Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Part 3: Bromo dan Kamu

31.8K 2K 84
                                    

BUNYI alarm dari ponsel Nabila tak membuat tiga lelaki yang berada di ruangan tersebut bangun. Sementara itu, Ghea yang baru keluar dari kamar mandi mendesah panjang melihat betapa sulitnya membuat teman-temannya bangun.

"Del, bangun-bangun!" Ghea setengah berteriak di telinga Fadel sambil mengguncang-guncang tubuh lelaki itu.

"Jam berapa, sih, Ghe?" Fadel bergumam meskipun kedua matanya masih terpejam. Tangan kanannya justru menarik sarungnya ke atas agar tubuhnya kembali terselimuti.

"Jam dua. Ayo buruan, keburu matahari terbit!" Lelaki itu langsung mengerjapkan matanya sambil melihat Ghea yang sudah mulai bersiap-siap. Pun ia melihat Nabila yang sedang duduk di atas ranjang sudah dalam keadaan rapi.

Fadel melonjak dan berlari ke kamar mandi. Niat Fadel, Rico dan Arya memang mau begadang, tetapi justru ketiganya tidak bisa menahan kantuk karena kelelahan. Akhirnya mereka ketiduran di lantai kamar, sementara Nabila dan Ghea tidak bisa tidur sama sekali karena terganggu dengan dengkuran ketiganya.

Usai keluar dari kamar mandi, Fadel memutuskan kembali ke kamarnya untuk merapikan barang-barang yang akan dibawanya ke Puncak Bromo. Sementara itu, Nabila membuat teh hangat untuk bekal minumnya nanti. Namun, aktivitasnya teralihkan oleh keributan teman barunya.

"Ar, lo lama banget, sih, di dalem?!" keluh Rico sambil menggedor kamar mandi dengan tidak sabar. Keduanya masih berebut kamar mandi di kamar Ghea.

"Lagian kalian kenapa enggak ke kamar sendiri aja, sih? Malah pada berisik di sini?" Seakan baru tersadar dengan ucapan Ghea, Rico langsung lari menuju kamarnya menyusul Fadel. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat polah para sahabatnya.

"Lo udah kelar bikin tehnya, Bil?" tanya Ghea setelah duduk di sebelah gadis itu.

"Udah. Aku bikinin buat kamu juga. Aku masukin di tumbler yang ini, ya!"

Ghea meraih botol berbahan stainless yang Nabila sebutkan lalu memasukkan ke dalam ranselnya sendiri. "Thank you, Bil."

Setelah menyiapkan barang bawaannya, Fadel kembali ke kamar Ghea untuk memastikan kesiapan para gadis. Ia memperhatikan Nabila yang terlihat sedang mencabut charger dari ponselnya.

"Kamu yakin mau ikut?" Nabila menatap bingung ke arah lelaki itu.

"Iya, memangnya kenapa? Enggak boleh, ya?" Nabila berubah khawatir kalau saja ada hal teknis yang membuatnya tidak diizinkan ikut serta.

"Boleh, kok. Boleh banget, cuma takut kamu capek aja nantinya."

"Kalau capek, ya, tinggal istirahat." Gadis itu melempar senyum hingga membuat Fadel memberikan reaksi yang sama.

"Kalau gitu, jangan lupa bawa jaket!" Fadel mengingatkan pada akhirnya.

"Ini udah dipakai," sahut Nabila sambil menggerakkan bahunya berusaha menunjukkan kalau ia sudah memakainya.

Saat semuanya masih sibuk mengecek barang yang akan dibawa, ketukan pintu terdengar diiringi suara seseorang memanggil. Nabila melihat Ghea bergerak cepat menuju pintu kamar untuk membukanya.

"Permisi, Mbak. Supir jip sudah menunggu di depan. Kalau mbak dan masnya sudah siap, silakan ke depan," ujar si Penjaga Pondok.

"Iya, sebentar lagi kami ke depan, ya. Makasih infonya, Pak," Ghea menjawab ramah sambil melirik Arya yang baru keluar dari kamar mandi. "Yuk, guys!" lanjut Ghea kepada semua orang yang ada di ruangan tersebut.

Dari pondok tempatnya menginap masih butuh satu jam lebih untuk bisa sampai ke puncak Bromo. Maka dari itu, Fadel dan teman-temannya memilih menyewa jip dari pondok demi memudahkan perjalanan mereka.

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang