T I G A

2 0 0
                                    

Calulla POV

     Jam masih menunjukkan pukul lima pagi waktu Bumi. Namun, Penasehat Rotha sudah membangunkanku dengan kak Teresa. Kata beliau, kita akan mulai pembelajarannya sekarang. Itu mungkin ide yang baik, namun juga buruk.
     Kami diberi selembar kertas hitam polos dan pulpen putih yang tak pernah habis (katanya). "Zamatushi, Zamatushi sekalian, mari tulis jadwal kalian selama satu minggu ini." kata Penasehat Rotha kepadaku dan kak Tanara.
     "Sementara ini, kita pakai waktu Bumi terlebih dahulu. Pukul lima pagi, kalian harus sudah bangun. Makan dan minum secukupnya untuk sarapan dalam waktu tiga puluh menit. Makanannya yaitu, sayur mayur hijau yang hanya direbus biasa. Dan minumnya hanya segelas air putih.
     "Setelah itu, kalian mandi dengan durasi waktu lima belas menit. Sehabis mandi, kalian mulai pembelajaran bahasa sampai pukul sembilan pagi. Setelah itu, kalian istirahat selama satu jam. Pukul sebelas siang, kalian saya ajak berkeliling Jathers dan mengenalkan sejarah planet Qualet sampai pukul empat sore.
     "Setelah itu, kalian saya beri ujian. Jika kalian mendapat nilai di bawah sembilan, kalian harus dihukum. Mengerti?" kata Penasehat Rotha tegas. "Mengerti!" jawabku dan kak Teresa bebarengan.
     "Baiklah, kita coba mulai latihan sekarang ya. Namun sebelum itu, sarapanlah dulu." kata Penasehat Rotha sebelum ia beranjak pergi dari ruang Aula Jathers. Sangat menyebalkan ya.
     Jadwal padat, makan aneh, ada ujiannya, plus ada hukumannya lagi. Sungguh tega. Akupun bernjak dari dudukku menuju ruang makan bersama kak Teresa. Sepanjang perjalanan, kami asyik membicarakan Penasehat Rotha yang super duper bawel itu.
     "La, kakak kayak udah nggak betah deh, Penasehatnya Dad kok galak banget sih. Bukannya harus dia yang mematuhi aturan kita? Kok kebalik sih?" gerutu kak Teresa selama perjalanan menuju ruang makan.
     "Kak Sa, ini kayaknya lain daripada yang lain deh. Nggak seperti di film-film, gitu.." kataku kepada kak Teresa dengan santai.
     "Mungkin juga La. Ya sudah yuk, kita harus cepet, kalau enggak Penasehat Rotha kumat bawelnya lagi nanti." kata kak Teresa mengakhiri percakapan singkat kita menuju ruang makan.
     Sesampainya di ruang makan, ternyata telah duduk Mom, Dad, Penasehat Rotha, dan.. Aku tidak tahu namanya. "Silahkan Zamatushi, duduk. Lalu sarapan, dan kita mulai pembelajaran." kata Penasehat Rotha kepadaku dan kak Teresa.
     Di depan Dad sama Mom, ternyata mereka sama saja ya. Heran aku.. Batinku dalam hati. Tanpa pikir lama, akupun segera melahap sarapan pagiku itu, walaupun rasanya aneh.
     "Sudah habis makanannya? Cepat sekali!" kata Dad dan Mom yang terkejut melihatku dan kak Teresa makan dengan lahap dan cepat. Akupun dan kak Teresa hanya bisa nyengir menanggapi ucapan Dad dan Mom. "Ya sudah kalau begitu, Mom, Dad, Calulla dan kak Teresa mau pergi mandi dulu ya. Habis itu, kami ada pembelajaran nanti." kataku mencoba untuk cepat.
     "Baiklah kalau begitu, belajar yang bener ya. Biar nanti kalian nggak kesusahan beradaptasi di Qualet nanti." kata Dad yang hanyaku jawab dengan anggukan. Begitu juga kak Teresa.
     Setelah itu, aku dan kak Teresa pun segera bergegas menuju kraso kami masing-masing untuk mandi di kamar mandi yang terletak di masing-masing kraso. Tidak butuh waktu lama untuk aku dan kak Teresa menyelesaikan mandi. Setelah selesai mandi, kamipun segera pergi ke ruang belajar yang terletak di dekat ruang tengah.
     Di sana, sudah nampak Penasehat Rotha yang sedang duduk-duduk santai sambil membaca buku tebal yang bertuliskan judul 1001 mantra Tuan Merz.  "Pagi, Penasehat Rotha!" kataku bersama kak Teresa secara serempak.
     "Pagi, Zamatushi!" jawab Penasehat Rotha dengan nada cerianya.
     "Silahkan duduk terlebih dahulu." kata Penasehat Rotha mempersilahkanku dan kak Teresa duduk. Sementara itu, ia menutup buku tebal yang tadi ia baca.
     "Baiklah Zamatushi Calulla dan Zamatushi Teresa, mari kita mulai pembelajarannya. Yang pertama, kita akan belajar tentang bahasa di planet Qualet. Dan sebelum itu, jangan panggil saya Penasehat Rotha. Namun, Za Rotha.
    "Dalam bahasa Qualet, Penasehat itu adalah Ze. Kalau Putri, biasa dipanggil Zamatushi. Jadi, kalian pasti tahu kan, mengapa Ze selalu memanggil kalian Zamatushi?" kata Ze Rotha mulai menerangkan beberapa bahasa yang perlu aku dan kak Teresa ketahui.
     "Iya." jawabku dan kak Teresa berbarengan.
     "Jangan menjawab 'iya'. Dalam bahasa Qualet, kalian harus mengatakan 'Q', dan jika kalian menjawab 'tidak', dalam bahasa Qualet kalian harus mengatakan 'T'."
     Dan kini, aku mulai sedikit paham tentang pembelajaran kali ini. Namun, tetap saja membosankan. Bagaimana tidak, satu minggu ini aku dan kak Teresa akan belajar full day bersama Ze Rotha yang super bawel ini.
     "Dicerna baik-baik setiap perkataan dan tata bahasa yang Ze ajarkan. Oke, selanjutnya kita akan belajar di tempat kain. Sekarang, kita pergi ke danden." kata Ze sebelum kami pergi ke danden?
     "Ze, apa itu danden?" tanya kak Teresa yang sukses menghentikan langkah Ze Rotha.
     "Danden? Oh, itu artinya taman, Zamatushi." kata Ze sambil tersenyum ramah. Lalu kamipun meneruskan perjalanan kami menuju, danden? Hah?! Ada taman di Jathers?!
     "Tentu ada, Zamatushi Calulla." kata Ze Rotha seperti bisa membaca pikiranku. "Tapi Ze-" belum sempat ku teruskan kalimatku, Ze Rotha sudah menjawabnya.
     "Terkadang saya bisa membaca pikiran orang, lho!" kata Ze Rotha yang  sudah berjalan dengan santai di depanku. Sungguh, Ze yang menyebalkan.

X E R Z Y OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang