Waktu Yang Singkat

169 13 3
                                    

Ke esokan harinya aku dan teman-teman sekelas Rani pergi untuk menjenguknya di RS Cilacap, setelah pulang sekolah. Sesampainya di sana, kami bergantian jenguk Rani yang tengah terbaring lemas tak sadarkan diri.

Dengan selang oksigen terpasang di hidungnya, dan selang-selang infus yang terpasang di pergelangan tangannya. Selfi menangis melihat kondisi Rani saat itu, dia menatap ku dan berkata "kasihan Rani," sembari pipinya yang basah karena air mata.

Aku tak kuasa melihatnya, lantas aku memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan itu dan berpamitan kepada mamahnya Rani dan Selfi. Hari itu begitu kacau bagiku, rasa sedih yang mendesak hatiku membuat mataku tak kuasa meneteskan air mata. Tak lama setelah aku berpamitan, selfi dan kawan-kawan nya pun berpamitan karena waktu yang sudah cukup sore.

Sesampainya selfi di rumah, dia menelfon ku. Dia berkata sambil menangis tersedu padaku, "panks, Rani begitu sayang padamu. Baginya kamu cinta pertama Rani, dia begitu bahagia bisa dekat dan jatuh cinta padamu. Rani titip permintaan maaf nya pada mu,katanya "Maaf telah menyembunyikan kekawatiran ini kepadamu,selama ini. Dia tahu kalau kamu itu sangat peduli dan kawatir padanya, jadi Rani sengaja untuk tidak menceritakan padamu, karena dia tidak ingin kami begitu kawatir padanya." Maaf kan rani yah panks," kata selfi yang tak berhenti nya dia menangis.

Aku pun hanya terdiam mendengarkan nya, karena aku tak kuasa menahan rasa sedih ini. Telfon pun berakhir, semalaman aku hanya melamun memikirkan Rani. Hingga keesokan harinya, aku memutuskan untuk sedikit menenangkan pikiranku dan pergi ke Jogja bersama teman-teman ku. Dua hari aku berada di jogja dengan Handphone yang sengaja ku matikan, keesokan harinya aku pulang ke rumah.

Aku terpaku lemas ketika membuka SMS dari Selfi,kabar yang tidak ku inginkan datang. Rani telah pergi menghadap TUHAN, di hari aku berangkat ke Jogja. Aku pun lantas mencoba hubungi selfi, yang memang selama handphone ku mati dia terus menghubungiku.
"Sel,kamu lagi engga becandakan?" Tanyaku sambil menangis.
"Panks,kamu kemana saja? Kamu Goblok yah jadi cowo" maki selfi padaku.

Aku mencoba menyela omongannya, namun gagal dia terus memaki dan memaki dengan kata-kata kasarnya padaku. Aku sadar dan aku menerimanya, memang itu pantas ku terima.

"Kamu tahu? Rani kondisinya sedang kritis,kenapa palah kami pergi dan handphone mu kau matikan? Sampai saat hembus terakhir nya saja kamu tidak berada di sana, hingga jasatnya di kubur kamu pun tak di sana. Kamu goblok ,mana yang katanya sayang? Bulshit. Sayang mu kamu pendam tanpa pernah kamu ungkapkan ke Rani, kamu tahu? Rani tuh sangat berharap kamu membalas Cintanya, dia berharap kamu mengungkapkan perasaan mu yang sejujurnya padanya, nyesel aku tuh selama ini bantu kamu dekat dengan Rani, menjadi tempat curahan mu. Tapi kamu cuman COWO Banci goblok yang tak punya hati.

Maaf aku sudah tak sudi lagi kenal dengan orang, yang sudah membuat temanku di tengah penderitaan nya sakit oleh Harapan Kosong yang kamu berikan."

Belum sempat aku bicara pada selfi, telfonnya pun sudah di akhiri, dan nomor dia sudah tak aktif. Sungguh saat itu, aku sangat jatuh mendengar omongan selfi. Benar kataku, aku memang pantas menerima makian dia. Aku tak tahu harus bagaimana? Sampai saat ini Penyesalan itu masih terus menghantuiku.

Tak beberapa lama setelah itu, aku pun keluar dari sekolah ku di Sumpiuh, selfi pun kabarnya dia pindah sekolah beberapa hari setelah kepergian Rani. Ibunya Rani pindah ke Jakarta bersama Ayahnya Rani. Rani pun di makamkan di Jakarta. Saat itu aku benar-benar kacau, sampai akhir hidupnya.

Kasih Sayang dan Cinta kami, tak pernah terungkap kan kepada kami secara langsung. Rani tak mengetahui Secara langsung jika Aku mencintai nya dan begitu pun aku yang tahu dia juga mencintai ku, hanya dari Selfi.

Terakhir, sebelum aku memutuskan untuk mencoba melupakan Rani, aku mengirimkan SMS pada Rani.
"Ran,maaf jika aku selama ini begitu bodoh padamu. Maaf jika aku begitu Sayang padamu, Maaf jika aku begitu menginginkanmu. Ternyata kita sama-sama Memiliki perasaan dan keinginan yang sama untuk kita, namun sayang. Aku terlalu takut untuk mengungkapkan nya pada mu secara langsung, aku tak pernah menyesal pernah mencintai mu Ran. Satu yang aku sesalkan, "KETIDAK BERANIANKU" . Sudahlah, memang ini takdir untuk kita. Saling mencintai tanpa memiliki seutuhnya. Yang tenang kamu di sana Ran, bahagia di sana. Takan ada penderitaan lagi yang harus kamu rasakan di sana, kini kamu benar-benar terbebas dari Penderitaan. Aku sayang kamu Rani, biarkan WAKTU YANG SINGKAT ini, menjadi PENYESALAN SEUMUR HIDUPKU.

🎉 Kamu telah selesai membaca Waktu Yang Singkat, Untuk Penyesalan Seumur Hidup 🎉
Waktu Yang Singkat, Untuk Penyesalan Seumur HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang