Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Part 2: Awal Pertemuan

38.2K 2.2K 92
                                    

SETELAH perjalanan yang lumayan panjang dengan satu kali naik bus dan satu kali naik angkot, akhirnya Nabila sampai di Probolinggo saat malam. Rintik hujan membasahi permukaan bumi sepanjang perjalanan Nabila menuju tempat lelaki pemilik koper itu berada. Oleh karena itu, perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh satu jam setengah, sampai memakan waktu tiga jam lebih. Gadis itu mencoba mencari tempat berteduh guna menghindari air hujan meski ia begitu menyukai suasana tersebut.

Nabila melihat beberapa warung kopi yang sudah berjejer rapi di hadapannya. Lantas kakinya segera melangkah masuk ke warung itu. Ia akan berteduh di sana dan memesan minuman hangat demi menghalau rasa dingin.

"Bu, teh manis hangatnya satu, ya," ujar Nabila pada ibu penjaga warung. Perempuan itu mengangguk lalu mulai membuatkan pesanan untuknya.

Sambil menunggu teh hangatnya tersaji, Nabila mencoba menghubungi pemilik koper itu kembali untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah berada di tempat yang lelaki itu katakan. Nabila teringat saat ia menemukan sebuah kartu nama bertuliskan Fadel Adi Wicaksana. Setelah itu, Nabila langsung menghubunginya untuk memastikan. Beruntungnya nomor itu benar-benar punya si pemilik koper.

"Halo, Mas, saya udah sampai di Jalan Tangkuban Perahu cuma saya enggak tau Pondok Cemara di sebelah mana. Masnya ada di mana, ya?" Nabila bertanya sambil memegang gelas teh yang baru saja disajikan di hadapannya.

"Kamu ada di mananya?" Fadel justru bertanya balik.

"Saya lagi neduh di warung kopi, yang di depannya ada pangkalan ojek." Nabila menjelaskan keberadaannya. Awalnya ia ragu ketika lelaki itu mengirimkan lokasi tempat tinggalnya, karena Nabila tidak pandai membaca peta. Namun, setelah bertanya kepada supir bus dan beberapa penumpang bus yang ditemuinya, akhirnya Nabila mendapatkan informasi tambahan. Kendati demikian, ia masih belum mampu menemukan titik lokasi yang akurat.

"Ya udah, kamu di situ aja, saya yang akan samperin kamu. Tunggu di sana, ya!"

Nabila merasa lega karena lelaki pemilik koper itu mau menghampirinya. Itu artinya lelaki itu menghargai usahanya. Tentu saja usahanya harus dihargai. Ia sudah susah payah menghampiri lelaki bernama Fadel itu ke Probolinggo demi mendapatkan kembali kopernya. Namun, Nabila menyadari intonasi suara lelaki itu saat terakhir kali mereka bicara di telepon. Lelaki itu bersikap lebih sopan daripada sebelumnya. Lelaki itu juga jadi menggunakan panggilan saya dan kamu.

Nabila masih menunggu lelaki pemilik koper itu ketika tehnya sudah habis. Namun, Fadel masih juga belum datang ke tempatnya. Nabila bangkit dari duduknya untuk melihat keluar warung. Hujan masih setia menurunkan airnya bahkan makin deras. Pelan-pelan ia merentangkan tangannya mencoba merasakan air hujan yang jatuh membasahi kedua telapak tangannya. Saat itu juga ponselnya berdering dan membuat Nabila langsung menghentikan aktivitasnya.

"Kamu di mana?" Lelaki itu bertanya pada Nabila.

"Saya masih di warung kopi. Saya pakai atasan dan bawahan jins warna biru." Nabila mencoba menjelaskan penampilannya. Ia mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling warung.

Fadel yang sudah diberikan ciri-ciri Nabila langsung bisa menemukan sosok gadis itu. "Oh saya udah lihat kamu, nih. Saya ke situ, ya."

Fadel berjalan menghampiri Nabila yang sedang menunggunya di warung. Sejenak Fadel memperhatikan penampilan Nabila dari samping. Saat Fadel sedang memperhatikan gadis itu, Nabila juga berbelok menatap ke arahnya. Fadel tiba-tiba merasa iba pada gadis itu, mengingat hujan masih mengguyur tanah jawa sejak sore hari.

"Kamu cowok pemilik koper itu?" Nabila bertanya saat Fadel sudah berada di hadapannya. Nabila sempat mengingat kejadian di bandara tadi ketika Fadel memanggil teman perempuannya dengan tidak sabar. Ya, lelaki yang memakai kemeja hitam saat di bandara tadi. Lelaki yang rambutnya dikuncir dengan karet gelang itu.

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang