Tiga Puluh Sembilan

51 2 0
                                        

Dia ingin seperti Fatimah dan Ali, yang menaruh hati tanpa ada yang mengetahui.
Dia menyimpan perasaannya sendiri, dan hanya Tuhan yang mengerti.
Segala rasanya...
Segala kagumnya...
Dia simpan erat dalam diam.
Bahkan ketika rasa cemburu merasuk hati.
Dia hanya diam.
Meski hatinya ingin berteriak lantang mengatakan, "Mengertilah, aku sedang cemburu."
Tidak, ia tak ingin seperti itu.
Terkadang aku merasa kasihan.
Seringkali ku lihat tatapan sendu yang menghiasi matanya.
Ketika ia menatap sang pujaan sedang berdua dengan yang lain.
Tapi lagi-lagi, dia bisa apa?
Dia siapa?
Itulah yang sering hadir dalam benaknya.
Sungguh, dia cukup mahir sadar diri dalam ajang mengagumi seseorang.
Saat api cemburu mulai membakar hatinya.
Sebisa mungkin ia padamkan dengan banyak mengingat Tuhan.
Ya, mungkin Tuhanlah yang mengerti perasaanya.
Sebuah perasaan yang tak terbaca.   

QUOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang