Lima

384 55 15
                                    

Tok ... tok ...

"Suho, kamu sekolah nggak?" Pintu kamar Suho dikunci, membuat Sooyoung hanya bisa bertanya di depan kamarnya.

"Sekolah dong, Ma," jawab Suho sembari membuka pintu dengan tiba-tiba, disertai gaya memasang dasi sekolahnya.

Spontan membuat Sooyoung terkejut, ia memegangi dadanya. "Eh, kamu ngagetin Eomma! Udah bangun ternyata." Ia berkacak pinggang, mengusak rambut Suho yang sedikit basah.

"Iya, dong! Udah mandi juga lagi. Tinggal berangkat aja."

"Tumben semangat bener, hmm," selidik Sooyoung.

Suho tersenyum malu-malu. "Itu, Ma. Kemarin dapat ucapan dari Irene. Jadi semangat, deh!"

"Irene itu anak yang baik, yah. Cantik lagi, Eomma suka bangeeet," puji Sooyoung. "Kamu nggak salah pilih, Ho. Yaudah, nanti turun buat sarapan, ya."

"Siap, Ma!"

Suho kembali memasuki kamarnya, berkaca sebentar sebelum kemudian menggendong tasnya, beranjak turun, duduk dan memakan roti panggang buatan Sooyoung.

Ia mulai menegak susunya hingga habis, memandang kedua orang tuanya sedikit memelas. "Hari ini Suho nggak disuruh jalan lagi, 'kan?"

Sooyoung tersenyum tipis. Ah, anakku ini. "Nggak kok, Ho. Nanti kamu sakit lagi, Eomma nggak mau! Nih, card kamu Eomma kembaliin." Ia menyerahkan kartu kredit milik Suho. Tanpa ragu, Suho segera mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.

"Ayo deh, Appa yang anterin. Lumayan 'kan ma—"

"Lumayan apa, Appa?!" sela Sooyoung disertai nada menyelidik.

Siwon bergidik ngeri. "Nggak, nggak ada apa-apa kok, Hon." Ia tersenyum kikuk. Padahal ya memang tidak ada apa-apa. Mendalami. Biasa, aktor.

"Yang semalam putusin aja ya, Pa. Suho nggak mau Eomma baru semacam itu, cari yang—"

"SUHO! SIWONNIE!!"

"Kabur, Ho. Kabur!!" Suho dan Siwon tergopoh-gopoh berlari menjauh sebelum Sooyoung benar-benar mengamuk.

Ayah dan anak ini segera memasuki mobil, meninggalkan rumah mewah mereka dan mulai melaju ke arah sekolah Suho.

"Dah, Appa! Nanti di rumah hati-hati, ya. Hehehe ...." Suho menyengir melihat ekspresi gelisah sang ayah. Setelahnya, Suho berjalan santai menuju ruang kelas.

"Weh, si dramatis dateng," sapa Kris sembari menepuk bahu sahabatnya ini.

Suho mencibir. "Plis, ini bawaan lahir." Ia menjitak kepala Kris sedikit keras, dan berhasil membuat sang empu meringis.

Tidak berselang lama, bel pertanda masuk kelas berbunyi dengan nyaringnya, membuat seluruh siswa yang awalnya lalu lalang di koridor juga lapangan dengan sigap berlari menuju ruang kelas masing-masing.

Di kelas Suho dan Kris, jam pelajaran pertama adalah,

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi, Ssaem."

Sejarah.

"Cepet banget masuknya," bisik Suho pada Kris, yang dibisikkan mendelikkan bahunya.

Gadisku | SuLay (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang