vīgintī octō

2.8K 626 136
                                    

Rumah duka nampak ramai di bagian yang disewa keluarga Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah duka nampak ramai di bagian yang disewa keluarga Anya. Jendra sendiri bisa melihat Anya yang berdiri menghadap peti bersama abang-abang dan ayahnya.

Jendra perlahan menyelinap di kursi yang paling belakang. Mengikuti serangkaian doa. Jendra tak bisa berbuat banyak, dia menunggu sampai serangkaian acara selesai, baru bisa menghampiri Anya.

"Lo kelihatan... kacau, Ay."

Anya tersenyum tipis, sangat tipis sampai Jendra kira dia hanya berkhayal kalau Anya tersenyum.

"Makasih udah datang." Suaranya serak, meskipun matanya sudah tak mengeluarkan air asin lagi.

Jendra menarik kepala Anya mendekat. Anya sudah menerima banyak pelukan, malah daritadi dia memeluk Annan, yang paling nyaman untuk dipeluk, tapi dipeluk cowok ini membuatnya menangis lagi.

"Sori, mungkin omongan gua yang kemarin jadi bikin lo kepikiran," ujar Jendra. "Tapi, jangan dipikirin lagi sekarang. Nikmatin waktu yang lo punya."

Jendra dengan ragu meletakkan telapak tangannya ke ubun-ubun Anya, berusaha menyalurkan ketenangan yang dia miliki pada cewek itu.

Jendra tak mengatakan apa-apa lagi. Cowok itu berusaha mengingat-ingat apa di kantong celananya ada tisu, tapi sepertinya tak ada. Matanya menjelajah ke seluruh ruangan, berusaha mencari keberadaan tisu. Pasti ada di sekitar sini.

Anya menjauhkan kepalanya dari bahu Jendra. Bisa habis air matanya nanti.

Jendra berjalan menjauh menuju meja-meja yang penuh makanan kecil, cowok itu mengambil beberapa lembar tisu.

"Nih."

***

A/N:

Met malam teman2 hehe

head over heelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang