2

226 16 1
                                    


"dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang. Haruskah kita kerumah sakit? Sepertinya lukamu cukup parah"-ucap pria itu

"tidak perlu. Tinggalkan saja aku disini. Aku ingin mati"

"apapun alasannya,aku tetap tidak akan membiarkanmu mati. Kau masih muda, kenapa ingin mengakhiri hidup? Banyak orang yang menginginkan hidup lama, tapi kau malah ingin menyia-nyiakannya".

"aku tidak membutuhkan pidatomu,Ajeossi"

"apa katamu? Ajeossi? Aish,aku belum setua itu!!"-kesal pria itu

Tubuh jungkook dibawa naik keatas punggung pria itu. Kedua lengannya yang sudah tidak bertenaga hanya terkulai lemas kedepan dan matanya kembali terpejam. Kegelapan itu kembali datang.  Jungkook pasrah saja karena ia benar-benar tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan. Kepalanya bersandar lemas dipundak kanan pria itu dan, entah tak tau knapa, jungkook merasa begitu nyaman disana.

Pundak pria itu seperti sesuatu yang ia rindukan selama ini. Seolah akhirnya jungkook kembali kerumah. Tapi, bagaimana bisa? Dia yakin ini adalah pertemuan pertama mereka dan dapat dipastikan bahwa keduanya tidak saling kenal. Namun, jungkook tidak berbohong ketika mengatakan bahwa pundak orang itu benar-benar nyaman untuknya. Sangat nyaman, hingga dirinya rela jika harus bertumpu pada pundak itu lebih lama lagi.

"Siapa namamu?"lelaki itu kembali bertanya di perjalanan mereka
"untuk apa kau menanyakannya?" jungkook masih berusaha berbicara walaupun nafasnya masih tersenggal akibat paru-parunya yang tidak bisa bekerja normal.

"sudah lemas begini masih aja membuat orang kesal. Apa aku harus memukulmu juga agar kau menurut?"- ucap pria itu kesal.
"Jeon jungkook" jungkook menjawab dengan cara membisik ditelinga pria itu.
"itu namaku. Jeon jungkook. Setidaknya, kau harus tau sebelum aku mati nanti."-lanjut jungkook

"jangan berbicara omong kosong seperti itu! Aku sudah bilang kau tidak akan mati malam ini. Aku tidak akan membiarkannya."

Jungkook tersenyum miris dan memilih untuk tidak menanggapi lagi,dia benar-benar lelah. Sungguh

##############

Rasa nyeri itu semakin terasa ketika jungkook merasakan ada sesuatu yang mengalir bersamaan dengan aliran darahnya. Rasanya lebih menyakitkan daripada sebelumnya, tapi dia tidak bereaksi. Seluruh tubuhnya seolah lumpuh dan dia tidak bisa melihat apapun. Apa dia buta? Kalau benar, dia lebih memilih agar nyawanya diambil saat ini juga. Dalam keadaan normal saja dirinya sudah diabaikan, apalagi dalam keadaan cacat. Jungkook yakin dirinya akan benar-benar dibuang nantinya.

Mulai terdengar suara-suara yang entah berasal dari mana. Kegelapan masih menyelimuti walau tidak benar-benar membawanya. Jungkook tidak tahu dimana dirinya berada saat ini, tapi salah satu suara itu terdengar familiar ditelinganya. Dia sempat mendengar suara itu beberapa saat lalu. Ya, suara pria itu tadi.

"apa dia baik-baik saja, samcheon?"

"apa dia terlibat perkelahian dengan banyak orang?"

"aku tidak tau kejadiannya karena dia sudah seperti ini sejak aku menemukannya disudut jalan yang sempit."

"lukanya cukup serius. Bisa jadi dia mengalami luka dalam karena banyaknya memar ditubuhnya dan aku tidak bisa memastikan lebih jauh karena kita harus memeriksa organ dalamnya dirumah sakit."

"jadi,apa kita harus kerumah sakit sekarang?"

"tunggu dia sadar. Aku sudah memberikan suntikan dan luka-lukanya juga sudah dibersihkan. Kalau besok dia sadar,akan lebih baik kalau kau membawanya kerumah sakit. Aku akan memeriksa lebih lanjut."

"baiklah, trimakasih, samcheon. Maaf merepotkanmu malam-malam begini. Mari, aku antar sampai depan."

Setelah itu kembali tenang dan sunyi. Jungkook mulai merasakan nyeri di dalam tubuhnya perlahan berkurang. Matanya masih terpejam,tubuhnya masih lemas walaupun tidak selemas tadi.

Di malam hari....

Taehyung masih setia menunggu disamping tempat tidur, dimana seorang anak laki-laki yang dia perkirakan baru berusia tujuh belas tahun itu masih terbaring tak sadarkan diri. Dia merasa iba, karena pada usia yang masih tergolong sangat muda, anak bernama Jeon jungkook itu lebih memilih mengakhiri hidupnya,bahkan dengan cara yang menyakitkan.

Taehyung tidak habis fikir, knapa jungkook rela membiarkan wajah imutnya itu babak belur.

"apa yang terjadi padamu,jungkooksii ?"-pertanyaan itu keluar dari mulut taehyung seolah sosok yang berbaring itu bisa mendengar suaranya.

Taehyung lalu merapikan selimut yang menutupi sebagian tubuh jungkook, lalu ia mengamati wajah jungkook, ia amati wajah jungkook dari atas sampai bawah

"mengapa kau membiarkan wajah cantik ini ikut babak belur?"
- ucap taehyung sambil mengelus-elus pipi jungkook

Taehyung pov

'Wajahnya mengingatkanku padanya,tetapi dia sudah meninggalkanku untuk namja lain. Sepertinya aku mulai tertarik pada jungkook,aku harus mempertahankannya.'

Taehyung pov end

Taehyung mulai merapikan poni yang menutupi mata jungkook. Ia terus-menerus menatap wajah jungkook yang menurutnya sangat manis dan imut. Dan....

Cup

Satu kecupan mendarat di bibir manis jungkook, dan untungnya jungkook masih terlelap.

Taehyung sudah tak tahan  melihat bibir jungkook yang tebal seperti chery dan berwarna merah muda. Setelah mengecup bibir jungkook, taehyung kembali mengelus puncak kepala jungkook dan mencium puncak kepala jungkook agak lama. Setelah itu ia beralih ketelinga jungkook dan membisikan

"aku akan selalu berada disampingmu jungkook,aku ingin selalu menjagamu,sepertinya hatiku memilihmu,dan maaf kalau aku mengambil first kiss mu."-bisik taehyung ditelinga jungkook yang masih terlelap.

Taehyung pov

'aku harus menyembunyikan perasaanku ini terlebih dahulu. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku seperti ditakdirkan untuk menjagamu jungkook, aku yakin'

The Love That Unites Us {vkook} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang