Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Part 1: Koper yang tertukar

74.9K 2.6K 93
                                    

NABILA sudah berada di Bandara Internasional Juanda usai terbang dari Jakarta. Setelah ini, ia akan melanjutkan perjalanannya menuju rumah sang nenek di Bungurasih. Nabila berniat menggunakan bus DAMRI dalam waktu tempuh kurang lebih satu jam perjalanan, itu pun kalau jalanan sedang lancar.

Nabila mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang bandara melihat kesibukan orang-orang yang berlalu-lalang. Akhirnya, ia bisa menginjakkan kaki di kampung halaman sang nenek. Pergi ke rumah neneknya saat ini adalah pilihan yang paling tepat baginya. Selain karena kuliahnya sedang libur, Nabila juga ingin menyegarkan pikiran yang lumayan menyesakkan kepalanya.

Selama ini, Nabila terbilang jarang sekali memanjakan diri dengan berlibur. Hidupnya dipenuhi dengan kejaran kebutuhan hidup. Ia bekerja paruh waktu di beberapa tempat demi melanjutkan sekolahnya, dan Nabila bersyukur karena semuanya bisa berjalan lancar sampai bisa lulus SMA. Keluarga Maudy turut andil dalam perjalanan hidupnya tentu saja.

Nabila jadi memutar waktu atas apa yang dilakukannya selama ini terhadap Maudy. Betapa tidak tahu dirinya ia sebagai seorang sahabat. Betapa tamak dirinya melihat kesenangan sesaat ketika Maudy menitipkan seseorang kepadanya. Namun, bukannya menjaga janji itu, ia malah mengingkarinya. Kendati demikian, lagi-lagi rasa syukurnya kian berlipat saat gadis itu masih mau memaafkan segala kesalahannya. Nabila bertekad, mulai saat ini ia akan mencari kebahagiaannya sendiri tanpa melukai siapa pun.

Getaran ponsel dalam tas kecilnya membuat Nabila menghentikan langkah menuju arah pintu keluar. Kendati agak kesulitan mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya, ia buru-buru mengangkat panggilan itu usai memeriksa nama si penelepon.

"Iya, waalaikumsalam, Nek. Iya, Nabila udah turun dari pesawat. Ini mau cari bus dulu, Nek. Iya, Nabila akan hati-hati."

Nabila terus berjalan sambil menerima telepon sampai tidak sadar tubuhnya ditabrak seseorang. Nabila terjatuh dalam keadaan duduk, dan dua koper bergeser lumayan jauh dari posisinya berada. Ia berusaha memperhatikan ke arah mereka yang menabrak. Ada tiga lelaki dan satu orang perempuan. Barang bawaan mereka lumayan banyak. Masing-masing dari mereka membawa ransel di punggung serta beberapa koper berukuran sedang dan besar.

"Lo mah, kebiasaan. Di mana-mana sukanya jatoh, Ghe!" cicit lelaki yang mengenakan hoodie hitam. Lelaki itu terlihat membantu si gadis bangkit berdiri.

"Daripada lo, kebiasaannya tuh ngomel melulu! Lagian gue nabrak orang, kan, gara-gara lo yang dorong gue!" balas gadis itu tak kalah kesal.

"Udah, udah. Kenapa jadi pada ribut, bukannya bantuin orang yang kalian tabrak?!" Gadis itu lalu meminta tolong temannya untuk mengambilkan koper yang terlempar tadi.

"Duh, maaf, ya, udah bikin lo jatuh." Gadis itu meminta maaf pada Nabila dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

"Ghe, ini kopernya." Lelaki dengan kemeja hitam itu memberikan koper milik Nabila kepada si gadis.

"Ini koper punya lo. Sekali lagi gue minta maaf, ya." Gadis itu menepuk-nepuk bahu Nabila sambil memasang wajah khawatir. "Lo beneran enggak apa-apa, kan?"

"Iya, enggak apa-apa." Nabila memasang senyum ramah.

"Ayo, Ghe!" Kali ini panggilan tidak sabar terdengar dari lelaki yang mengenakan kemeja hitam tadi sambil memandang serius ke layar ponselnya. Nabila melihat lelaki itu sekilas. Ia tersenyum sebentar ketika lelaki itu berbalik. Nabila bisa melihat rambut lelaki itu dikuncir asal dengan karet gelang. Sepertinya, baru kali ini ia melihat lelaki berambut agak panjang.

"Bye!" kata gadis itu melambaikan tangan ke arah Nabila seraya berlari demi mengejar tiga lelaki di depannya.

Nabila kembali melihat layar ponsel di tangannya. Ternyata panggilan dengan neneknya masih tersambung. "Halo, Nek! Udah dulu, ya, Nabila mau cari bus. Nabila enggak apa-apa, kok. Tadi cuma kesenggol sedikit, Nenek enggak perlu khawatir, ya!"

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang