BAB 2 : TERULANG KEMBALI

112 14 4
                                    

Tubuh Violetta menegang saat ia mendengar suara itu. Apakah ia sedang suatu kejadian supranatural? Apakah ia pernah membuat kesalahan hingga ia harus kehilangan kedua orang tuanya? Mengapa suara-suara itu selalu mengatakan hal-hal yang tak masuk akal? Apakah ia satu satunya yang dapat mendengar suara itu? Lalu, satu-satunya pertanyaan yang memenuhi benak ini,
"Bagaimana suara-suara itu membuat kedua orangtuanya tiada?"

Benak Violetta dipenuhi berbagai pertanyaan yang menuntut untuk dijawab. Saat ini, ia tak mampu lagi berpikir dengan jernih. Gadis itu mendekati kedua orang tuanya yang tak bernyawa sambil terus menangis.

Dengan langkah tertatih-tatih, Violetta meraih ganggang telepon untuk menghubungi Laura. Violetta menjelaskan semua yang ia ketahui mengenai kejadian semalam pada kerabat sekaligus teman dekatnya itu. Ia meletakkan kembali ganggang telepon itu setelah Laura berkata akan menemuinya.

°°°°°°

Acara pemakaman suami istri itu berjalan dengan melankolis. Polisi telah menetapkan kasus ini sebagai kasus luar biasa. Hal itu dikarenakan tak diketahui motif tersembunyi sang istri membunuh suaminya lalu mengakhiri hidupnya sendiri. Sang anak yang ditinggalkan dinyatakan tak bersalah dan ia akan dirawat oleh kerabat terdekat. Oleh karena itu, Violetta sekarang berada di kediaman keluarga Wagner.

"Vio, kau harus makan. Sejak pulang dari pemakaman, kau belum menyentuh makananmu, Nak," ujar Diandra, ibu Laura. Violetta hanya menggeleng pelan dan semakin merapatkan diri di kasur.

Laura datang menghampiri Violetta dan mengguncang tubuhnya pelan. Gadis itu malah semakin menjauhkan tubuhnya dari jangkauan tangan Laura.

"Vio, makanlah sedikit saja. Sup dibuat Ibuku dengan kasih sayang. Kau tidak akan menyia-yiakan makanan buatan ibu, kan?" Mendengar hal itu, Violetta segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Akan kumakan sedikit." katanya singkat.

Hari hari baru Violetta dalam keluarga Wagner terasa suram. Tak ada senyum lagi yang terpantri di wajah Violetta. Ia berubah menjadi gadis yang pendiam dan dingin. Ia tak pernah lagi mengobrol dengan Laura maupun Diandra setelah malam itu.

Setiap harinya, Laura tak pernah lelah menghibur Violetta agar dirinya kembali bersemangat. Meskipun pada akhirnya semua yang dikatakan Laura dianggap bagai angin lalu bagi Violetta, ia tak pernah menyerah menghadapi tingkah laku sahabat baiknya itu.

"Vio, apa kau tahu? Ayah dan ibumu sekarang pasti sudah menjadi bintang di langit," kata Laura memulai percakapan. Laura menempatkan dirinya duduk di samping Violetta. Violetta hanya menoleh memandang Laura.

"Bagaimana pun juga semua kejadian di dunia ini pasti ada maksudnya. Saat kecil, Ibuku pernah bercerita padaku. Jika kita diberi permen oleh orang lain, kita semua pasti lebih memilih permen yang dibungkus dengan bungkus yang rapih dan indah dibandingkan yang dibiarkan terbuka, bukan?" Laura menghentikan sejenak perkataannya.

"Sama dengan prinsip itu, ada hal indah yang diberikan kepada kita, tetapi hal indah itu diselubungi dalam suatu peristiwa buruk. Jadi, hal yang harus kita lakukan adalah melewati peristiwa buruk itu dan kita akan mendapatkan sesuatu yang indah." Violetta mulai tertarik mendengarkan cerita Laura.

"Vio, apapun yang terjadi, kau harus tetap melangkah ke depan. Namun, jangan pernah kau melupakan masa lalumu, jadikan itu sebagai pelajaran yang berharga," kata Laura mengakhiri ceritanya.

"Tapi aku terlalu takut. Kematian kedua orangtuaku kemarin benar-benar mengguncang hati dan pikiranku, Laura." Violetta akhirnya mulai mengeluarkan suaranya.

"Itu gunanya ada teman, kan?" Laura mengapit lengan Violetta dan mengajaknya berdiri di balkon.

"Ini indah sekali, Laura. Terima kasih karena telah menunjukkan ini padaku," kata Violetta bersemangat. Ia melihat ratusan kunang-kunang yang bersinar indah di kegelapan malam ini.

Chosen White WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang