1

8.2K 516 16
                                    

Jangan lupa apresiasinya ya.
Vomment please 😊
.
.
.

"Yoooo!! Tolongin aku dooong!!"

Siang ini, Rio tidak bisa seenaknya saja bersantai di ruang santai rumah keluarganya. Karena satu orang yang datang ke rumahnya di Minggu siang yang mendung ini.

"Yoooo!!! Kamu ngapain sih?? Turun kek!!"

Rio masih mengabaikan teriakan itu. Dia masih fokus dengan dunia game yang membuatnya kehilangan fokus antara nyata dan fantasi.

"Mario Yudha Faza! Berhenti main dulu lo! Buruan turun, kalo nggak gue bakar nih dapur rumah lo!" Ancamnya dengan berteriak lantang. Teriakan itu sukses mengusik Rio konsentrasi Rio.

Fine, Al. Fine.

Rio langsung membanting stik PS3-nya dengan kesal, begitu mengakhiri game yang dia mainkan sejak bangun tidur. Rio lalu menghampiri satu-satunya perempuan selain Ibu dan Kak Ria, yang berani mengusik hari istirahat istimewanya di kamar.

"Damn you, Alvia Juniarta Safitri. Sumpah, elo menganggu waktu Minggu gue yang indah ini, For God Sake!" Dumel Rio kesal. Namun dia tidak berani mengatakannya langsung di hadapan Alvia. Dia mengatakannya selagi memasang celana panjang, lalu membuka pintu kamarnya. 

Rio langsung menuruni tangga rumahnya dengan lincah. Perempuan itu, Alvia, tetangga merangkap teman sedari kecil, tengah sibuk di dapur rumahnya. Sejak pagi, perempuan itu sibuk mengacau di dapur rumah Rio. Katanya dapur rumahnya sedang diinvasi mamanya bersama kakak perempuannya yang belajar masak. 

That's why. Hari ini, Mario Yudha Faza harus rela mengizinkan Alvia Juniarta Safitri untuk mengacau di dapur rumahnya. Lagipula, ibunya sempat berpesan untuk membiarkan Alvia menggunakan dapur beserta isinya, jika perlu. Namun sepertinya, isi dapur rumahnya tidak banyak berubah karena Alvia membawa sebagian besar bahan-bahan baku untuk membuat makanan sebelum datang ke rumahnya.

"Cobain dong Yo! Please!"

Rio benar-benar kehilangan kata-kata melihat beragam kue yang tersaji di atas meja makannya. Satu loyang brownis panggang, kue putri salju yang masih di atas loyang, dua buah puding warna oranye dan cokelat serta saus vla yang sudah tersaji. Belum lagi, jus markisa yang Alvia bawa dari rumah. Ini merupakan kejadian langka yang terjadi di rumahnya. Hanya Alvia yang sanggup mengotori dapur dengan beragam kue setiap berakhir pekan di sini. Ibu saja tidak pernah bisa memasak begitu banyak kue di dapur. Alasannya? Sibuk dengan karirnya sebagai entrepreneur.

"Lo ngapain sih? Ini kenapa banyak banget Al?" Rio tidak habis pikir. Dengan tubuh semungil ini, Alvia sanggup memasak banyak sekali kue.

Kerasukan setan kue atau apa sih perempuan di hadapannya ini?

"Kamu nggak suka? Biasanya tanpa banyak tanya, kamu langsung comot makanan yang aku masak." Alvia langsung menggunakan aku-kamu setelah melihat Rio di area meja makan. Alvia lalu membereskan kue putri salju yang sudah dingin, menyelimuti permukaan kue dengan gula halus, lalu meletakkannya di dalam toples bersih. Setelah memindahkan kue putri salju, Alvia langsung sibuk memindahkan brownis yang masih berada dalam loyang. 

"Auch!" Alvia langsung mengaduh kesakitan, menyadari loyang brownis masih cukup panas untuk dia sentuh tanpa sarung tangan penahan panas. Rio dengan sigap menghampiri Alvia, yang masih berada di sekitar dapur.

"Please deh Al! Elo bisa nggak berhenti untuk nggak ceroboh?" Gerutu Rio begitu menyadari loyang brownis yang sebelumnya dipegang Alvia masih cukup panas untuk disentuh dengan tangan telanjang.

Setengah MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang