bab 1

268 2 0
                                    

Aku memarkirkan sepeda ku didepan restoran,menyeka keringat diatas bibirku. Cuaca cukup hangat dibulan januari seperti sekarang tapi berkeringat di florida masih lebih baik daripada membeku di Uara. Aku menggelung rambutku dan leherku langsung terasa lebih dingin tanpa adanya helaian rambut hitam panjang yang menutupinya. Setelah menyeka keningku untuk yang terahir kalinya,aku memasuki restoran.melewati meja resepsionis yg ada di depan.
Hanya butuh sekali pengamatan untuk meluhat bahwa sebagian besar pengunjung restoran memiliki tinggi tubuh hampir sama,dengan hanya beberapa orang memiliki tubuh lebih tinggi dari yang lain sial. Jika marty tidak ada disini maka aku harus pergi ke tempat 'nongkrong' favorit marty yg berikutnya,dan kelihatanya sebentar lagi akan turun hujan. Aku menyusuri meja satu persatu,memastikan tangan ku tetap menempel dipaha ku agar tidak sengaja menyenggol orang lain dengan tidak sengaja pilihannya hanya itu atau memakai sarung tangan listrik tebal yg pasti akan memancing pertanyaan dari orang asing yang usil. Saat aku sampai dibar,aku tersenyum pada pria bertindik dan betato yang bergeser untuk memberiku ruang di depan konter
    "Kau melihat marty"tanya ku pada pria itu. Dean menggeleng,menyebabkan rantai yang menggantung dari cuping hidung ketelingannya bergemerincing "Belom, tapi aku baru saja datang. "
     "Hyuk?" Teriakku.sang bartender berbalik memperlihatkan wajah cantik tertutup jenggot yg kerap membuat para turis melongo secara diam diam atau tetang terangan "yang biasa,frengkie?"tanya hyuk,sambil meraih gelas wine
  Itu bakanlah nama asliku,tapi sekarang ini aku lebih dikenal dengan nama itu. "Tidak sekarang,aku sedang mencari marty."
  "Dia belom datang kesini,"jawab hyuk.
Hyuk tidak bertanya kenapa aku datang langsung,bukannya menelpon saja untuk menanyakan keberadaan marty. Meskipun semua pegawai karnaval yg singgah di Gibsonton berpura pura mereka tidak tahu kondisiku. Selain marty tidak ada satu pun dari mereka yang pernah coba menyentuhku,dan tidak perduli dalam cuaca seperti apapun,mereka tidak pernah menawarkan diri untuk mengantarku saat mereka melihatkuembawa sepeda.
  Aku menghela napas."jika marty datang,bisa kah kau mengatakan padanya aku mencarinya?" Seharusnya kami memulai latihan sejak dua jam yang lalu.musim liburan trlah mengubah marty dari rekan kerja menjadi pemalas. Jika aku tidak segera menemukan marty,pria itu pasti akan mrnjadi semakinsulit dikendalikan dan akan terjaga sepanjang malam sambil mabuk-mabukan dan mengoceh tentang kejayaan karnaval dulu.
   Hyuk tersenyum,menampakkan gigi putih dan rapi yg terlihat kontras denan jenggotnya yg tebal dan gelap."tentu saja."
   Aku baru saja hendak pergi,tapi Dean mengetuk gelas birnya dengan garpu,memancing perhatianku dengan suara dentingan itu. "Kau ingin aku menelpon tropicana dan menanyakan apakah marty ada di sana?"
    Dean menebak dengan tepat lokasi berikutnya yang hendak kudatangi,tapi toh, Dean sudah mengenal marty lebih lama daripada aku.
   "Jaraknya hanya satu setengah kilometer dan aku butuh menjaga bentuk kaki ku."
"Kakimu sudah terlihat seksi dimataku," ujar Dean dengan suara serak,tatapannya terfokus pada tungkai kakiku sebelum bergeser ke bagian tubuhku yang lain. Saat ini aku hanya mengenakan celana pendek dan tenk top,jadi pandangan Dean hampir tak terhalang. Kemudian dean menggeleng seolah untuk mengingatkan dirinya sendiri kenapa berkencan denganku akan menjadi ide yang sangat buruk." Sampai ketemu nanti,frengkie," gumam dean dengan suara pelan.
Dadaku terasa sesak oleh rasa sakit yang familier sekaligus tidak berguna.iya, Dean tahu krnapa berfantasi trntang kakiku atau bagian tubuhku yang lain tidak akan ada gunanya, dan sudah sejak lama aku menerima kenyataan bahwa ada beberapahal yang tidak akan pernah kumiliki. Tapi di saaterasa rapuh, aku mendapati diriku menatap pasangan yang sedang duduk di meja di dekatku. Mereka bergenggaman tangan sambil berbisik. Sentuhan sederhana itu adalah sesuatu yang mereka lakukan tampa mereka sadari, tapi tetao menarik perhatianku seperti ada lampu sorot yang diarahkan ke sana, mengubah rasa sesak di dadaku menjadi seperti terbakar.
  Pasangan itu menoleh kearahku, mungkin mereka bisa merasakan tatapanku, tapi kemudian tatapan mereka beralih dengan cepat. Entah meraka tidak melihat bekas luka yang memanjang dari pelipis ketangan kananku, atau mereka menganggapnya tidak sama menariknya seperti tato kadal yang menutupi seluruh tubuh Dean, jenggot Hyuk, tinggi tubuh J.D yang mencapai dua setengah meter, atau pinggang Katy yang berukuran tiga puluh lima sentimeter, yang trlihat lebih kecil lagi jika dibandingakan dengan pinggulnya yang besar fan panyudara bercup DD. Toh, sekarang juga masih terlalu dini. Sebaguan besar pengunjung tetap showtown USA baru berdatangan setelah pukul sembilan.
   Pasangan tadi terus menatap kelompok orang yan ada di depan bar tanpa berusaha untuk menutup-nutupi ketakjuban mereka, dan kekesalan yang kurasakan saat melihat teman-temanku di pandangi seperti itu menghapuskan perasaan melankolis yang tadi kualami. Senagai turis datang ke Gibsonton untuk menyaksikan sisa-sisa karnaval yang ada di jalan, atau untuk menonton gajah dan beruang terlatih, atau binatang eksotik lain di halaman rumah seseorang, tapi sebagian besar dari mereka datang untuk melihat 'orang orang aneh.' Penduduk lokal sudah kebal dengan perlakuan semacam itu, bahkan ada sebagian di antara mereka yang memanfaatkan keanehan mereka untuk menghasilkan uang, tapi aku tetap tidak bisa menyingkirkan amarahku atas kekerasan yang sering kali di tunjukkan oleh para pengunjung terhadap mereka. Berbeda bukan berarti menjadikan manusia itu lebih rendah dari yang lain, tapi itulah perlakuan yang harus diterima penduduk Gibsonton dari para pengunjung.
  Meskipun begitu, bukan tugasku menceramahi orang atas kekerasan sikap mereka, apa lagi Hyuk juga tidak akan suka jika aku menegur pelanggannya. Dengan bibir dikatupkan, aku berjalan kepintu, tekejut saat pi tu itu terbuka sebelum aku sempat menyentuh kenopnya. Aku melompat mundur tepat pada waktunya agar tidak menabrak seorang pria yang berjalan masuk dengan gaya seolah dirinyalah pemilik tempat ini, tapi aku tidak cukup cepat menarik lenganku sehingga tangan pria itu sempat menyenggolnya.
"Aww!" Cetus pria itu, sambil memberiku tatapan menuduh. " apa yang terjadi?"
  Pria itu tidak tahu apa-apa, tapi dia sangat beruntung. Jika saja aku belum belajar bagaimana cara meredam sebagian arus listrik di dalam tubuhku atau melepaskan sebagian besar arus listrik itu untuk menyalakan lampu sejam sebelumnya, mKa pria itu akan merasakan sengatan yang jauh lebih besar.
"Listrik statis," ujarku berbohong. "Di sekitar sini sering terjadi listrik statis."
   Ekspresi wajah pria itu mengatakan dia tidak mempercayaiku, tapi tidak ada apa-apa di tanganku, dan pakaianku juga tidak bisa menyembunyikan perangkat apa pun. Setelah memelototkan mata sekali lagi,pria itu berbalik.
  "Jalan mana yang harus kuambil jika aku mau peri ke Tampa?" teriak pria itu ke arah bar. " Sistem navigasiku tidak berfungsi di sini."
   Itu bukan kejadian aneh disekitar sini danaku tahu apa alasannya, taoi aku tetap terdiam, tidak ingin mengambil resiko dengan berbicara pada pria itu lagi.
   Aku keluar dari pintu bar dan seorang wanita berambut pirang menabrakku. Wanita itu menjerit, yangmembuatku ikut menjerit frustasi di dalam hati. Setelah berbulan bulan memegang rekor tak bercela,sekarang aku menyetrum dua orang dalam waktu kurabg dari lima menit. Setidaknya pria kasar tadi sudah menyerap voltase ekstra dari tubuhku, sehingga wanita oirang ini hanya akan merasa kesemutan, bukannya tersengat listrik.
"Aku minta maaf,"kataku,sambil bergerak mundur dengan cepat.
"Aku yang salah." Wanita pirang itu tertawa, menepuk lenganku dengan kesan meminta maaf.
" Aku tidak melihat jalan..."
Aku tidak mendengar perkataan selanjutnya.bayangan berkelebat di dalam pikiranku dengan warna hitam,putih,dan abu-abu.
Aku berada ditempat tidur bersama kekasihku,desahan naoas kami menjadi satu-satunya suara diruangan itu. Setelahnya,aku berbisik bahwa aku akan mengatakan pada suamiku aku akan meninggalkannya.
   Tapi,bukan itu yang membuatku menegang. Melainkan bayangan berikutnya yang memenuhi pikiranku, kali ini bayangan berwarna tapi samar, hingga seolah terlihat kabut tebal.
   Aku berada di area rawa yang terpencil, dengan ngeri menatap tangan suamiku yang mencekik leherku. Rasa sakit meledak dileherku, membuyarkan pandangan ku saat aku mencoba mencakar dan mencengkram tangannya yang terbungkus sarung tangan. Pria itu mencekikku semakin kuat sambil mengatakan padaku bahwa dia sudah mengetahui perselingkuhanku dan bagaimana dia membuang mayatku. Rasa sakit itu semakin menyiksa sampai memyebar ke sekujur tubuhku. Kemudian, syukurlah, rasa sakit itu berhenti dan aku merasa seperti memgambang. Pembunuhku masih berada ditempat semula, tangannya masih mencekik leherku, tidak menyadari bahwa sekarang aku sedang menatapnya  dari luar tubuhku. Akhirnya, pria itu melepaskan cengkramannya di leherku. Kemudian dia berjalan ke tempat dia memarkirksn mobilnya, membuka bagasinya, dan mengeluarkan beberapa barang seolah sedang berpikir barang mana yang akan digunskan lebih dulu...."
  "Frankie!"
Aku mengerjabkan mata, kembali pada alam sadarku sendiri, bayangan samar itu sudsh memudar menjadi lingkungan bar yang sudah tidak asing lagi untukku. Dean berdiri diantara aku dan wanita yang tampa sadar memicu kemampuanku karena menyentuh tangan kananku. Dean tidak melakukan kesalahan yang sama, tapi Dean berada cukup dekat hingga aku harus melongok keatas bahunya untuk bisa melihat wanita tadi. Wanita itu memegangi tangannya dengan ekspresi kesakitan, mata choklatnya membelalak sambil mengatakan sesuatu pada pria yang sekarang kutahu merupakan suaminya. Pria yang sama yang akan membunuhnya malam ini, jika aku tidak memghentikannya.
"Aku tidak melakukan apa-apa!" Wanjta tadi terus mengatakan itu. "Dia tiba-tiba berteriak..."
   Suami wanita itu menarik lengannya"persetan dengan pertenjukkan aneh ini, jackie,kita akan menanyakan arah ditempat lain."
  "Hentikan mereka," ujarku pada Dean, masih merasakan efek cekikkan dileherku. "Pria itu akan membunuh istrinya."
  Jika sebelumnya semua orang di bar hanya memedulikan urusan mereka sendiri,pernyataan itu berhasil mengslihkan perhatian mereka padaku lebih cepat daripada letusan peluru. Jackie melongo padaku, tapi mata suaminya menyipit. Pria itu bergegas menyeruak kerumahan kecil yang mengelilingi kami, sambil menyeret istrinya.
   Dean berdiri di depan mereka,menghalau jalan keluar. "kalian belum boleh pergi, " ujar Dean dengan tenang.
Sang suami terdiam, mentap Dean dari kepala sampai kaki. jika ekspresi Dean tidak cukup mengintimidasi, tato berwarna hijau yang menutupi kulitnya dan otot yang menonjol pasti cukup untuk membuat nyali siapapun jadi menciut "ayolah," gumam sang suami. "Aku tidak mau membuat masalah..."
"Coba lihat bagasi mobilnya,"selaku,suara ku lebih keras dari sebelumnya. "Kau akan menemukan sarung tangan,selotip, dan kantung plastik sampah."
Semua orang mulai memandangi sang suami. Pria iru tertawa gugup. "aku tidak perlu mendengarkan omong kosong ini..."
"Selain itu dia membawa kampak,sekop,senter,cairan pembersih,tali,tang,dan buku tentang forensik," selaku lagi "Kau mengetahui istrimu akan menunggalkanmu dan kau tidak bisa menerimanya. Jadi kau berniat mencekiknya,mencabut semua giginya, dan memotong ujung jarinya agar jika mayatnya ditemukan, tidak ada seorang pun yang bisa mengenalinya."
  Sang suami terlihat tercengang. Jackie mulai menggeleng. Sementara air mata sudah mengalir deras dari kedua matanya. "Phil, apakah... aoakah itu benar?"
"Tidak!" Teriak sang suami. "Wanita gila ini berbohong!"
Kemudian phil membuat kesalahan besar dengan berbalik mencengkram bahuku. Dean segera menarik phil, tapi aku lebih cepat. Karna apa yang hendak dilakukan phil pada jackie masih segar dalam ingatanku. Aku tidak segan meletakkan tangan kananku di lengannya,melepaskan pusaran listrik yang sejak tadi ku redam.
  SerAngkai bayangan lain meledak dalam pikiranku, tidak berwarna seperti flim kuno, tapi bukan karena alasan itu aku menyentuhnya. Pandanganku kabur saat aku merasakan pusaran listrik dari tubuhku mengalir ketubuh phil, tapi hal itu hanya berlangsung sebentar karna Dean segera menarik phil menjauh. Phil terjatuh kelantai, dan setelah mengerjaokan mata beberapa kali, aku melihat dengan puas phil masih mengejamg dengan kuat di tanah. Beberapa oranag turis menjerit ketakutan. Jackie terisak. Aku merasa tidak enak pada jackie, tapi beberapa tetes air mata yang bercucuran sekarang madih lebih baik daripada takdir yg di rencanakan phil untuk jackie.
"Apa yang terjadi?" Tuntut salah satu penonton yang tidak kukenal.
"Pria itu mencengkramnya,jadi wanita ini menyengatnya dengan pistol listrik," jelas Dean dengan tidak acuh.
  Aku tidak punya pistol listrik, tapi J.D sudah bergeser kedepanku, memblokirku dari oandangan orang-orang dengan tubuhnya yang sangat tinggi.
Jackie berhasil menenangkan dirinya dan, dwngan tangan gemetar mengeluarkan satu set kunci dari saku celan phil. Sepertinya phil tidak menyadarinya, karna dia terlalu sibuk menggeliat dan kencing di celana. Tidak ada seorang pun yang menghentikan jackie saat wanita itu beranjak kepelataran parkir tapi Dean mengikutinya setelah memberikan tatapan muram padaku.
Teriakan jackie beberapa saat kemudian membuat beberapa orang beranjak, sebagian sambil melemparkan uang keatas meja, sebagian lagi tidak. Jacki sendiri pasti sudah melihat barang barang yang tadi aku sebutkan ada di bagasi mobil suaminya.
Hyuk mengahmpiriku dan menggosok jenggotnya dengan lelah. "Kau akan menanggung konsekuensinya,Frengki."
  Aku pikir yang dimaksud hyuk afslah aku harus menggantikan kerugian bar yang ditinggalkan para pengunjungnya. Karena kesalahanku mereka bergegas pergi sebelum membayar tagihan mereka, jadi aku tidak bisa menyalahkan hyuk, tapi beberapapun tagihan yang harus kubayar, itu harga yang pantas untuk ditebus dengan selamatnya nyawa seorang wanita.
  Baru kemudian, setelah jackie yang masih terisak menjelaskan apa yang terjadi pada polisi, aku menyadari apa yang sebenarnya yang di maksud oleh hyuk. Pada saat itu, semua sudah terlambat.

           ----------------"""""""---------------

Aku suka ceritanya JEANIENE FROST
Karna terlalu cinta makanya aku publikasikan disini 😆😊😊

once burnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang