📍TUJUH BELAS📍

917 92 11
                                    

HAPPY READING📖

————

Bukannya gue marah tapi gue sedikit kecewa sama lo.

👑👑👑

Nia membuka pintu mobil Revan dan segera turun. Nia menatap rumahnya yang sepertinya tidak ada siapa-siapa. Entah kemana mereka semua malam-malam begini. Saat dia mau membuka pintu rumahnya, tiba-tiba Revan mencekal lengan Nia membuat Nia merasakan desiran aneh ditubuhnya. Nia mencoba menghilangkan desiran tersebut dan menolehkan kepalanya ke arah Revan yang sudah berdiri di belakangnya.

Revan tersenyum manis pada Nia membuat Nia mengalihkan tatapannya. Dia sungguh tidak kuat melihat mata Revan. Sangat indah.

"Kenapa?" Nia mencoba menatap mata Revan walaupun dia mati-matian menahan kegugupannya.

Sekali lagi Revan hanya tersenyum manis kearahnya.

Demi Tuhan! Revan telah membuat Nia dua kali lebih gugup. Tolonglah Nia saat ini.

Nia menundukan kepalanya. Dia tidak kuat lagi untuk melihat tatapan Revan yang mampu membuat siapa saja terpesona. Nia memainkan jari mungilnya untuk menghilangkan kegugupannya.

Revan memegang dagu Nia dan mengangkat kepala Nia sedangkan gadis itu menatap ke arah lain.

"Naikkan kepala lo. Nanti mahkota lo hilang. Seorang ratu tidak akan pernah menunduk."

Nia yang mendengar ucapan Revan mencoba menahan senyumannya. Revan benar-benar membuatnya gugup setengah mati.

"Gue cuma mau bilang, kalo lo mau tidur jangan lupa berdoa dan-" Revan menggantung ucapannya dan mendekatkan kepalanya ke telinga Nia. "Mimpiin gue juga."

Nia hanya bisa menganggukkan kepalanya karena dia saat ini benar-benar gugup. Revan terkekeh pelan melihat tingkah Nia yang menurutnya sangat lucu. Revan mengacak pelan rambut Nia dan kembali ke arah mobilnya. Tapi belum ada dua langkah, Revan berhenti sebentar dan menolehkan kepalanya ke belakang membuat Nia mengerutkan keningnya bingung.

Revan berjalan ke arah Nia membuat Nia semakin bingung.

"Ada yang ketinggalan." Revan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Nia menaikkan alisnya. Apanya yang ketinggalan? Tidak ada apa-apa di sekitarnya.

Revan mendekat ke arah Nia membuat Nia menelan ludahnya susah payah.

Revan mau ngapain?

Itulah yang dipikirannya saat ini.

Semakin dekat dan Nia langsung menundukan kepalanya, tidak berani menatap Revan.

Cup.

Cup.

Nia membulatkan matanya saat sebuah benda kenyal mendarat di pipi kanan dan kirinya. Revan yang melihat tingkah Nia langsung mengambil langkah seribu meninggalkan Nia yang saat ini masih mematung. Cowok itu masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumah Nia sebelum macan betina mengamuk.

Satu.

Dua.

Tiga.

"REVANO FEBRIANTO. TAI, BANGKE, BANGSAT. HUWAAA. REVAN AWAS LO BESOK. ASTAGA PIPI GUE YA TUHANNNN," teriak Nia kesal sambil menghentakkan kakinya ke dalam rumah. Dia benar-benar malu.

***

Ceklek.

Nia keluar dari kamar mandi dan duduk di atas kasurnya. Dia masih ingat jelas apa yang sudah Revan lakukan tadi.

REVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang