bab 2 bahagian 2

43 2 0
                                    

Hufh sudah hampir selesai tapi pas mau di post eh tiba tiba hilang..😣😣😣

-------------

Aku menghadap penculikku di sebuah ruangan yang menyerupai kamar hotel, tanganku terlipat diatas pangkuan seolah aku sedang menunggu hidangan makan malam disajikan dan mereka adalah para pelayan. Jika kau bertemu vampir lain, jangan panik. Karena jika kau panik, kau hanya akan berbau seperti mangsa. Begitu Marty pernah memperingatkan aku. Aku tahu siapa sebenarnya para penculikku setelah aku melihat mata mereka berkilat hijau. Itu sebabnya aku tak mau repot tepot berbohong saat mereka bertanya bagaimana bisa aku menjadi lintah listrik sekaligus memiliki kemampuan untuk menyerap informasi melalui sentuhan. Jika aku berbohong, mereka hanya akan menggunakan kemampuan hipnotis mereka untuk membuatku mengatakan yang sebenarnya atau melakukan apapun yang mereka inginkan dan aku tidak mau memberikan mereka lebih banyak kendali daripada yang mereka dapatkan sekarang.
   Aku juga tidak mencoba untuk kabur meskipun mereka tidak mengikatku. Sebagian besar orang tidak tahu bahwa vampir memang ada, dan apa saja yang bisa mereka lakukan, tapi dengan kemampuan istemewaku, aku sudah mengetahui tentang keneradaan vampire bahkan sebelum aku mengenal Marty. Bakat tak diinginkan itu membuatku bisa mengetahui aoa yang kuharap tidak pernah kuketahui.
  Misalnya saja tentang fakta bahwa para penculikku berniat membunuhku; saat ini, itu adalah informasi yang tidak ingin kuketahui. Aku melihat kematianku setelah aku dipaksa menyentuh vampir berambut mereh itu lagi, dan itu adalah bayangan  yang membuatku ingin memegangi leherku sambil berlari mundur dan menjerit ketakutan.
  Aku tidak melakukannya. Aku rasa seharusnya aku bersyukur karena memiliki kelebihan yang tak diinginkan itu, aku sudah pernah melihat begitu banyak kematian yang mengerikan, sehingga aku bisa memandangi kematianku sebagai bentuk yang melegakan. Pasti akan sakit sekali merasakan leherku di koyak tapi aku lega saat orang lain mengalaminya, dengan begitu aku bisa tahu apa yangharus kuharapkan. Meskipun begitu, itu bukanlah cara terburuk untuk mati. Aku sudah pernah melihat sekilas kemungkinan masa depanku, tapi aku berhasil mencegah kematian jackie. Mungkin aku juga bisa menemukan cara untuk mencegah kematian ku sendiri.
  "Jadi,biar kuluruskan," ujar si rambut merah, dengan suara tidak acuh. "Kau menyentuh tiang listrik yang jatuh saat kau berusia tiga belas tahun,nyaris tewas, dan setelah itu, tubuhmu mulai mengalitkan listrik dan tangan kananmu memiliki kemampuan cenayang dari apapun yang kau sentuh?"
  Lebih dari itu, tapi aku tidak akan mengungkapkan lebih banyak informasi dan vampir berambut merah itu pun tidak akan peduli dengan detail lainnya.
"Kau sendiri sudah meresakan sengatan listriknya," kataku sambil mengangkat bahu. "Sementara kemampuan yang lain, well, jika aku menyentuh sesuatu, aku bisa merasakan kenangan yang tertinggal atau banmyangan masa depan yang berhubungan dengan sesuatu itu." Tidak peduli aku menginginkannya atau tudak, tambahku falam hati.
  Kemudian si vampir berambut merah tersenyum, tatapanya menyusuri luka tipis yang menjadi bukti nyata persinggunganku dengan kematian. "Apa yang kau libat saat menyentuku?"
"Masa lalu atau masa depan?" tanyaku, meringis saat mengingat kedua bayangan itu.
Si vampire berambut merah bertukar tatapan penasaran dengan rekannya itu. "Keduanya,"
Aku ingin sekali berbohong, tapi aku tidak membutuhkan kemampuan cenayang untuk tahu jika mereka meragukan perkataanku, aku pasti langsung dibunuh.
"Kau suka makan anak-anak" kata kata itu membuat empeduku naik ketenggorokan, hingga membuatku menelan dengan susah payah sebelum bisa melanjutkan. "Dan kau beriat untuk meminum darahku sampai aku mati jika aku terbukti tidak berguna untukmu."
  Senyuman sivampire berambut merah melebar, menunjukkan ujungbtaring yang tajam saat dia tidak menyangkal kedua tuduhan itu. Jika saja kau belum pernah melihat seringaian bertaring melalui mata orang yang terhubung denganku, aku pasyi sudah kencing dicelana saking takutnya, tapi ada sebagian diriku yang mengenali siapa vampir berambut merah itu: iblis. Dan aku tidak asing dengan iblis, meskipun aku sangat berharap sebaliknya.
   "Jika memang dia seperti yang pernah kita dengar,maka dia bisa membantu kita menemukan apa yang selama ini kita cari," gumam rekannya yang berambut coklat.
"Aku rasa kau benar," jawab si vampir berambut merah.
  Aku tidak mau mati, tapi ada beberapa hal yang tidak akan kulakukan sekalipun itu bisa menyelamatkan nyawaku. "Jika kalian memintaku menculik anak-anak, maka sebaiknya kalian mulai menghisap darahku sekarang."
   Si vampir berambut merah tertawa. "Aku bisa melakukan itu sendiri," ujarnya meyakinkan aku, membuat perutku bergolak. "Yang kuinginkan darimu lebih... rumit. Jika aku membawakan bemda untuk kau sentuh, apakah kau bisa menjabarkan tentang pemilik benda itu? Misalnya apa yang sedang dilakukannya, di mana dia berada, dan yang paling penting dimana dia akan berada?"
  Aku tidak amu melakukan apapun untuk membantuk kelompok pembunuh yang menjijikan ini, tapi aku tidak punya pilihan lain. Jika aku menolak, aku akan dihipnotis agar tetap melakukannya juga, atau disiksa samoai aku mau melakukannya, atau mati teesedak darahku sendiri karena aku tidak berguna untuk mereka. Mungkin inilah kesempatanku merubah taqdir yang mereka niatkan untukku.
Kenapa kau mau merubah takdirmu? Bisik suara hatiku. Apakah kau tidak lelah selalu tenggelam didalam disa orang lain? Bukankah kematian menjadi satu-satunya jalan keluarmu
Aku melirik oergrlangan tanganku, luka samar yang tidak ada hubungan dengan kecelakaan saat aku ter sengat listrik tampak jelas di kulitku. Dulu, aku pernah mendengarkan suara hatiku yang putus asa itu, dan aku berbohong jika aku tidak mengakui bahwa ada sebagian dari diriku yang tergoda olehnya. Kemudian aku teringat oada Marty, pada fakta bahwa aku tidak mengatakan pada ayahku bahwa aku mencintainya saat terakhir kali kami bicara, pada fakta bahwa aku tidak pernah berbicara pada adik perempuanku selama berbulan bulan, dan akhirnya, pada kesadaran bahwa aku tidak mau memberikan kepuasan pada para bajingan ini dengan membunuhku.
  Kepalaku terangkat dan aku membalas tatapan sang pemimpin. " kemampuanku terikat pada emosiku. Jika kalian menyiksaku secara mental ataupun fisik, maka sebaiknya kalian menelpon layanan cenayang untuk mencari tahu aoa yang ingin kalian ketahui dariku. Itu juga berarti kalian tidak boleh membunuh siapapun selama aku mendapatkan informasi, dan kalian sama sekali tidak boleh menyentuhku."
  Bagian yang terakhir iru sengaja kukatakan karena tatapan penuh nafsu yang diberikan si vampir berambut coklat padaku. Kaus ketat dan celana pendek yang kukenakan memperlihatkan sebagian besar tubuhku, tapi itulah kostum latihanku. Aku tidak menyangka aku akan diculik hari ini, jika tahu aku pasti akan mengenakan pakain yang lebih konservatif.
"Jangan berpikir untuk menghipnotisku agar melupakan apapun yang kalian lakukan," tambahku, sambil melambaikan tangan kananku. "Tangan cenayang, ingat? Aku akan menyentuh kalian atau benda terdekat kalian dan aku pasti akan mengetahuinya, jika itu yang terjadi, maka bola-kristal-manusia kalian akan pecah."
Semua itu hanyalah omong kosong. Mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan dan aku bisa melihat bayangan dari apapun yang disentuh oleh tangan kananku, tapi aku menggunakan  nada suaraku yang oaling meyakinkan seraya berdoa bahwa, untuk sekali ini, aku bisa menjadi pembohong yang hebat.
  Si rambut merah memperlihatkan taringnya padaku dalam bentuk senyuman yang mengerikan. "Itu bisa diatur, jika kau bisa melakukan apa yang menurutmu pengakuanmu mampu kau lakukan."
Aku balas tersenyum miris. "Oh, aku bisa melakukannya."
Lalu melirik ke stopkontak yang ada di belakang si vampir berambut merah. Dan bukan hanya itu yang bisa kulakukan.
------------
Ahirnya siap juga bab 2 nya

once burnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang