3

206 15 1
                                    

Jungkook tersadar dan langsung merasakan kepalanya berputar. Dia merasa tersesat, tidak tahu dimana dirinya berada saat ini. Langit-langit dan isi ruangan itu terlihat asing baginya. Sudah pasti ini bukan kamarnya

Dan akhirnya jungkook mengingat kejadian terakhir kali sebelum dia kehilangan kesadaran. Dia bertemu dengan seseorang, tapi dimana orang itu? Masih pusing untuk berfikir. Jungkook mencoba menggerakkan badannya yang sangat mati rasa.

Jungkook melakukan gerakan berulang untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku serta jari-jari tangan dan kakinya.

Setelah merasa cukup kuat, dengan langkah yang gontai dan terpincang-pincang, jungkook turun dari tempat tidur dan mengambil ransel hitamnya.

Dia bukannya tidak sadar dengan penampilannya saat ini yang berantakan, bahkan mengerikan, tapi keluar dari rumah asing ini lebih penting sekarang. Dia tidak ingin dimanfaatkan oleh orang jahat karena kondisinya yang sedang lemah begini.

Sekarang jungkook berada Diruang tamu yang sepi dan berdesain klasik. Ini membuat jungkook yakin bahwa dirinya memang berada dirumah lelaki yang semalam menyelamatkannya.

Jungkook melangkah dengan hati-hati, dan berharap pemilik rumah sedang tidak ada dirumah sehingga ia bisa pergi dengan bebas. Ia hampir mencapai pintu keluar, tetapi tiba-tiba ada suara yang terdengar familiar ditelinganya itu, langkah itu otomatis berhenti dan jungkook mematung ditempat

"kau mau pergi kemana dengan keadaan seperti itu?"
"bukan urusanmu"-jawab jungkook tanpa membalikkan tubuhnya
"tentu itu menjadi urusanku karena saat ini kau ada dirumahku."
"aku akan keluar."

"dompetmu ada padaku"

Secepat yang ia bisa, jungkook berbalik untuk menatap orang yang sudah berani mengambil dompet miliknya tanpa izin itu. Jungkook melihat lelaki itu tersenyum menang sambil mengacungkan dompet kulit berwarna coklat miliknya.

"jadi, selain mencampuri urusan orang, kau juga berbakat menjadi seorang pencuri?"-ucap jungkook remeh

"tadinya ini hanya untuk jaminan kalau tiba-tiba kau berniat pergi, dan ketakutanku terbukti,kan?"

"kembalikan!"

"tapi, ada satu hal yang masih membuatku bingung. Uang di dalam dompetmu tidak Main-main jumlahnya dan itu menunjukan bahwa kau bukan berasal dari keluarga yang kekurangan."

Jungkook tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan lelaki itu. Memang apa masalahnya kalau dia bukan berasal dari keluarga miskin?

"knapa kau bisa berakhir mengenaskan disudut jalan dengan luka diseluruh tubuhmu? Dan, knapa kau ingin mati kalau kau memiliki keluarga yang kaya raya?"

"mempunyai banyak uang bukan berarti kau akan bahagia selamanya"

"memang tidak, tapi bukankah itu yang paling penting? Banyak orang yang mungkin ingin berada diposisimu."

"itu uang ayahku,bukan uangku."

"itu sama saja. Dan juga, aku menemukan surat teguran terakhir dari pihak sekolah untuk orangtuamu. Apa kau termasuk anak-anak yang mengalami bullying disekolah? Atau malah kau yang membuat onar?"

"knapa kau cerewet dan begitu berminat dengan urusan orang lain?"

"Jawab pertanyaanku! Aku yang bertanya lebih dulu padamu"

"kembalikan saja dompetku agar kita bisa mengakhiri ini semua dengan cepat."

"anak ini benar-benar! Aku tidak akan mengembalikan dompetmu kalau begitu!"

Kedua mata jungkook membulat sempurna ketika lelaki itu memasukkan dompet miliknya ke saku jaket yang dia kenakan. Astaga, mimpi apa dirinya berhadapan dengan orang menyebalkan seperti lelaki ini?

"knapa kau sangat merepotkan? Aku bahkan tak tahu namamu."-ucap jungkook sambil menatap kesal lelaki yang berdiri santai dengan tampang tanpa dosa itu.

"namaku taehyung, Kim taehyung. Dan kau seharusnya lebih sopan sedikit. Aku lebih tua dua tahun darimu."

"baiklah, aku menyerah. Ajeossi, tolong kembalikan dompetku."

"YAK!! Sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu!! Kau mau mati, ya?"

"jadi, kau mau membunuhku karena memanggilmu dengan sebutan Ajeossi? Silahkan saja. Aku akan dengan senang hati menyerahkan nyawaku"

"arrggghh, kepalaku bisa pecah kalau terus meladeni sikapmu yang menyebalkan ini."-taehyung mengacak rambutnya dengan satu tangan. "kembali ke kamarmu!! Kau masih belum sembuh. Aku tidak mau kau mati tiba-tiba ditengah jalan karena memaksa pergi dari sini."

"aku tidak mau."-Jungkook membuang muka, malas menatap lelaki menyebalkan itu.

"pintunya terkunci dan aku yakin kau belum punya tenaga untuk menghancurkannya"

"Sial" jungkook mengumpat kesal karena selalu dikalahkan tanpa memberi perlawanan. "apa maumu sebenarnya?"

"Apa Ucapanku tadi kurang jelas? Aku ingin kau kembali ke kamarmu dan istirahat disana"

"itu bukan kamarku!"

"anggap saja sekarang begitu"

Jungkook memejamkan kedua matanya sambil menggeleng pelan untuk menghilangkan rasa pusing yang kembali menyerang. Ini tidak akan berhasil. Dia tidak akan bisa pergi dari tempat ini jika terus-terusan berdebat.

"aku tidak berniat jahat padamu. Tentu kau boleh pergi kalau keadaanmu memang sudah lebih baik. Kembali ke kamar dan istirahatlah. Aku akan membuatkan sarapan"-ucap taehyung lembut dan hal itu sukses membuat jungkook mendongak.

Dia sedikit tersentuh dengan sikap perhatian yang taehyung tunjukkan. Selama ini, tidak pernah ada yang memperhatikan jungkook. Dia bahkan tidak tahu bagaimana rasanya diperhatikan dan disayangi. Selama tujuh belas tahun kehidupannya, baginya kedua kata itu tidak pernah ada. Dan, kejadian kemarin adalah puncaknya, dimana jungkook merasa benar-benar tidak dianggap, juga tidak lagi dibutuhkan.

"jangan berfikir terlalu lama!! Kau masih harus istirahat karena tulang-tulang ditubuhmu banyak yang retak"

Tanpa jungkook sadari, taehyung sudah merangkul pundaknya untuk menggiring jungkook untuk kembali ke kamar. Yang lebih aneh adalah,jungkook tidak lagi mengelak atau menghindar. Dia merasa aman dan nyaman didekat taehyung. Sama seperti yang dirasakan semalam, ketika kepalanya bersandar di pundak lelaki bernama Kim taehyung yang menyebalkan itu.

The Love That Unites Us {vkook} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang