Sakit Yang di Derita

99 11 0
                                    

Tak terasa dua bulan kami begitu dekat, setiap hari tak pernah sedikitpun waktu untuk kami tidak saling berkomunikasi. Dari berangkat sekolah selalu bersama, maupun pulang sekolah pun juga bersama. Kencan pertama yang kurang berkesan kemarin pun, terbalas dengan kencan yang ke dua dan ke tiga yang sangat berkesan. Tempat favorit kami, ya ke pantai hahaha.

Namun akhir-akhir ini Rani jarang masuk sekolah, katanya dia sakit.
"Ran, kamu sakit apa si?"
"Cuma kecapean ajah mas,besok juga sembuh"
"Ya sudah kamu istirahat saja, lekas sembuh rani" kataku.
"Iya makasih mas".

Oia Rani tidak mau memanggilku dengan nama panggilanku, karena dia menghormati aku yang lebih tua setahun. Usia dia saat itu lima belas tahun, dan aku enam belas tahun.

Hari berikutnya Rani sudah sembuh dari sakitnya, dan seperti biasa kita berangkat sekolah bersama. Namun suatu ketika, rani tak dapat ku hubungi. Dan dia pun tal berangkat skolah, aku pun bertanya pada selfi.
"Sel, rani dua hari ini kok engga bisa di hubungi yah?"
"Iya dia sakit, engga berangkat sekolah"
"Kamu tahu,dia sakit apa sel?"
"Aku kurang paham ,rani sakit apa?, Dia tidak pernah bercerita tentang sakitnya dia."
"Kamu engga tau rumah dia?"
"Engga,hehehe, sudah lah jangan terlalu mencemaskan. Doa kan saja lekas sembuh"
"Iya sel,".

Dan lama kelamaan aku pun terbawa suasana sms'an dengan selfi, tanpa kusadari aku bilang padanya.
"Sel, salah engga ya,kalau aku suka sama rani"
"Suka yang gimana panks?" Tanya selfi.
"Aku sayang sama dia sel,"
"Wahahahaha" jawab selfi
"Kok ketawa sel?" Tanyaku
"Iya lah,aku tuh udah mengira kalau endingnya kamu akan sayang sama dia."
"Ah kamu bisa saja" ungkapku.
"Kamu beneran sayang sama Rani kan panks?" Tanya selfi.
"Iya sel, aku beneran sayang sama dia"
"Yakin? " Tegas selfi.
"Kenapa emangnya?, " Tanyaku.
"Aku engga pengin aja, kalau Rani cuman buat di mainin sama cowo, dia gak pantes kalau di sakiti"
"Engga sel, aku engga akan nyakitin dia" ungkapku.
"Ya udah kalau gitu, saat ini aku masih percaya sama kamu, tolong jangan sakitin dia yah"
"Iya sel,aku janji"
Pada malam itu, Rani sms aku.
"Malem mas" sapa rani melalui sms.
"Malem juga ran" jawabku.
"Maaf mas, baru sempat ngabarin"
"Iya gak papa ran,kamu sudah sembuh?tanyaku.
"Sudah mas,tenang saja. Hehehe" jawab Rani.
"Syukurlah, ya udah istirahat saja dulu,biar besok bisa berangkat sekolah". Pintaku.
"Iya mas, makasih. Selamat istirahat mas,sampai ketemu besok"

Selama dua bulan ini kedekatan ku dengan Rani, belum pernah sekali pun aku main ke rumahnya. Pernah sekali aku bilang pada Rani, kalau aku pengin main ke rumahnya.
"Ran, aku boleh main le rumahmu?"tanyaku.
"Maaf mas,bukan nya Rani melarang. Tapi Rani engga enak saja sama tetangga,mas kan sudah tahu kalau Rani hanya tinggal sama mamah,papah di luar kota."
"Ya sudah engga papa Ran,aku mengerti ko"
"Maaf ya mas,lagian juga belum pernah ada teman cowo yang pernah main ke rumah. Teman cewe juga jarang yang Rani ajak main." Tegasnya.

Oia, Rani di sini cuman tinggal dengan mamahnya, sementara bapak nya di Jakarta. Keluarga dia baru dua tahun di maos, pindahan dari Solo. Awalnya bapaknya bekerja di Cilacap, namun setahun kemudian di pindah ke Jakarta "Kata Rani".

Yah sampai saat itu latar belakang keluarga dia masih seperti misteri bagiku, aku belum sebegitu tahu tentang keluarganya. Karena Rani sangat jarang bercerita tentang kehidupan latar belakang keluarga nya, dan aku tidak mau terlalu memaksakan Rani untuk bercerita sepenuhnya.

Aku berfikir mungkin dia belum mau menceritakan lebih dalam tentang keluarganya, Rani begitu misterius bagiku. Ke esokan harinya Ranipun berangkat sekolah seperti biasa, namun aku tak bersama dengannya. Karena aku membawa sepeda motor karena aku terlambat bangun tidur nya.

Kami pun memutuskan untuk bertemu selepas sekolah untuk makan siang bersama,kami pun mengobrol di warung bakso itu.
"Ran,kamu sebenarnya sakit apa?"
"Aku cuma deman biasa kok mas" jawabnya sambil tersenyum.
"Beneran?"
"Iya beneran mas,jangan kwatir pada rani yah" sambil tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu,jangan sakit-sakitan lagi yah" pintaku.
"Siap bos," jawabnya sambil memandangku.

Hari itu, perasaanku tak karuan terhadap Rani. Entah atau hanya perasaanku saja ang begitu kwatir terhadapnya, karena wajahnya sedikit pucat kalau ku perhatikan.
"Kamu beneran sudah sembuh Ran?"
"Beneran sudah mas,kenapa si?"
"Engga papa, ku lihat-lihat mukamu sedikit pucat" jawabku
"Oh, mungkin terlalu lelah memikirkan pelajaran yang tertinggal kemarin,hehehe" jawabnya sambil tertawa.
Aku pun lantas mempercayai saja ucapannya, tanpa basa-basi lagi kami pun menyelesaikan makan siang.

Setelah itu ku antar Rani ke Halte bus seperti biasanya, sampai Rani naik bus aku baru pulang.

Hari demi hari kami lewati seperti biasa, namun sedikit berbeda karena rasa kwatirku terhadap rani belum juga menghilang. Selama seminggu lebih setelah sakitnya dia, wajah rani masih terlihat pucat. Saat makan siang kembali,aku pun menanyakan nya kembali.
"Rani,kamu masih sakit kan?" Tanyaku.
"Engga mas,beneran kok. Nih rani sehat gini kok." Jawabnya sambil menolehkan kepalaku kepadanya.
"Kamu terlihat tidak sehat ran,wajahmu masih pucat selama beberapa hari ini."
"Mungkin, setres karena banyak Tugas mas,hehehe"
"Jujur saja Ran,kamu sakit apa sebenarnya?" Tanyaku tegas padanya.
"Mas, percaya deh. Rani gak papa," jawabnya sambil tersenyum.
"Aku hanya kwatir Ran"
"Makasih sudah kwatir mas, tapi rani beneran gak papa kok" jawabnya tegas sambil tersenyum.

Kami pun pulang, seperti biasa aku mengantar dia ke halte.
Ke esokan hari nya Rani mulai berubah, dia jarang bales sms ku dengan alasan banyak tugas. Kejadian itu berlangsung selama tiga hari, aku pun curiga dan bertanya kepada Selfi.
"Sel, akhir-akhir ini, rani berbeda kepadaku."
"Mungkin dia lagi banyak pikiran panks" jawab selfi.
"Apakah dia sedang ada masalah yah sel?"
"Mungkin,"jawabnya begitu.
"Ya sudah lah sel,maaf menggangu"
"Iya" jawab selfi.

Entah mereka berdua begitu aneh kepadaku, tak seperti biasanya. Hari berikutnya Rani tanpa kabar sama sekali, aku bertanya pada selfi katanya Rani tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Berlangsung selama empat hari Rani yang tanpa kabar dan Selfi yang begitu jutek padaku.

Sampai suatu hari selfi minta ketemuan denganku, dan aku menerimanya untuk bertemu. Di warung bakso yang biasa aku dan Rani bertemu, aku dan selfi pun mengobrol.
"Panks, kamu beneran sayang sama rani?"tanya selfi padaku.
"Iya sel, kenapa?" Jawabku
"Kamu sudah ngungkapin perasaanmu ke Rani belum?" Katanya.
"Belum lah sel, aku belum berani,memangnya kenapa?" Jawabku.
"Gini panks, Rani tuh suka dan sayang sam kamu, dia tuh udah lama memendam perasaannya."
Aku pun terkejut mendengar perkataan selfi.
"Yang bener sel?"
"Terserah kamu mau percaya atau tidak" jawab selfi yang begitu judes.
"Iya sel, maaf" jawabku.
"Oia, Rani bilang padaku,kami engga usah kwatir terus dengannya, ya sudah aku pulang dulu. Makasih "

Kami pun pulang, setibanya di rumah aku pun mencoba hubungi Rani. Namun nomernya tidak aktif, akupun resah karenanya. Sudah seminggu Rani tanpa kabar yang jelas dan dia tidak masuk sekolah, kata selfi Rani sedang sakit.
Malam itu, selfi sms aku.
"Panks,Rani sakit keras" katanya.
"Sakit apa Sel?" Tanyaku.
"Kata Wali kelasku, yang di hubungi mamahnya Rani, Rani sakit Liver dan keadaanya kini kritis"

Mendengar kabar itu, aku pun sontak down. Sekujur tubuhku lemas, pikiranku tak karuan.
"Ayo sel,kita jenung Rani. Dimana?"ajaku.
"Iya besok panks, aku tanya wali kelas dulu,niatnya kita juga akan njenguk dia besok".
"Makasih sel, untuk kabarnya"
"Iya sama-sama panks".
Apa yang menjadi kekawatiranku selama ini, benar adanya. Malam itu aku hanya bisa berdoa pada TUHAN,
"TUHAN, angkat penyakit mu dari Tubuhnya, bebaskan dia dari Derita Mu."

Waktu Yang Singkat, Untuk Penyesalan Seumur HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang