#2

13 0 0
                                    

"Aaaaaaa...tolong!! Tolongin aku...aku takut..hiks..hiks..bang...abang!! Abang dimana?! Senja takut"

"Dek...bangun hey. Aduh malah badan kamu panas banget. Bangun dek jangan buat abang panik" danuara menepuk pipi adiknya yang sedang mengigau itu.

"Ini pasti karena hujan serta petir kemarin" batin danuara.

Perlahan senja mambuka kedua matanya. Dia langsung memeluk danuara seolah tak ingin melepaskannya sambil menangis di dada bidang danuara.
  
"Abang....temenin senja. Senja masih takut. Jangan tinggalin senja. Senja takut.." lirih senja yang masih menangis sesenggukan dipelukan danuara.

"Abang gak bakal ninggalin kamu dek" ucap danuara menenangkan senja. "Ini salah abang yang gak bisa jemput kamu kemarin. Maafin abang dek"

"Syutsss....jangan bilang gitu bang. Gpp kok lagian emang dasar akunya aja yang penakut" tutur senja sambil menempelkan jari telunjuknya dibibir danuara.

****************

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang!" Bentak anisa pada anak sulungnya itu.

"Peduli apa anda terhadap saya?! Urus saja selingkuhan anda itu!" Sambil menunjuk angga dengan tatapan tajam. "Bukankah dia lebih penting dari pada kami?! Bahkan kami pun seperti tak dianggap dirumah ini"
Fajar meluapkan emosinya.

"Apa kamu bilang?! Mama gak pernah memperdulikan kalian? Lalu untuk apa mama bekerja keras banting tulang untuk membiayai kehidupan kalian?" Jawab anisa tak kalah sengit kepada fajar.

"Jangan pernah anda memanggil diri anda dengan sebutan mama. Karna anda tak pantas mendapat panggilan itu!" Ketus fajar kepada anisa.

"Udah bang udah. Mama sayang kok sama kita berdua" lerai stiven kepada abangnya.

Fajar tersenyum tipis "Dia lebih sayang sama selingkuhannya itu"

Sementara orang yang dimaksud hanya diam dan tak tau apa yang mau dijelaskan.

"Saya bisa jelaskan semua ini fajar. Tolong dengarkan penj-" belum sempat angga mengeluarkan kalimatnya fajar langsung memotong ucapannya.

"Saya tidak butuh penjelasana anda!"

"Fajar!! Kamu jangan jadi anak yang durhaka ya! Saya masih orang tua kamu!" Tegas anisa.

"Semenjak papa meninggal kerena anda lebih memilih selingkuhan anda ini mulai saat itu lah saya berhenti menganggap anda sebagai orang tua saya!" Bantah fajar sambil meninggalkan semuanya yang berada diruang tamu.

Diluar, ada seorang cewek berbaju putih menggunakan jeans , rambut dicepol rapi datang bersama abangnya.

"Permisi!"

Didalam rumah anisa yang mendengar panggilan dari luar langsung membuka pintu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya anisa ramah kepada gadis itu.

"Saya mau ketemu fajar tante. Fajarnya ada gak?" Jawab gadis itu.

"Ada kok,sebentar ya. Nama kamu siapa biar tante bilang"

"Kania tante"

"Biar aku aja yang manggil ma" anisa mengganggukkan kepalanya pertanda iya.

Dengan langkah cepat stiven menyusul fajar yang sudah masuk kekamarnya.

"Buka pintunya bang. Bang jar...abang!" Panggil stiven sambil mengetuk pintu kamar fajar.

"Berisik lo njing! Mau apa? Mau belain dia lagi?" Ketus fajar kepada adiknya.

"Otak lo ya bang pikirannya negatif mulu. Noh ada temen lo tuh didepan. Katanya nyariin abang"

Fajar hanya menaikkan sebelah alisnya seolah-olah siapa yang sedang mencarinya. Stiven yang mengerti maksud fajar langsung memberitahunya.

"Temen lo bang. Kan...kan..siapa ya namanya?" Tiba-tiba saja stiven lupa dengan nama teman yang sedang menunggu abangnya itu diluar.

"Kania?" Tanya fajar.

"Nah..iya,itu dia maksud ku bang" balasnya dengan cengiran polos

"Bilang dong dari tadi" fajar menjitak kepala stiven dan langsung turun kebawah untuk menemui senja tanpa menghiraukan teriakan adiknya yang kesakitan akibat mendapat jitakan darinya.

"Abang laknat emang lo. Gue bales ntar. Liat aja"

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Disinilah mereka sekarang. Duduk dibawah pohon. Pasalnya setelah senja mengucapkan terima kasih yang ditemani abangnya fajar meminta izin untuk membawa senja menikmati penutupan untuk hari ini.

"Lo cantik kalau senyum. Senyum terus buat gue" tiba-tiba fajar mengatakan itu dan membuat semburat merah di pipi senja.

"Lo blushing nja? Ya amvun...gitu aja ngeblush gimana lebih lagi" lanjut fajar.

"Bukan karna rayuan gombal lo tapi emang gini kalau kena angin sore. Pipi gue merah" elak senja.

"Alesan lo mah. Bilang aja baper"

"Gak wlee" ejek senja.

Tiba-tiba ada jari yang perlahan merambat menulusup ke sela jari senja. Ya jari fajar. Perlahan dia menyatukan jari mereka. Tak ada respon dari senja karna dia terkejut dan sudah terlanjur di genggam fajar.

"Gue boleh nanya gak? " ucap fajar tidak melepaskan genggamannya.

"Boleh tanya aja selagi gue bisa jawab"

"Gue mau nanya. Dimana bisa dapet kebahagian yang damai tanpa ada merasakan sakit terlebih dahulu?" Tanya fajar.

Pertanyaan yang diajukan fajar seperti membuat ribuan jarum tertancap di hatinya.

"Cari hal yang bisa buat kamu tenang" saran senja sambil tersenyum.

"Ini dia! Gue udah dapet caranya" Fajar mengagetkan senja.

"Astoge! Apa?" Tanya senja sambil memukul lengan fajar.

"Liat kamu tersenyum itu buat aku tenang" goda fajar










Aduh..aduh...sakit ya stiv dijitak?

Stiven : iya lah thor,rese emang tuuh si fajar goblok.

Pletakk

Fajar tiba-tiba dateng dan menjitak kepala adiknya lagi

Fajar : apa lo bilang? Dasar adik durhaka.

Author : udah dong jangan berantem. Ga kuat liat kalian berantem

Fajar dan stiven tersenyum miring

Pletak...mereka menjitak author dan langsung pergi.

Dasar adik dan kakak laknat. Author ngambek nih ga lanjutin cerita kalian lagi tau rasa.

"Eh..jangan thor..author cantik deh"
Senja tiba-tiba muncul dan menenangkan author.

Oke, berhubung aku baik jadi aku lanjutin deh

Maafkan ketidakjelasanku😊

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang