Aku membuka lembar demi lembar buku tebal ditanganku, namun pikiranku sama sekali tidak fokus pada buku yang ada dihadapanku. Untuk kesekian kalinya aku menghembuskan nafas yang terasa semakin berat seolah aku sedang memikul sebuah beban yang sangat berat di pundakku. Ya Tuhan, kenapa harus dia ? Ya, aku merindukannya.
Ingatanku kembali melayang pada kejadian 8 tahun yang lalu, saat pertama aku bertemu dengannya.
Flashback On
"Hei, mau ku bantu ?" Seru seorang lelaki yang kini berjalan di sisi sebelah kananku. Aku sama sekali tak dapat melihat siapa dia karena tumpukan buku-buku yang aku bawa.
"Tidak perlu, terima kasih." Jawabku singkat sambil terus berjalan ke arah perpustakaan.
Namun sepertinya jawaban dariku hanya sebuah angin lalu baginya, dengan cekatan dia mengambil alih sebagian tumpukan buku-buku yang ada di tanganku. "Sudah ku bilang, kamu itu perlu bantuan ! Jangan sok seolah-olah tidak membutuhkan bantuan begitu, memangnya teman sekelasmu tidak ada yang membantu ya ?"
Aku menatapnya garang, "Kamu siapa sih ?" tanyaku.
"Hah, kamu nggak kenal aku ?" Dia malah balik bertanya. Cih, percaya diri sekali dia ! Memangnya dia siapa ? Artis ? Anak presiden ? cibirku dalam hati.
"Nggak." Jawabku cuek. Aku mulai malas menanggapinya.
"Serius ??" Dia langsung menoleh ke arahku dan tampak terkejut mendengar jawabanku.
"Iya ! Emangnya kamu siapa ?"
"Aku ..." belum selesai dia melanjutkan kalimatnya, suara Bu Desi menginterupsi kami yang baru saja menginjakan kaki ke dalam perpustakaan.
"Naura, untung sekali Ibu bertemu kamu disini, Ibu mau menawarkan kamu untuk mengikuti lomba menulis Karya Tulis Ilmiah yang akan diadakan satu bulan lagi."
"Karya Tulis Ilmiah ? Tapi bu, apa saya bisa ? Saya tidak yakin." Aku menaruh buku-buku yang ku bawa tadi diatas meja.
"Ibu yakin kamu pasti bisa ! Nanti biar ibu yang mendaftarkan kamu. "
"Baiklah kalau begitu." Aku menjawab sembarang. Seketika itu pula aku sadar bahwa lelaki yang tadi membantuku sudah tak ada di perpustakaan. Aku bahkan tak tahu siapa namanya.
Suara deringan ponsel menyadarkanku dari ingatan masa lalu yang terus menghantuiku. Ingatan ini seperti kaset rusak yang terus berputar menemani hari-hariku. Kadang aku merasa lelah dan ingin mengakhiri semuanya, namun lagi-lagi logikaku kalah dengan hatiku yang selalu berkata TIDAK untuk melupakannya. Aku melihat layar ponselku, sebuah panggilan dari Adit, sahabatku.
"Halo ?"
"Kau sedang dimana ? Sudah hampir 10 menit aku menunggumu di loby apartemenmu." Serunya membuatku tersadar kalau aku mempunyai janji dengannya sore ini.
Aku menepuk jidatku, salah satu kebiasaanku kalu lupa sesuatu, "Ah ya, baiklah aku akan segera turun. Bisa kau tunggu 5 menit lagi ? Hehe."
"Ya ya ya, selalu begini ! Aku akan menunggumu, cepatlah !" Dia lalu mematikan teleponnya. Aku segera bangkit dan bersiap-siap.
Tak perlu waktu lama, aku sudah berdiri di depan Adit dengan cengiran khasku, "Maaf.."
"Baiklah, tak perlu minta maaf. Mungkin kalau sejak dulu kata maafmu bisa aku ubah menjadi uang, mungkin aku sudah jadi orang terkaya di Indonesia." Ucapnya sarkastik sambil berjalan menuju mobilnya.
"Kau sungguh berlebihan !" Aku memukul lengannya sedikit keras.
"Kau menyebalkan !" Sahutnya sebelum duduk di balik kemudi mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Akhirnya ,,,
RomanceMungkinkah aku dan kamu akan bersama kembali ? Mungkinkah mimpi-mimpi kita dulu akan jadi nyata ? Mungkinkah janji-janjimu dulu akan kau tepati ? Mungkinkah kau orang yang digariskan Tuhan untuk menjadi takdirku ? Ini tentang aku dan kamu, Tentang...