bab 2

90 0 0
                                    

Marty menatap dalam kebisuan saat aku melompat diatas trampolin dengan kekuatan yang lebih besar dari pada yang diperlukan. Dengan tinggi tidak sampai mencapai seratus dua puluh lima centimeter, kepala marty hampir tidak mencapai tepi tranpolin,tapi cambang kulit keriput,dan otot yang kekar menegaskan bahwa dia bukanlah anak kecil. Aku memalingkan wajah dari Marty dan memfokuskan perhatianku pada lompatanku, hampir tidak menyadari pemandangan yang naik turun dengan setiap lompatan yang kulakukan. Saat aku berada di tempat yang cukup tinggi,aku menekuk lututku didepan dada, kemudian aku berputar sebelum kaki menyentuh permukaan trampolin yang fleksibel dan membuatku kembali terpental keatas
Putaranya kurang cepat! Aku hampir bisa mendengar teriakan pelatih lamaku.  Itu bisa mengurangi nilaimu laila!  Kau tidak akan pernah bisa masuk tim jika nilai mu serendah itu.
Aku menyingkirkan kenangan itu dan berkonsentrasi dengan gerakanku yang selanjutnya putaran terbalik. Gerakan ini bahkan lebih rumit lagi, kakiku berputar kearah yang berlawanan sebelum mendarat. Pengurangan nilai lagi,pikirku secara otomatis, tapi aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk melakukan putaran sulit itu. Tidak ada juri yang akan memberiku nilai tinggi. Tapi gerakan itu menarik dan penonton karnaval sangat menyukai itu.
Kali ini, bukannya mendarat di trampolin, aku mengubah arahku di detik detik terakhir dan mendaratkan kedua kakiku di atas bahu Marty. Efek pendaratan di tambah dengan bobot tubuhku seharusnya membuat marty jatuh dan mematahkan beberapa tulangnya. Tapi marty tetap berdiri tegak, marty memegangi pergelangan kakiku,menstabilakan tubuhku dengan cengkraman yang kuat  agar aku bisa berdiri tegak dan merentangkan ke dua tangan ku ke atas kepala.
" dan penonton akan bersorak sorai "
Ujat Marty dwngan nada ironis saat aku membungkuk. Aku langsung melompat begitu dia melepaskan pergelangan kakiku." Tidak banyak penonton belakangan ini. Orang orang punya kegiatan lain  yang lebih penting dari pada menonton karnaval."
Marty mendengus "jika stan mendapatkan keinginannya, kau akan menggunakan status barumu sebagai selebriti untuk menarik lebih banyak penonton."
Aku meringis mengingat kegembiraan bos kami atas aoa yang terjadi pada jackie dua minggu yang lalu. setidaknya hari ini tidak ada orang berkerumunan di pagar kami, sial bagiku karena saudara perempuan jackie ternyata seorang reporter yang menyebarkan 'ramalanku' kesetiap media yang bisa dihubunginya. Phil mengklaim dirinya tidak bersalah dan tidak ada cukup bukti untuk menuntutnya. Tapi informadi yang ku berikan tentang rencana jackie meninggalkan phil di tambah dengan deskripsi sempurnaku tentang barang barang yang tersimpan di dalam bagasi mobil, sudah cukup membuat orang penasaran. jika bukan karena kecendrunganku menyentrum semua orang yang kesentuh, aku pasti bisa menjadi peramal telapak tangan, tapi kenyataan berkata sebaliknya, aku tidak sabar menunggu ketenaran kilat ku segera berakhir.
" aku ingin orang orang melupakan apa yang bisa aku lakukan.kau tahu alasannya."
Marty menatapku dengan sorot sedih " iya, Nak aku tahu."
Kemudian Marty menepuk lenganku, tidak bergidik saat merasakan sengatan listrik yang dialaminya akibat kontak itu. Marty sudah terbiasa, lagi pula, Marty bukanlah manusia, jadi sengatan itu tidak memberikan efek sebesar yang dialami manusia.
" masuklah aku akan membuatkan milkshake untukmu." Ujar Marty sambil menepuk lenganku dengan gaya kebapakan.
   Aku berbalik agar marty tidak bisa  melihatku meringis Marty sangat bangga dengan ramuaan ciptaannya yang kuminum sedikitnya seminggu sekali,tapi minuman itu terasa seperti empedu. Jika saja aku tidak menyadari bahwa minuman itu memang membantu meningkatkan kesehatanku, aku pasti sudah membuangnya ke pot tanaman dan bukan meminumnya sampai habis
"Um, sebentar lagi. Aku harus memperbaiki putaran terakhirku."
  Dengusan Marty mengatakan padaku bahwa aku pembohing yang buruk, tapi Martu tidak mendebatnya. Sesaat kemudian aku mendengar pintu trailer tertutup.
  Begitu marty pergi, aku memfokuskan lagi perhatianku untuk melatih bagianku falm pertunjukan kami. Bagian marty adapah menyelamatkan diri tepat pada waktunya dari beberapa barang yang diledakkan, agar dapat menangkapku saat aku melompat dari trapeze, tapi karna marty bukan manusia, dia tidak perlu berlatih sesering yang kulakukan. Untung saja begitu, jika tidak kami akan membuat bisnis karnaval ini bangkrut dengan banyaknya peralatan yang rusak selama latihan belum lagi kerusakan yang terjadi pada halaman tempat kami berlatih. Kami menyewah tanah temoat kami memarkir trailer, jadi jika kami merusaknya, maka kami harus membayar ganti rugi.
   Menjadi anggota sirkus bukankah impianku saat kecil, tapi itu sebelum aku mulai membakar setiap perangkat yang ku sentuh, bekum lagi aku juga menyentrum orang hanya dengan kontak singkat. Dengan kondisiku itu, aku beruntung masih bisa mendapatkan pekerjaan. Satu satunya pekerjaan lain yang bisa kulakukan adalah menjadi kelinci percobaan pemerintah, seperti yang selalu kuingatkan keoada ayahku setiap kali dia mengkritik karier pilihanku.
   Aku melakukkan lompatan dengan mulus dan terukur,membangun ritme yang membuatku bisa menyingkirkan kekhawatiran lain dari pikiranku. Konsentrasiku adalah poin terpenting untuk sukses, begitu pelatih lamaku selalu mengingatkan kami,dan pria itu benar. Dalam wsktu singkat, aku hampir tidak menyadari gambaran  pagar, halaman, atap yang muncul berulang kali dalam setiap lompatanku. Sampai semua itu menyatu menjadi  perpaduan warna yang tidak jelas. Kemudian aku melakukan serangkaian putaran,pelintir, dan salto.mendarat dengan kaki terbuka dan lutut dilekuk. Untuk mengurangi dampak pendaratannya. Terampolinku bergetar, tapi aku tetap berdiri tegak, tidak kehilangan keseimbangan dan terdorong mundur. Kemudian aku mengankat tangan ku sebelum membungkuk, sentuhan terakhir dari rutinitas kami.
"Bravo," terdengar suara dengan nada mengejek.
Aku menegakkan tubuh, sekujur tubuhku menegang. Saat aku mulai membungkuk,aku merasa sendirian, tapi sepersekian detik setelahnya, empat orang pria berdiri berdiri dimasing masing sudut trampolin.
   Mereka terlihat seperti turis biasanya,mengenakan kaos dan celana jins, tapu selama ini hanya marty yang dapat bergerak secepat itu, yang berarti keempat pria ini juga bukan manusia. Bahkan sekalipun aku tidak tahu ada spesies lain yang hidup diantara manusia, senyuman dingin yang kuliahat dari pria berambut merah itu mengatakan kepadaku bahwa kedatangan mereka buak untuk menanyakan arah jalan. Aku mencoba mengendalikan detak jantungku yang sekarang menggila. Jika aku beruntung, makhluk makhluk ini akan berpikir jantungku yang berpacu disebabkan latihan fisik yang baru saja kulakukkan, meskipun aroma ketakutan yang terpancar dariku mungkin bisa tercium oleh mereka.
"Ini properti pribadiku," kataku.
"Kau pasti Fantastic Frengki," ujar pria bertubuh tinggi dan berambut merah, mengabaikan pernyataanku tadi. pria itu menyebutkan nama  panggungku dengan kesan jijik dan muak.
"Siapa yang inhin tahu?" Jawabku sambil bertanya tanya dimana marty. Marty pasti sudah mendengar kedatangan para pria ini, bahkan meskipun dia tidak bisa merasakan bahwa ada sekelompok makhluk bukan manusia disini.
Aku masih berada di atas trampolin saat mengajukan pertanyaan itu, tapi sejenak kemudian aku sudah berada di tanah, dalam cengkraman kuat si pria berambut merah. Dia mengerang kesakitan saat tersengat arus listrik akibat kontak langsung dengan kulit ku, tapi seperti halnya Marty, sengatan itu tidak memberikan pengaruh besar untuknya. Justru malah cengkraman rangannya menjadi semakin kuat.
"Bagai mana caramu melakukannya?" Tuntut pria itu, matanya berubah dari biru menjadi hijau terang.
Aku tidak menjawabnya. Pikiranku langsung dipenuhi bayangan abu abu, segera setelah tangan kananku menyentuh tubuhnya. Sama seperti aku tidak bisa mencegah arus listrik dari tubuhku menyengatnya, aku juga tidak bisa menghentikan diriku melihat bayangan dosa dosa terburuknya melalui satu sentuhan itu.
    Darah. Begitu banyak darah...
Melalui ingatan tentang pembunuhan seseorang aku mendengar pria itu mengumpat padaku sambil berteriak, kemudian tikaman rasa sakit yang muncul tiba tiba membuat semuanya menggelap.

once burnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang