trīgintā ūnus

3K 690 309
                                    

Anya tak pernah merasa sesenang ini ketika harus bertemu orang lain, sampai-sampai ketika melihat badan jangkungnya, dia ingin memeluk orang itu erat-erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya tak pernah merasa sesenang ini ketika harus bertemu orang lain, sampai-sampai ketika melihat badan jangkungnya, dia ingin memeluk orang itu erat-erat.

"Jendra!" teriak Anya dari jarak satu meter. Dia tak tahan menyebutkan nama itu. Sudah hampir tujuh bulan, sejak dia masih belum pindah sampai sekarang, dirinya berusaha menahan hati untuk menyukai Jendra lebih jauh.

Jendra berjalan ke arah Anya. Dengan kaos belang-belang khas tentara dan celana selutut, Jendra reflek memeluk Anya.

Anya tak tahu pelukan ini artinya apa. Yang jelas, pelukan ini hanya beda seperti pelukan yang biasa diterimanya dari Dipa, Aga, maupun Annan. Dan Anya bersyukur sebab Jendra melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan lebih dulu.

"Lo berapa hari di Yogya?" tanya Anya setelah mereka menguraikan pelukan singkat itu.

"Tiga aja," jawab Jendra pendek.

"Tiga aja pake bawa-bawa gitar gini. Mau live music di sini apa?" tanya Anya, salah fokus dengan gitar yang disandang Jendra di punggungnya.

"Iya. Live music di depan lo aja," jawab Jendra enteng, tapi membuat seluruh bulu kuduk Anya berdiri tak normal.

"How's life?" tanya Anya, berusaha menghilangkan sensasi aneh yang merayapi.

"So far so good," jawab Jendra. "Sejak lo pindah, gua jadi duduk sendirian sampe kenaikan kelas. Dan sejak lo pindah, nggak ada lagi yang ngirimin gua pesan malem-malem. Lo udah nggak insomnia lagi, ya?"

Anya tersenyum. Dia merasa ini senyum terlebarnya sejak ibunya meninggal. "Udah nggak. Kadang masih kalo kangen bunda, tapi gua cuma nggak mau ganggu lo aja. Kelas sebelas semester dua kan berat."

"Ay, gua kan bilang kalo lo butuh, lo boleh kapan aja chat gua," ujar Jendra, cowok itu merangkul Anya, mengajaknya keluar dari stasiun.

"Ini lo mau ke mana?" tanya Anya.

"Hey cantik
Bawa aku jalan
Jalan kaki saja
Menyusuri kota
Ceritakan semua
Ceritamu padaku," jawab Jendra.

"Apa sih, ditanyain malah nyanyi."

Jendra tertawa. "Ay, itu gua nyanyi sekaligus jawab pertanyaan lo."

***

A/N:

2 part lg tamat yash

terima kasih ya yang sudah ngikutin sampe sejauh ini!

jendra & anya padamu

head over heelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang