Minhyun berlari secepat yang dia bisa, kaki jenjangnya dengan mudah melompati anak tangga dua dua. Keuntungan bertubuh tinggi adalah dia bisa memperpendek jarak dengan mudah.
Rambut hitamnya yang halus bergerak terombang ambing tiada henti, berderai seperti kelopak bunga yang tertiup angin.
"Minhyun! Hei!!!", suara cempreng Jaehwan membuat pemuda mempesona bernama Minhyun menghentikan larinya, ia berdiam ditengah tangga.
"Jaehwan, kau terlambat lagi?", suara Minhyun lembut, tidak bermaksud menuduh. Tapi kawan seangkatannya ini memang hampir selalu terlambat.
"Biasa, aku begadang main game sama bocah", Jaehwan yang gembil terengah - engah mengejar Minhyun. "Tidak usah berlari, kita sudah terlambat...jalan saja lah", dengan wajah merah Jaehwan berusaha mengatur nafasnya.
"Karena kita terlambat kita harus bergegas, supaya waktu keterlambatan kita tidak lebih lama", Minhyun kemudian melanjutkan langkahnya, kali ini tidak bisa berlari karena sambil menyeret Jaehwan yang berat itu.
"Ah, kau kenapa terlambat Minhyun-nie? Tumben....", suara Jaehwan menggema di lorong sepi tempat mereka sekarang berjalan bersisian.
"Aku ketiduran saat menyelesaikan proyek presentasi untuk kelas siang ini", Minhyun menghindari tatapan Jaehwan, berharap dusta yang barusan dia ucapkan tidak kentara.
"Tumben......benar - benar tumben. Kau kan biasanya tidak pernah melakukan edisi kebut semalam, itu jatahku, Seongwoo maupun Dongho", dengan bangga Jaehwan menyebutkan nama teman seperjuangannya.
Para pemuja sistem kebut semalam.
Bodoh.
"Yah....aku sibuk", Minhyun menyahut.
Kalau saja si gembil Jaehwan memperhatikan lebih seksama wajah Minhyun yang merona, ataupun suaranya yang tidak yakin, dia mungkin bisa menebak kalau Minhyun berbohong.
Tapi Jaehwan terlalu lelah menyejajari langkah Minhyun yang lebar - lebar, sepasang kakinya yang pendek membuatnya kewalahan.
Minhyun bersyukur, Jaehwan berhenti menanyakan macam - macam padanya. Paling tidak untuk saat ini, dia tidak boleh ceroboh lagi.
Jang sampai dia harus berhadapan dengan Minki, pemuda satu itu punya insting tajam dan bakal susah untuk di alihkan.
Tak berapa lama mereka sampai dipintu kelas perkuliahan untuk pagi itu, untungnya adalah sebuah aula. Kedatangan mereka yang terlambat tidak akan mencolok diantara kelas yang besar dengan jumlah mahasiswa sekitar seratus. Bahkan kalau beruntung dosen mungkin belum hadir.
Dengan mengendap - endap Jaehwan mendorong pintu masuk perlahan, mengintip kedalam diantara celah daun pintu. Kemudian kepalanya dia selipkan, menjenguk lebih berani. Dari dalam kelas suara berdengung bisa terdengar, para mahasiswa sibuk berbicara satu dengan lainnya.
Gerakan kepala Jaehwan yang tadi hati - hati sekarang berubah liar, lehernya berganti - ganti menengok ke kiri dan kekanan, bergoyang - goyang berlebihan.
"Jaehwan, ayo masuk, kita minta izin ikut kuliah walau terlambat", Minhyun dengan khawatir menarik - narik jaket si gembil.
"Sssttt.....aku sedang melihat kondisi di lapangan, sepertinya aman. Dosennya juga telat tuh, mestinya kalo Dosen telat kita sebagai mahasiswa berhak hukum deh. Mentang - mentang Dosen, gak bisa seenaknya dong", Jaehwan membuka pintu lebih luas, sambil tertawa dia menengok kebelakang menghadapi Minhyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
1,969 INCH [BXB][18+][2HYUN][NU'EST]
Roman d'amourTentang hati yang mencari muara Tentang rindu yang mencoba menemukan warna Tentang rasa yang membuktikan tekadnya Kim Jonghyun x Hwang Minhyun (2hyun)