Baekhyun terbangun setelah beberapa kali ponselnya berbunyi -bunyi alarm-, ia mengehela nafas pelan ketika meraba di sampingnya kosong, semalam ia ingat bagaimana mereka menghabiskan malam dengan panas, ia memandang sekeliling kamarnya, sudah rapih baju yang semalam ia ingat bertebaran di lantai sudah lenyap entah ke mana, dirinya sendiri sudah mengenakan celana piyamanya tanpa atasan.
"Appa!" bocah kecil itu berlari masuk ke dalam kamar Baekhyun dengan membuka pintu secara kasar membuat Baekhyun menarik senyum kecil, kemudian memandang anaknya dengan pandangan memperingatina.
"Apa yang Appa katakana tentang pintu?" tanya Baekhyun kemudian bangkit dari tempatnya mendekati sang anak yang mengeluarkan cengirannya.
"Umm... bisa berikan Munjae clue?" anak itu malah menggaruk tengkuknya yang Baekhyun tahu sebenarnya itu tidak gatal dan membuat bocah umur 4 tahun itu terlihat menggemaskan.
"Pintu dan kasar." Ujar Baekhyun.
"Ahh! Jangan membuka pintu dengan kasar nanti rusak..... maaf appa." Anak itu malah berlari dan memeluk Baekhyun dan dibalas pelukan oleh Baekhyun "di mana daddy?" lanjut si kecil dalam pelukan Baekhyun.
"Sudah pergi kerja." Baekhyun melepas pelukannya kemudian menggendong anak itu membawanya keluar kamar dan mendudukannya di depan meja makan.
"Daddy selalu saja sibuk, memang daddy itu mengerjakan apa sih appa? Munjae ingin main Bersama Daddy." Baekhyun yang sedang mengeluarkan bahan masakan dari kulkas hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan anaknya, sekaligus mencoba mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
"Daddy bekerjakan untuk mencari uang agar kita bias makan." Katanya sambal mengupas bawang dan sang anak malah memanyunkan bibirnya.
"Appa saja bekerja tidak cukupkah?" Sang anak turun dari kursinya kemudian menuju Baekhyun menarik ujung karet celananya "Bisakah kita mengunjungi daddy di kantornya?" dengan wajah memelas Baekhyun dengan sigap menggeleng.
"Tidak." Jawabnya menghiraukan anaknya yang mulai merengek di sampingnya mengganggunya yang sedang memotong sayur.
"Appa~~ Please " Baekhyun menghentikan gerakan tangannya, kemudian melepaskan tangan anaknya dari ujung celananya, dan menatap anaknya dengan sedikit kesal.
"Munjae, kalua appa bilang tidak ya tidak, sekarang lebih baik kau ke ruang tengah berbahaya di sini, appa harus bergegas untuk kerja." Kemudian Baekhyun kembali melanjutkan pekerjaanya menghiraukan mata anaknya yang udah berkaca-kaca kemudian pergi dari dapur, setelah anaknya pergi dari dapur Baekhyun menghela nafas kasar "Maafkan apa jae-ah."
Pagi ini salah satu pagi yang buruk bagi Baekhyun, pertama ia bertengkar dengan anaknya membuat sang anak merajuk padanya hingga mereka pergi ke kantor, bahkan sang anak lebih memilih bermain Bersama karyawannya di butik disbanding pergi bersamanya untuk melihat persiapan acaranya besok, kedua hingga jam 11 pagi Luhan juga belum sampai di ruangannya.
"Oh! Baekhyun maafkan aku, di jalan tadi sangat macet." Pria bermata rusa itu dating dengan nafas tidak karuan, membuat Baekhyun tertawa kecil, tak lama Yeri datang dengan beberapa berkas.
"Oh kau sudah datang? Kau tidak tahu betapa marahnya bosmu ketika jam 11 tadi kau belum datang." Katanya santai sambal memberikan berkas itu kepada Baekhyun.
"Ya aku tahu, aku bias melihat tanduk di atas kepalanya." Baekhyun yang tadinya tidak peduli jadi menatap luhan kesal.
"Yak sialan, ayo pergi." Dengan berkas yang dipegangnya Baekhyun memukul kepala Luhan kemudian berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Kan sudah aku bilang, aku tahu dia punya tanduk di kepalanya." Kata Luhan sambal berjalan keluar ruangan dan mengusap bagian kepalanya yang di pukul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still in Love
FanfictionBXB, Homophobic Do Not Reading please!! Aku begitu mencintainya. hanya itu yang aku miliki sejauh ini untuk bertahan dengannya. seorang pria serakah akan cinta. seorang pria yang berkata bahwa ia juga mencintaiku begitu dalam. seorang pria yang keny...