Ruangan itu berantakan. Kacau. Sofa di rumah itu tersobek-sobek, sedangkan meja yang berada di samping sofa itu jatuh dengan ponsel yang tergeletak mengenaskan dalam bentuk hancur. Ruangan itu terlihat samar akibat beberapa kapuk yang berada di dalam sofa berterbangan keluar. Meja yang berada di tengah ruangan itu patah tak berbentuk.
Disana. Tepat di sana. Di hadapan Aldrich, perempuan yang amat sangat Aldrich cintai berada di bawah tubuh seorang pria berbadan besar yang menindihnya dengan kuat. Tangan pria itu berada di sekitaran leher perempuan yang berada di bawahnya. Menekan kuat, hingga guratan urat di tangan pria itu terlihat menonjol. Aldrich terpaku saat melihat darah tercecer di lantai sekitaran kepala Manda. Amanda Sheeva. Perempuan yang sudah lama menyukainya.
Mata Aldrich terbuka lebar. Ia berlari, menghampiri dua orang itu dengan kaki pendeknya. "STOP! BERHENTI!" teriaknya berang, mendorong badan pria itu dengan kuat hingga membuat keduanya tersungkur di lantai.
Aldrich yang tadinya berada di atas tubuh pria itu seketika di balik hingga membuat Aldrich berada di bawahnya. Pukulan yang tepat mengenai pelipis Aldrich dan disusul dengan cekikan di lehernya membuat Aldrich tidak dapat bernapas. Suara teriakan Manda yang memanggil nama Aldrich terdengar bergema dan samar. Mata Aldrich berkabut, namun masih tetap dapat melihat siluet seorang perempuan yang mengacungkan pisau dan menusukan pisau tersebut ke bahu pria di atas Aldrich. Cengkraman di leher Aldrich terlepas saat pria itu berteriak kesakitan sambil memegangi bahunya yang mengeluarkan darah.
Pria itu berdiri lalu berbalik dan menampar wajah Manda hingga Manda tersungkur di lantai. Aldrich mencoba bernapas normal walaupun terasa berat. Alrich bahkan dapat mendengar suara jantungnya sendiri yang menggema di telinganya. Saat penglihatan Aldrich sudah mulai jelas, ia dapat melihat jika pria itu mengambil alih pisau yang terjatuh di lantai.
Aldirich mencoba berdiri, bernapas dengan berat sambil menggelngkan kepalanya cepat saat pria itu menghampiri Manda. "Jangan ..., jangan ..." bisiknya tercekat.
Manda sudah mundur dan menggelengkan kepalanya sambil menangis saat pria paruh baya itu menghampirinya.
Aldrich segera berdiri, lalu menabrak punggung pria paruh baya itu sekuat tenaga, namun ternyata tenaga yang Aldrich punya hanya sedikit, dan membuatnya malah bergelayut di punggung pria itu.
"Aldrich!" seru Manda kencang.
Pria yang punggungnya ditempeli Aldrich bergerak cepat, membuat Aldrich terjatuh dengan posisi menyamping. Ia terbatuk saat pria itu menendang perut, ulu hatinya, lalu menginjak tulang rusuknya.
"Jangan!!" Manda kali ini memeluk pria itu dari belakang, menahan agar pria itu tidak melukai Aldrich lebih lanjut. "LARI ALDRICH! LARI!!"
Pria itu berontak, mencoba melepaskan lengan kecil yang memeluk erat tubuhnya. Aldrich mencoba berdiri, namun ia kembali tersungkur ke lantai sambil terbatuk.
"LARI!!" teriak Manda lebih kencang sebelum di susul oleh teriakan marah pria itu, hingga akhirnya tangan kecil Manda terlepas.
Mata Aldrich terbuka lebar saat pria itu berbalik dan dengan tenaga penuh menusukkan pisau itu ke perut Manda hingga mulut Manda terbuka lebar saat pisau itu menusuk perutnya dalam-dalam. Napas Aldrich tercekat tajam. Matanya terbuka lebar saat darah melemabkan pakaian Manda. Sesaat, waktu terasa berhenti dan hanya Aldrich yang bergerak di waktu itu. Suara jantung Aldrich bahkan terdengar menggema di telinganya sendiri. Jam, dengungan, semua bunyi yang menyesakkan memenuhi indera pendengarnya saat Manda perlahan terduduk di lantai sambil memegangi perut.
Dan saat mata Manda perlahan tertutup, Aldrich tidak dapat menahan teriakannya lagi. "MANDA!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Possessive KaTing [BADASS #4]
Não Ficção[BADASS Series] [Based on True Story] "APA?! Tunggu! Tunggu! Adegan ciuman? Maksudnya, lo beneran ciuman?" "Hm." "APA?!" "Aduuuhh, berisik deh ah. Nggak usah sok kaget gitu, deh. Adegan ciuman bukan apa-apa." Aldrich menatap tajam pada Salsa yang be...