"CHEERS!!"
Suara dentingan gelas yang beradu di atas meja itu terdengar pelan saat suara lain dari club tersebut bersatu. Beberapa orang yang tadi melakukan cheers itu kemudian meminum cairan yang mengandung alkohol tersebut. Suara tawa kemudian bersatu dengan suara teriakan dan juga lagu yang di putar DJ.
"Eh, Sa. Gimana NY?"
Pertanyaan dari salah satu temannya itu membuat Salsa Rein Hanna—yang tadi ditanyai—menoleh. Senyum kecut terbentuk di wajahnya. "Buruk."
Seruan mengejek terdengar, dan membuat Salsa terkekeh sumbang.
"Model mah beda!"
"Ciilah, keliatan banget gabisa move on sama yang di sana."
"Yang nggak keterima kuliah di sana, ngga usah sedih."
"Goblok!" kalimat terakhir dari sahabat Salsa, yaitu Diandra, membuat Salsa tertawa kencang. Tangan Salsa memukul lengan sahabatnya dengan kencang. "Omongan lo kedengeran kayak permintaan dirajam."
Semua yang ada di meja itu tertawa kencang. Dentuman musik dari DJ terdengar semakin kencang. Suara riuh di dance floor membuat Salsa mengernyitkan alis memandang tempat tersebut, lalu beralih ke tempat DJ berada. Salsa merasa penasaran. Tidak biasanya salah satu club elit di Bandung itu terdengar sangat ricuh. Dan hal itu karena DJ yang datang hari ini.
Melihat siapa yang ada di atas panggung khusus DJ membuat alis Salsa makin mengernyit dalam. Laki-laki yang bibir dan dadanya terus di serobot oleh perempuan-perempuan yang berkerubun di samping DJ itu, terlihat sangat tidak asing di matanya.
"Stop! Jangan liatin Aldrich-nya gue!"
Seruan itu membuat Salsa menoleh ke arah Diandra, lalu mengangkat sebelah alis. Diandra tertawa pelan melihat reaksi Salsa.
"Gue becanda, Sa," ucap Diandra sambil terkekeh pelan. "Aldrich milik semua wanita kok, lo tenang aja."
Salsa mendengus. "Murahan banget."
"Gitu-gitu juga, dia mantan terindah gue," kesal Diandra sambil berdecak sebal. "Dan dia, adalah KaTing lo di kampus. Lo harus hati-hati sama dia. Jangan natap dia kelamaan, atau lo bakal berakhir di apartemen dia."
"Tidur?"
"Cuma dikasih makan malam, trus diajak pacaran."
Mata Salsa melotot mendengarnya. "Serius? Cowok se-nggak suci dia?"
Diandra mendesis pelan. "Sembarangan lo! Dia masih perawan, kali!"
"Perjaka, geblek! Bukan perawan!" balas Salsa sambil terkekeh pelan. "Gue cuma aneh aja, sih. Gue ngerasa pernah liat dia."
"Dia anak Jakarta, betewe," Diandra berucap sambil mengambil botol vodka di atas meja dan mulai meneguknya dari botol langsung.
Mata Salsa mengerjap cepat, kaget dengan kenyataan tersebut. "Siapa namanya?"
"Aldrich," Diandra menatap ke arah DJ tersebut, lalu tersenyum kecil. "Aldrich Bagaskara. Mahasiswa paling—"
"APA?!" Diandra tak sempat menyelesaikan ucapannya saat Salsa malah berteriak dengan mata yang melotot kaget.
Aldrich Bagaskara.
Bagaimana bisa Salsa melupakan nama itu?
***
Bandung. Kota damai yang sejuk dan tidak terlalu panas dan penat seperti Jakarta. Salah satu kota yang sangat diminati untuk pelarian. Kota yang penduduknya ramah dan sangat mudah senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Possessive KaTing [BADASS #4]
No Ficción[BADASS Series] [Based on True Story] "APA?! Tunggu! Tunggu! Adegan ciuman? Maksudnya, lo beneran ciuman?" "Hm." "APA?!" "Aduuuhh, berisik deh ah. Nggak usah sok kaget gitu, deh. Adegan ciuman bukan apa-apa." Aldrich menatap tajam pada Salsa yang be...