polwan itu sudah tau bahwa James lah si pembunuh yang meresahkan warga San Fransisco.

Takut kalau-kalau kegugupannya makin kentara, James segera meninggalkan lokasi dan menuju tujuan awalnya. Kampus.

▫▫▫

Nafsu tetap nafsu.

James yang pagi tadi merasa gugup atas kebiasaan yang tergolong kejahatan yang ia perbuat, kini malah sedang mengedarkan pandangan mencoba mencari mangsa untuk pisau kecilnya. Orang dengan gangguan jiwa seperti James memang sangat sulit mengontrol emosi dan nafsu. Mereka akan bertindak kapanpun nafsu muncul.

James menyusuri koridor. Ia benar-benar ingin melihat darah mengalir dan mendengar jeritak sakit sekarang ini. James tersenyum senang, saat melihat seorang wanita manis disana.

Dia Ava, salah satu murid fakultas hukum yang menyukai James, James tau itu. Dan dia hendak memanfaaatkan rasa suka Ava pada nya , untuk ajang pemuas nafsu. Ini akan memudahkan tentunya.

"Ava! "

Gadis cantik yang sedang berbincang dengan temannya di koridor itu menoleh. Senyuman terpatri di wajahnya. Ia begitu senang mendapati James menyapanya lebih dulu, tanpa tau bahwa ia akan jadi pemuas hasrat membunuh untuk James dan pisaunya.

"Hai James! What's wrong? "

"Eum, bisa kita bicara berdua? " - tanya James dengan kerlingan mata yang membuat semua teman Ava memekik.

"Oh, oke. "

Mereka berdua pergi, dengan James yang tersenyum devil, dan Ava yang justru tersenyum bahagia. Dia tidak tau jika ini adalah akhir dari hidupnya.

Langkah mereka terhenti di belakang gedung perpustakaan. Salah satu tempat paling sepi di Universitas itu.

"Ada apa James? "

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. "

"What's that? "

"Sebenarnya aku menyukaimu, dan sudah lama juga aku menargetkanmu. "

Mata Ava berbinar, ow benarkah James menyatakan perasaan sukanya pada Ava? Siapapun, tolong cubit Ava supaya ia yakin ia tidak sedang bermimpi.

"To be honest, aku juga suka sama kamu, James. Bahkan dari awal masuk kuliah. "

James tersenyum senang, mudah sekali memikat target seorang wanita. James memajukan wajahnya, mendekat ke arah wanita itu. Ava yang sangat gugup sontak menutup mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVOLUTION [JaDine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang