bab 5

18 0 0
                                    

Jackal melemparkan ikat pinggang yang dmsusah setengah memeleh kearahku. "Coba lagi. Memgetahui dia ada dirumahnya bukanlah informasi yang berguna. Kita harus tahu dimana dia akan berada setelah dia meninggalkan bentengnya itu, bukan saat dia aman berada di dalamnya."
   Aku menoleh kearah jam yang ada di meja samping tempat tidur. Sudah hampir pukul dua dini hari, lebih delapan jam saat aku berbicara dengan Vlad yang sangat membanggskan statusnya sebagai vampir hingga memilih nama itu. Apa yang menghambatnya datang? Apakah dia memutuskan vampir-vampir ini tidak layak dibunuh? Aku ingin sekali menyentuh ikat pinggang iru dan mencari tahu, tapi aku tidak tahu apakah aku masih bisa memperdaya keempat pamvir ini. Jackal nerjanji memberiku waktu satu jam, tapi baru tiga puluh menit dia sudah kembali.
"Aku kelelahan," kataku,sambil menggosokkan keningku agar terlihat lebih meyakinkan. "Mengalami lagi kematian-kematian itu, berungkali mencoba terhubung pada seseorang di masa sekatang... semua itu menguras tenagaku." Dan aku juga mengalami sakit kepala berat, tapi aku rasa mereka tidak akan memedulikannya.
"Kau ingin aku membangunkanmu dengan ini?" Bentak psycho, sambil memperlihatkan taringnya padaku.
   Jackal menghentikannya. "Itu tidak perlu," ujar jackal dengan suara yang menenangkan. "Frenkir yang malang kelelahan, sebaiknya kita membiarkan dia gidur. Aku tahu... ayo kita pergi makan malam. Aku melihat keluarga yang terlihat lezat di kamar 302. Jumlah mereka cukup banyak untuk memuaskan kita semua."
Perutku bergolak, karena kilat dingin dimata jackal mengatakan bahwa dia tidak menggertak, pervert, twitchy, dan psycho menyeringai, menantangku untuk bertindak, sku bangun dari tempat tidurku.
"Izinkan aku buang air kecil dan membasuh wajahku dengan air, setelah itu aku akan mencoba menemukannya lagi." Kataku, dalam hati mengumpat mereka. Aku berjalan kekamar mandi dan menutup pintunya. Syukurlah tidak ada satu pun dari mereka yang bersikeras menemanikum
   Taktik itu hanya bisa mengulur waktu selama beberapa menit. Tidak lama kemudian aku sudah kembsli ketempat tidur, gemetar oleh embusan angin dari pendingin udara, dan mengambil pisau perak uang tergeletak di meja.
"Kenapa tidak mengambil ikat pinggang?" Tanya jackal dengan tiba-tiba, menghentikanku.
   Aku melototkan mata padanya, yerlalu marah pada ancamannya tadi dan khawatir Vlad berubah pikiran. "Akan lebih mudah menciptakan koneksi melalui sesuatu yang pernah kugunakan sebelumnya." Jackal mendwngus. "Baiklah. Lakukan, dan kami tidak akan meninggalkanmu, kecuali kai ingin kami memakan keluarga itu."
      Amarahku semakin berkobar, tapi aku mengatupkan bibirlu tidak mengatakan apa-apa, hanya mengambil pisau perak itu. Kematian Neddy mengisi pikiranku lagi, dan aku mencoba menepiskan bayangan itu sampai aku menemukan koneksi dengan vampir si pemantik api. Uang membuatku terkejut, tidak buruh waktu lama bagi ku untuk menemukannya. Bentangan luas berwarna ungu gelap menggantikan kamar hotel yang ada disekelilingku. Vlad berada di tengah-tengah bentangan luas itu, matanya berkilat hijau bak zambrud saat dia menatap sesuatu yang tidak bisa kulihat.
   Selama sejenak, aku kebingungan. Vlad terlihat seperti berenang di tengah bentangan gelap itu, tapi mantel abu-abunya tidak basah. Apa...?
  "Aku bukan sedang berenang, laila. Aku sedang terbang."
     Suara Vlad terngiang dalam pikiranku, terdengar geli. Aku menyadari bentangan luas disekelilingan bukanlah air, tapi langit malam, Vlad pasti terbang cukup tinggi. Aku bahkan tidak bisa melihat secercahpun cahaya di bawahnya.
     Jika aku bisa bertahan hidup setelah melewati semua ini, aku akan menendang bokong Marty karna tidak mengatakan padaku bahwa vampir bisa terbang? Bagai mana jika semua vampir bisa terbang? Jika benar begitu, maka mustahil bagiku untuk bisa melarikan diri dari sini...
"Siapa Marty?" Kau tidak pernah menyebut dia sebelumnya." Suara Vlad menyela lamunanku. Marty juga vampir, pikirku, masih berusaha menyerap informasi baru tadi. Tapi dia tidak terlibat dengan semua ini, tapi saat ini dia pasti sangat menghawatikarkan aku.
"Kau milik vampir lain?"
Nada curiga terdengar lagi dalam suara vlad, dan carabya mengatakan 'milik' menyiratkan warna seksual atau penyedia makan. Atau mungkin keduanya. Aku cemberut, lupa bahwa Vlad tidak bisa melihatnya.
   Bukan! Kami bekerja sama dan kami berteman, tapi hanya itu saja.
  Iih, aku bisa mencegah seruan itu. Marty sudah seoerti ayah kedua untukku. Membayangkan dia menancapkan taringnya atau bagian tubuh yang lain ketubuhku membuatku mual.
   Kenapa kau lama sekali? Pikirku, kembali ketopik yang paling penting. Sudah berjam jam aku menunggu. Apakah kau berubah pikiran?
  Vlad terdengar seperti mendengus, tapi dengan embusan angin disekelilingnya, aku tidak bisa memastikannya
"Aku tidak berubah pikiran. Rumahku sangat jauh dari florida."
   Jadi Vlad masih diperjalanan. Kelegaan bercampur dengan kegelisahan. Mereka memaksaku untuk menemukanmu lagi, kataku pada Vlad. Aku mencoba mengulur waktu, tapi mereka mengancam akan memakan sebuah keluarga yang menginap di hotel ini. Mengatakan pada mereka bahwa kau berada dirumahmu tidak dianggao sebagai informasi yang cukup bagus, dan mereka ingin tahu kemana kau berada saat kau pergi dari rumahmu.
   Seringain tersungging dibibir Vlad. Aku tidak menemukan ada yang lucu dari pertanyaanku tadi, tapi pasti kami memiliki selera bumor yang berbeda.
"Apakah sekarang mereka ada bersamamu?"
Saat ini aku tidak bisa melihat mereka, tapi aku tahu jackal, twichy, pervert, dan psycho pasgi masih berada disekitarku.
  Iya. Kali ini mereka tidak mau meninggalkanku sendirian.
"bagus."
Jika saja aku tidak tahu keempat vampir bisa mendengarku, aku pasti sudah mendengus dengan keras setidaknya Vlad bisa berpura pura peduli pada leherku yang akan dijadikan botol jus.
     Blad tergelak, menepiskan lengan mentelnya untuk melihat sesuatu. Apapun yang dilihat Vlad, sepertinya itu membuatnya senang, karena dia menyeringai lagi.
"Aku ingin kau mulai membuat narasi, laila. Katakan pada mereka apa yang kau lihat sedang kulakukan."
Kenapa? Aku hampir mengatakannya dengan lantang tapi aku berhasil menahan diri tepat pada waktunya.
   Tatapan sehijau zambrud itu seperti disorotkan padaku.
"Karna aku menyuruhmu melakukannya," ujar Vlad menegaskan bahwa dia tidak suka printahnya dipertanyakan.
Aku harap ini tidak akan membuatku terbunuh, pikirku dengan jengkel. Tanganku mencengkram pisau dengan kuat. Mungkin hanya itu satu satunya harapanku jika rencana ini gagal dan jackalmenyadati bahwa kontakku dengan Vlad terjalin dua arah.
"Aku bisa melihatnya," kataku dengsn lantang. Jika aku percaya pada Tuhan, aku pasti sudah mulai berdoa.
      Ditengah-tengah embusan angin yang ada disekitar Vlad, aku mendengar suara jackal. Aku merasa tangan jackal menguncang-guncang bahuku.
"Dimasa sekarang? Atau dimasa depan?"
"Dimasa sekarang," kataku, sekali lagi aku berharap aku tidak sedang menandangi vonis kematianku. "Dia sudah tidak berada dirumahnya lagi. Dia sedang terbang."
   Guncangan tangan jackal menjadi semakin kuat.
"Dia terbang di atas apa, Frengkie?"
"Mana kutahu?" Jawabku sejujurnya. "semua terlihat gelap. Aku tidak bisa melihat banyak... tunggu."
     Vlad meluncurkan tubuhnya kebawah. Suara angin terdengar semakin kencang. Di kejauhan, aku melihat secercah cahaya.
   "Sekarang dia berada diatas tempat yang berpopulasi. Aku bisa melihat cahaya. Banyak sekali."
   Tamparan membuat pipiku terasa terbakar. "Dimana? Aku lebih butuh sesuatu yang lebih spesifik daripada 'berpopulasi' dan 'cahaya,' sasar kau wanita bodoh!"
  Aku ingin mengusap pipiku, tapi aku tidak bisa melakukannya karena  aku harus memfokuskan seluruh perhatianku untuk menjaga kontak dengan Vlad. Aku harap kau akan menyiksanya dengan sadis saat kau sampai kesini! Bentakku dalam hati.
    Seringaian Vlad melebar, memperlihatkan taring yang tajam. "Aku akan mengingatkan mu nanti bahwa kau sendiri yang memintanya."
    Kemudian Vlad memiringkan tubuhnya ke area yang lebih landai. Kilau cahaya dibawahnya menjadi lebih terang, benda-benda mulai berbentuk. Aku menyipitkan mata untuk melihat dengan lebih baik, berharap Vlad sudah dekat.
  "Kelihatanya... dia terbang diatas taman hiburan," lanjutku. Vlad terbang dengan sangat cepat, hingga sulit untuk memastikannya. "Sepertinya aku baru saja melihat roller coaster."
  Jackal tidak menamparku lagi, tapi jika dia mengguncang bahuku lebih kuat lagi, dia mungkin akan membuat ensel bahuku terlepas. "Taman hiburan apa?"
"Hentikan itu!" Bentakku, amarah sudah mwnguasaiku. "Apa kau ingin aku lehilangan kontak dengannya? Berhentilah mengganggu konsentrasiku dengan mengguncang-guncang bahuku."
   Guncangan itu berhenti, tapi tangan jackalseperti bola baja dilengan atas ku. "Taman hiburan apa?" Ulangnya.
    "Sudah terlambat untuk memastikannya, dia sudah melewatinya sekarang. Aku melihat banyak sekali atap dan gedung..."
   Dan air. Kegembiraan menguasaiku, florida memiliki taman hiburan yang berada didekat air dan kota beaar jika Vlad baru saja terbang melewati Disney World, maka dia mungkin hanya berjarak sejam dari hotel ini.
   Apakah itu tempatmu berada sekarang? Itu bunyi pesan yang kukirimkan pada Vlad.  Di Florida?
  Jawaban yang kudapat hanya berupa seringaian taoi pemandangan buram dibawah Vlad mulai terlihat lebih jelas. Butuh waktu sedetik untuk menyadari alasannya.
"Dia melambat, meluncur turun...."
  Jantungku mulai berdetak lebih cepat. Aku tidak ahli mengenali lokasi dari atas, tapi sepertinya jejeran gedung yang baru saj dilewati Vlad terlihat familier.
"Bagaimana?" Cengkraman tangan jackal menguat lagi. "Apa yang kau lihat?"
   Gemuruh didadaku terus berlanjut saat aku melihat pelabuhan yang sekarang benar benar kukenali.
   "Dia berada diatas marina. Aku masih belum bisa melihat nama jalannya, tapi dia... sepertinya dia melambat lagi."
"Marina?" Tiba-tiba saja jackal terdengar gelisah. Cengkraman tangannya mengendur.
    Aku memeganhi pisau perakseolah hidupku bergantung pada bwnda itu. "Iya. Sekarang dia mwngarah kekota. Aku melihat banya sekali gedung... dia turun lebih rendah lagi... aku bisa melihat salah satu papan namanya..."
   "Apa yang tertulis dipapan nama itu?" Sela jackal, suaranya terdengar mendesak. "Apa yang tertulis disana, Frengkie?"
  Aku melepaskan kontakku dengan Vlad, karena aku tidak membutuhkannya lagi. Kamar hotel seperti berputar disekelilingku dengan serangkaian warna, menelan kegelapan yang tadi menyelimuti Vlad. Jantungku berdetak cepat seperti hendak melepaskan diri dari kungkungan dadaku dan keringat membuat pisau ditanganku nyaris terlepas.
"Di sana tertulis," ujurku, ketegangan dan kebulatan tekad membuat suaraku lebih lantang, "Red Roof In, Tampa."
    Aku hanya bisa meresapi syok merekaselama sejenak, sebelum jendela kamar hotel hancur akibat terjangan sesuatu yang besar.
      Waktu seperti berjalan dengan sangat cepat. Satu detik aku dihujani pecahan kaca, dan detik berikutnya aku sudah didorong kesudut, menatap punggung pria berambut gelap dalam balutan mantel besar. Sebelum aku sempat mengerjapkan mata, api sudah membakar dinding dengan gelombang dahsyat berwarna oranye-merah menutupi setiap senti ruangan itukecuali bagian tempatku berada.
"Aku dengar kalian mencariku," ujar suara yang sekarang tidak asing lagi ditelingaku.
   Asap dan panas mendorongku untuk mencari jalan keluar, tapi sebelum aku bisa merangkak pergi, sesuatu meledak didepanku. Smua terjadi dengan sangat cepat, hingga membuatku teringat pada film kartun yang pernah kutonton saat masih kecil, hanya saja kali ini hanya potongan tubuh yang terlempar kesana kemari memang benar-benar nyata. Dengan kecepan mereka yang mengagumkandan asap yang membuat segalanya terlihat samar, aku tidak bisa memastikan siapa yang menang, atau apakah ada lebih dari dua orang yang terlibat dalam pertarungan itu.
     Jika aku terjebak ditengah-tengah pertarungan mematikan itu, maka tamatlah riwayatku, taoi hanya ini satu-satunya kesempatan yang kumiliki. Aku menarik napas panjang untuk mengumpulkan keberanian, terbatuk ileh asap yang aku hirup, dan merangkak kestopkontak listrik terdekat. Kemudian aku meletakkan tangan kananku disana, merasakan sengatan listrik yang tiba-tiba, saat arus listrik didalam tubuhku terhubung dengan listrik yang ada distopkontak.
   Energi memenuhiku seperti adrenalin yang berpacu kejaNtung, diikuti rasa sakit disekujur tubuhku. Lampu berkedip, tapi bahkan dalam kegelapan dan mataku berair karna asap, aku masih bisa melihat jendela yang dihancurkan Vlad. Api dan potongan kaca masih hinggap dibingkaian jendela, melihatnya seperti mulut neraka. Beberapa meter dari sana, beberapa vampir terlibat dalam pertempuran mematikan yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Tidak ada satupun yang bisa membuatku ragu-ragu. Aku menarik napas lagi lalu menghambur kearah jendela, dan melomopat keluar pada detik terakhir seolah lantai kamar adalah papan loncatan..

                         #########

Akhirnya selesai juga.....

once burnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang