- Part 4 -

138 6 2
                                    

Adit POV

Aku baru saja selesai makan malam dengan Daniel sambil membicarakan soal rencana pembukaan restaurant baru kami yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Yah, mencoba hal baru tak masalah bukan ? Aku berharap mencari peruntungan baru dari restaurant ini.

Seperti malam-malam biasanya, aku selalu menyempatkan diri datang ke apartemen Naura untuk memastikan kalau malam ini dia baik-baik saja. Oke, katakanlah aku berlebihan. Naura memang sudah besar, dia sudah dewasa dan menjadi wanita yang cantik dan sangat mandiri. Tapi apa aku salah kalau aku ingin menjaganya semaksimal mungkin ? Aku tak mau kejadian dua tahun lalu terulang kembali.

Aku berjalan menyusuri koridor apartemen sambil bersiul ringan. Sesampainya didepan pintu apartemen Naura, aku langsung memencet bell. Ini sudah berulang kali aku memencet bell apartemennya bahkan aku sudah berdiri hampir 15 menit menunggu pintu ini terbuka. Aku mencoba menelpon Naura berkali-kali, bahkan aku mengirimya pesan secara berturut-turut. Kenapa dia tidak menjawabnya ? Ada apa ini ?  Aku sungguh benar-benar khawatir padanya.

Aku sama sekali tak tahu dia ada di mana. Setelah menunggu hampir satu jam di depan pintu apartemen Naura, akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya ke tempat-tempat yang sering dia kunjungi. Tapi mana mungkin malam-malam Naura keluar ? Dia ‘kan alergi angin malam. Aku melajukan mobilku, berusaha mencari gadisku dari satu tempat ke tempat lainnya, namun hasilnya tetap sama, NIHIL.

Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Tuhan, dimana Nauraku, gadisku ? Dimanapun keberadaannya, aku mohon jaga dan lindungi dia, Tuhan. Aku terus melafalkan kalimat itu dalam hatiku, seolah hanya dengan kalimat itu bisa membuat hatiku sedikit tenang.

Hari sudah menjelang pagi, semalaman aku mencari Naura tapi tak menemukannya. Aku memutuskan untuk kembali ke apartemennya, mungkin saja pagi ini dia sudah kembali. Aku mencoba menghubunginya entah untuk yang keberapa kalinya, masih tak ada jawaban apapun darinya. Aku lelah, tubuhku terasa remuk karena semalaman aku sama sekali tak tidur.

Tepat saat aku sampai di depan pintu apartemen Naura, pintu itu terbuka dan memperlihatkan Naura dengan setelan kerjanya. Dia tampak kacau, wajahnya tampak sayu, ada lingkaran hitam disekitar matanya yang terlihat sembab. Apa yang terjadi ? Begitu melihatnya, saat itu juga tubuhku refleks memeluknya erat.

“Ya Tuhan Naura, kau kemana saja ? Aku mengkhawatirkanmu.”

“Adit, Adit, hei, aku baik-baik saja. Kau lihat kan ?” Dia berusaha melepaskan pelukanku perlahan.

“Tapi kau kemana saja ? Semalaman aku sampai kelimpungan mencarimu, aku coba menghubungimu tapi sama sekali tak ada jawaban darimu.”

“Aku tak kemana-mana, Adit. Kalau begitu aku minta maaf kerena sudah membuatmu khawatir. Semalam aku hanya sedang ingin sendiri.”

“Kenapa ? Ada masalah ?” Aku menangkup kedua pipinya meminta penjelasan.

Dia tampak menghembuskan nafasnya berat lalu duduk di sofa, aku mengikutinya dan duduk disampingnya, “Aku baik-baik saja, Adit. Aku hanya perlu waktu untuk menenangkan diri. Kemarin Kalva kesini, dia menjelaskan semuanya. Dia bilang masih mencintaiku, tapi aku belum bisa percaya padanya. Lalu akhirnya dia memutuskan untuk pergi.” Jelasnya tanpa menghadapku.

“Hah, akhirnya dia sadar juga ! Baguslah kalau dia mau pergi, setidaknya dia tidak akan menyakitimu lagi. Kau sudah mengambil keputusan yang tepat, Naura.”

“Ya, ku harap juga begitu. Semoga ini keputusan yang tepat.” Dia menatapku lalu tersenyum tipis.

“Kau tahu, semalaman aku mencarimu kemana-mana. Aku sangat khawatir padamu. Dan sebagai gantinya, hari ini kau tak perlu berangkat ke kantor, kau tampak kacau. Temani aku disini, aku lelah sekali, aku ingin tidur.” Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa panjangnya dan memejamkan mata.

Dan Akhirnya ,,,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang