Setelah kepergian Dean beberapa menit yang lalu segera pula Tata memasuki rumah sederhana yang ia tinggali, gadis itu menarik tuas pintu dan memasuki rumah. "Dari mana aja jam segini baru pulang" seruan dari seorang wanita parubaya membuat Tata sedikit kaget. "Maaf ma" jawab gadis itu yang kemudian menundukkan kepalanya dengan rasa takut. Wanita yang ternyata mamanya itu melengos dan menghembuskan nafasnya kasar dengan menyilangkan kedua tangannya di atas dada.
"Emang anak tiri gak tau diuntung ya, udah Aku tolong juga. Mama papa kandungmu udah meninggal masih aja ngelawan" suara Mama tiri Tata meninggi dan berhasil membuat gadis itu menitikkan air mata.
"Kamu tadi pulang sama cowok kan? Pacar kamu ya?"
"Engga ma, dia cuman temen Tata" sela Tata cepat.
"Udah ga usah ngeles. Kalo cari cowok jangan yang miskin kayak kita, ga ada untungnya" ucapan Mama Tata membuatnya membulatkan mata, bagaimana mungkin orang tua satu-satunya itu berpikiran picik tentang seseorang yang nantinya akan menjadi kekasih Tata.
"Pacarin Daniel aja sana, lumayan dia kan tajir. Kamu minta apa aja nanti pasti diturutin" ucapan mama tiri Tata semakin menjadi, hingga kini wanita parubaya itu sudah berani membawa-bawa nama Daniel. "Astaga ma, Aku gak separah itu. Pacarin Daniel karena cuman hartanya doang. Lagian juga Aku sama Daniel udah sahabatan dari lama ga mungkin kalo Aku bakal pacaran sama dia" Tata yang sedari tadi hanya bisa membatin kini mulai memberanikan dirinya untuk menjawab perkataan mama tirinya itu.
"Dasar ya, udah dibilangin juga ga mau nurut. Emang Kamu ga bosen hidup susah terus"
"Cukup ma" sela Tata dengan nada tigginya. gadis itu sudah tak tahan lagi mendengar ucapan mamanya yang semakin lama membuatnya ingin berteriak menyangkal. Dengan tiba-tiba tanpa permisi gadis itu meninggalkan mama tirinya yang masih berdiri tak jauh dari jaraknya.
Dengan langkah gusar dan perasaan yang masih kesal Tata memasuki kamarmya kemudian membanting tubuhnya ke ranjang minimalisnya. Ia pejamkan matanya dan menangis dalam diam. Suasana sangat sunyi hanya dentingan jam yang berdetak. Gadis itu lagi-lagi hanya bisa meluapkan emosinya dengan menumpahkan air mata yang telah menumpuk dipelupuk matanya.
"Pa, ma Aku kangen kalian"
---
Dean bersiul pelan saat memasuki rumah kakekknya dengan wajah yang berseri-seri bahagia. Senyuman yang terpatri dibibirnya tak henti-hentinya ia tunjukkan. Seakan-akan cowok itu ingin menunjukkan pada dunia bahwa hatinya sedang berbunga-bunga"
"Ngapain lo senyum-senyum sendiri" Dean menolehkan kepalanya kesumber suara yang baru saja ia dengar. Cowok itu mengernyit dan mendekati seseorang yang sudah lama tak ia jumpai. "Woi Kinsya, ngapain lo disini" jawab Dean lalu memeluk seorang perempuan yang ada dihadapannya itu.
"Gue diusir sama bokap" Dean membulatkan matanya tak percaya.
"Om Bagas ngusir lo, Impossible deh sist"
"Apaan sih lo bang, panggil gue sist segala, geli tau. Kayak mbak-mbak olshop aja" Dean tersenyum simpul lalu menekuk kedua tangannya di atas dada.
"Lo kabur kan?" Tebak Dean asal. Kinsya mengangguk pelan mengiyakan tebakan dari sepupunya itu, padalnya Kinsya tak mungkin datang jauh-jauh dari Surabaya ke Jakarta tanpa papa ataupun mamanya. Cewek itu tak akan pernah diijinkan pergi ke Jakarta sendiri tanpa sebuah alasan yang jelas. "Lah lo sendiri ngapain disini" tanya Kinsya kemudian.
"Gue juga kabur sih, tapi ya kalo gue kan jelas karena orang tua. Lah lo?? Ngapain kabur. Hidup udah enak keluarga lo ayem tentrem. Pasti loh kabur karena alesan sepele" Tebak Dean lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean (The Struggle Bad Boy)
Novela JuvenilWhen the bad boy meets the fangirl. Dean Yanuar Diharja, Cowok tampan itu masih kekeh dengan pendiriannya. Ia masih berdiri memelas cinta pada seorang gadis bernama Renata atau yang kerap dipanggil Tata. "Apa gue harus bilang Saranghae sambil nyan...